Happy reading!!
Seseorang terlihat baru saja turun dari pesawat pribadi, menatap sekitar dengan kacamatanya yang tanpa ia lepas, seorang perempuan cantik yang sudah berumur tua namun tubuhnya tak menunjukkan hal itu, dia terlihat seperti seorang wanita dengan umur kepala tiga padahal umurnya sudah mencapai angka 70 ke atas.
Baru turun saja dia sudah di sambut dengan mobil limosin mewah, dengan cepat dia masuk ke dalam mobil, sesuai perkataan Januar jika nenek mereka akan berkunjung melihat secara langsung perjuangan cucu pertamanya.
"Hanya lewati di mana usaha Januar berada." Perintahnya.
"Baik."
Sepuluh menit perjalanan mobil itu berhenti di depan cafe milik Januar "ceritakan bagaimana Januar mengembangkannya." Perintahnya lagi, dia kagum pada cucunya itu yang bisa membangun sebuah cafe dalam waktu yang cukup singkat, walaupun itu tidak besar, dia bisa melihat jika cafe tersebut ramai pengunjung.
"Awal mula, tuan Jaezie yang membuka usaha rumahan, roti, dessert dan rujak mangganya sangat terkenal dan tuan Januar yang mengantarkannya pada para pembeli, hingga uang yang terkumpul, tuan Januar kelola dan dia membeli tempat ini."
"Dari mana mereka mendapatkan uang? Apa Januar hanya menggunakan penghasilan dari Jaezie?"
"Tidak nyonya, setiap tuan Januar mengantarkan pesanan, maka ia mendapatkan upah, dia mengumpulkan upahnya hingga dia bisa membeli cafe tersebut walaupun tidak semua berasal dari upah yang ia dapat melainkan dari separuh hasil penjualan."
Wanita itu mengangguk mengerti "jalan."
Mobil itu kembali melaju dan berhenti di sebuah rumah yang besar, dia turun dengan anggun dengan bunyi suara ketukan sepatu mengiringi "tidak ada yang menyambut?" Gumamnya.
Cklek
”apa-apaan ini?!" Pekiknya, dia melihat seorang perempuan yang bersimpuh kepada seluruh orang yang duduk di atas sofa, "apa seperti itu perlakuan kalian pada seorang perempuan? Andra!!"
Mereka semua menelan ludahnya kasar, sang nenek datang pada waktu yang salah. Eren menghela nafasnya, dia beranjak dari duduknya dan langsung memeluk wanita itu "ibu, kenapa tidak mengatakan jika sudah sampai?"
"Untuk apa? Kalian ingin menyembunyikan hal ini? Kalian memperlakukan seorang perempuan dengan buruk?"
Eren menghela nafasnya "ibu, kenapa menilai di saat mata ibu melihatnya? Apa ibu tidak ingin mendengar?" Tangannya menyentuh sang ibu, dia menariknya untuk duduk di sofa.
"Jelaskan!" Perintahnya.
"Perempuan ini mengaku hamil anak Januar, dia menangis tersedu-sedu karena Januar menyangkalnya." Jelas Andra, "kami bingung harus melakukan apa, di satu sisi kami percaya Januar tidak melakukan hal itu."
"Januar?"
Januar bersimpuh kepada wanita itu "nenek, Januar tidak melakukannya, dia memang mantan kekasih Januar, tapi Januar tidak pernah melakukan hubungan intim, jangankan melakukannya, Januar saja tidak pernah menciumnya, pacaran kami hanya sebatas mengelus rambut dan mengecup wajahnya, selebihnya tidak ada." Jelas Januar.
Sang nenek menatap ke arah mantan kekasih Januar, ingat dengan Alya? Perempuan yang hanya bisa meminta pada Januar dan marah ketika apa yang ia inginkan tidak Januar berikan? Ya, perempuan yang mengaku hamil adalah Alya, cukup lama Januar tidak melihatnya, sekali melihat, perempuan itu mengaku hamil anaknya "berapa usia kandunganmu?"
"Sepuluh minggu." Ujar Alya dengan lirih.
"Wanita ular." Sinis Rean, dari awal saja dia tidak menyukai perempuan itu dan dia berani menginjakkan kakinya di rumahnya dan ingin merusak hubungan kakaknya dan kekasihnya.
"Rean." Tegur sang nenek, "karena kandunganmu berusia sepuluh minggu, untuk melakukan tes DNA itu bisa, jadi ayo ikut ke rumah sakit dan melakukan tes nya, jika itu benar anak Januar, kalian akan menikah, walaupun ini tidak terduga, aku juga pasti senang ketika langsung mendapatkan cucu."
Jaezie menunduk ketika pembicaraan tentang cucu di singgung, dia sadar diri jika dia mana bisa memberikan seorang cucu. Januar melirik ke arah Jaezie, dia meraih tangan kekasihnya dan meremasnya pelan untuk menunjukkan jika jangan bersedih, Jaezie melihat ke arah Januar dan membalas tangan Januar.
Sedangkan wajah Alya berubah pucat pasi, dia ingin meminta tanggung jawab Januar karena seseorang yang menghamilinya tidak ingin bertanggung jawab, dan jika di pilih, dia lebih memilih Januar yang sudah jelas kaya.
"Kenapa harus? Sudah jelas ini anak Januar, kami melakukannya di saat Januar mabuk." Tentu Alya menolak untuk melakukan tesnya.
"Tidak mau melakukan tes? Kalau begitu anak yang berada di perutmu bukan anak Januar, jadi pergi sekarang." Usir sang nenek, "jaman sekarang ternyata terdapat orang yang menggunakan cara kuno seperti ini." Lanjutnya.
Alya berdiri dari bersimpuhnya "aku pikir nama baik kalian akan hancur karena cucu pertama memiliki hubungan dengan seorang laki-laki? Apa kata kolega kalian? Lebih baik terima aku dan kalian akan mendapatkan cucu." Bujuknya lagi, "Jaezie itu laki-laki, dia tidak akan bisa mengandung dan memberikan keturunan, kenapa kalian harus memberikan harta kalian pada anak yang nantinya bukan darah daging kalian?"
"Lalu apa bedanya dengan anak yang berada di kandunganmu? Bukan anak dari Januar, bukan darah daging cucuku, jadi sama saja. Pergilah di saat aku masih sabar." Tutur sang nenek, "Lagi pula, tentang mereka itu urusan kami, kau tidak perlu repot karena kau bukan siapa-siapa, kau hanya orang asing, jadi pergilah." Usirnya dengan mengibaskan tangannya.
Alya terdiam tidak bisa berkata-kata kembali, dengan perasaan yang malu dia pergi dari rumah itu.
"Begitu saja kalian harus lama menanganinya? Apa kalian senang dengan drama menjijikkan seperti tadi?" Dengus sang nenek, matanya melirik ke arah Jaezie, tangannya terulur dan mengelus rambut Jaezie, "jangan dengarkan wanita tadi, apapun itu aku lebih memilih kebahagiaan cucuku dari pada seorang penerus yang bisa kita dapatkan dari segala cara."
Hati Jaezie kembali tenang, ia pikir ia akan mendapat penolakan walaupun misinya telah selesai "terimaksih."
"Tinggalah di Jepang Januar, nenek kesini juga ingin menjemputmu, perusahaan disana perlu pengganti kakek, kalian tau jika dia sakit, nenek juga lelah mengambil alih perusahaan, nenek ingin sisa hidup nenek merawat kakek kalian."
Januar terdiam, dia tidak bisa meninggalkan tanah yang ia tinggali itu, selain tidak ingin jauh dengan keluarganya, dia juga tidak ingin meninggalkan Jaezie "tapi, Januar belum menyelesaikan kuliah Januar, hanya tinggal satu semester saja maka Januar akan selesai."
"Ini tentang kuliahmu atau Jaezie?"
"Nek, aku tidak bisa hidup berjauhan dengan Jaezie." Jujur Januar.
"Bawa Jaezie kesana, lagi pula ayahnya juga pindah ke Jepang karena pindah tugas? Bawalah, nenek tidak mungkin memberikan beban perusahaan lagi pada ayah mu, dia telah mengurus perusahaan yang berada di Jerman, bukankah kau telah di ajarkan ayah mu untuk melakukan bisnis? Siapa lagi jika bukan dirimu? Cakra? Dia akan menyusul tapi tidak dengan negara yang sama. Ikut bersama nenek, masalah sekolah, nenek yang akan menanganinya."
Januar menatap ke arah Jaezie seolah bertanya "pergilah kak, aku akan menyusul ketika aku telah lulus, hanya satu tahun lagi." Ujar Jaezie, dia ingin terus melanjutkan sekolahnya sekarang, tentang Januar, bukankah mereka bisa berkomunikasi dengan ponsel? Hidup di jaman canggih gunakan sebaik mungkin.
"Tapi kau?"
"Tentu saja aku akan disini, aku juga akan mengurus cafe kita hingga besar, mari berjuang sedikit lagi." Ujar Jaezie dengan senyuman manisnya.
Bersambung...