Happy reading!!Satu tahun akan berjalan sendiri-sendiri, Jaezie dan Januar berpisah dengan jarak yang jauh walaupun mereka bisa melakukan komunikasi.
Di awal memang terasa sulit, tiada detik mereka mencoba mengabarkan dan saling mengungkapkan perasaan cinta, namun semakin lama mereka mulai terbiasa, mereka mulai mengatur waktu untuk kapan mereka harus saling memberi kabar.
Jaezie berada di Indonesia mencoba mengatur cafenya di bantu oleh teman-teman Januar, hingga enam bulan dia bisa membuka cabang cafe barunya.
Para pekerjanya tentu anggota Januar yang memiliki keuangan yang kurang, bahkan Jaezie juga tidak butuh pengantar online yang sering di gunakan, namun ia yang menyediakan layanan pesan antar sendiri dengan pekerjanya sendiri.
Jaezie melakukannya dengan senang walaupun sering berbenturan dengan kelas akhirnya, dia akan tiba di puncak sekolah dimana dia akan mulai di sibukkan dengan praktikum dan ujian ujian, namun dia mencoba membagi waktunya dengan benar.
Dan jaezie juga tidak tinggal sendiri karena ayahnya yang berada di Jepang, tapi dirinya tinggal di rumah calon mertuanya, dia tidur di kamar Januar dengan ijin si pemilik.
Sedangkan Januar sendiri bagaimana? Dengan uang, ia langsung mendapatkan ijazah kelulusan sarjananya, dia juga merasakan kesulitan berada jauh dari Jaezie, dia sudah terbiasa hidup bersama Jaezie namun tiba-tiba di jauhkan seperti itu walaupun tidak selamanya.
Setiap pagi Januar harus pergi ke kantornya, melakukan rapat dan menandatangani kontrak yang ia setujui dan berkas-berkas yang mulai menumpuk.
Jika biasanya tubuhnya hanya terbalut dengan jaket, namun sekarang sudah berubah, dia selalu menggunakan jas jika bepergian, di ikuti oleh sekertarisnya, mungkin di layar kaca banyak CEO yang lebih memilih perempuan cantik dan sexy, namun tidak dengan Januar, dia lebih memilih seorang laki-laki yang juga dominan untuk menjadi sekertarisnya, walaupun ia yakin jika sekertarisnya adalah perempuan sexy, ia tidak akan berpaling dari Jaezie, lebih baik dia mengantisipasinya karena hati tidak bisa di tebak dan di baca.
Perusahaan yang ia pegang juga bukan perusahaan kecil, namun perusahaan besar yang berkembang di Jepang, perusahaan itu berdiri di bidang kecantikan, walaupun Januar tidak menggunakan hal seperti itu, namun dia hanya perlu memeriksanya.
Januar terduduk di kursinya, tangannya terlihat mencoret kertas yang baginya tidak penting "mereka pikir menjadi CEO mudah? Mereka hanya melihat apa yang di dapat bukan apa yang sebenarnya terjadi, menjadi CEO walaupun hanya duduk seperti ini juga membutuhkan kesabaran yang tinggi, membaca banyak tulisan yang akan membuat pusing dan lama duduk juga membuat tubuh menjadi kaku."
Januar menggerakkan tubuhnya berusaha membuat suara pada tulangnya "aku tidak bisa." Keluhnya.
Tok.. Tok.. Tok..
"Masuk."
"Tuan, meeting akan di lakukan lima menit lagi, semua persiapan telah di lakukan, anda hanya perlu datang."
"Hm." Singkatnya, matanya melirik ke arah daun pintu yang kembali tertutup yang menandakan orang itu sudah kembali pergi.
Januar berdiri dari duduknya, berjalan dari ujung ke ujung untuk melatih kakinya, dia benar-benar merasakan kaku pada tubuhnya "sebelum aku duduk lagi sebaiknya aku berdiri sangat lama." Gumamnya, waktu lima menit baginya cukup panjang, apalagi dirinya sang atasannya, siapa yang ingin mengaturnya? Tidak seorang pun.
"Ekhemm."
Januar menghentikan gerakannya, dia menatap ke arah asal suara dan menunjukkan senyuman lebarnya "a-ayah, ke-kenapa bisa disini?" Gugupnya.
Andra melipat kedua tangannya di depan dadanya "ayah dengar rapat akan di adakan lima menit lagi, dan kau tetap berada disini?"
"Ayah, waktu lima menit cukup panjang."
Andra menggeleng "lima menit adalah waktu yang singkat, jangan buang waktumu."
Januar mendengus "ayah, aku hanya ingin mengulur waktu sedikit, lagi pula aku atasan mereka, siapa yang akan menegurku?"
"Jika mereka tidak berani menegurmu, ayah yang akan menegur dirimu." Tangannya menunjuk ke arah luar ruangan, "sekarang pergi dan lakukan meeting, jika kau lupa ayah juga ikut dalam meeting ini, ayah menunggu dirimu di ruang meeting, namun kau telat hampir dua menit, jika saja ayah tidak memutuskan kesini, entah sampai kapan kau akan mengulur waktu."
Januar berjalan di depan Andra dengan kaki yang di hentakkan "abang sudah bilang tidak ingin mengambil alih perusahaan, tapi ayah memaksa abang."
Andra mendengus kasar "kita berada di perusahaan Januar, jadi jangan seperti ini."
"Terserah ayah."
Mereka berada di ruang meeting, Januar duduk menyandarkan penuh tubuhnya dan melihat sekertarisnya melakukan presentasi, mereka akan melakukan kerja sama dengan beberapa perusahaan yang juga bergerak di bidang kecantikan, namun Januar juga harus menyeleksi perusahaan mana yang bisa ia terima untuk bekerja sama.
Meeting berjalan hampir satu jam lebih, dan Januar telah menggerakkan tubuhnya karena merasa kaku "jika seperti ini, aku yakin akan merasa tua lebih cepat." Gumamnya.
"Tuan Andra." Januar memutar bola matanya malas mendengar seseorang yang memanggil ayahnya, dia tau arah pembicaraannya, terlampau sering ia menjadi hafal.
"Ya?"
"Tuan muda Januar sangat hebat, bisa mengambil alih perusahaan yang besar, saya lihat perusahaan ini tidak mengalami penurunan sedikitpun, sangat-sangat hebat." Pujinya.
"Saya tau."
"Dari pada perusahaan kita melakukan kontrak kerja sama sesuai perjanjian, bagaimana jika kita menyatukan perusahaan?"
Salah satu alis Andra terangkat "maksud anda?"
"Tuan muda Januar sangat hebat sedangkan saya memiliki putri seorang model, jika mereka bersatu maka mereka akan menjadi pasangan yang indah."
Andra mengangguk mengerti "tapi aku tidak bisa mengambil keputusan apapun, tanyakan pada Januar saja."
Januar mendengus "tidak."
"Tuan muda belum melihat putirku, aku yakin di saat anda melihatnya, anda akan merasakan jatuh cinta."
"Aku memiliki kekasih, jadi aku menolanya."
"Sangat cantik?"
"Sangat, bahkan aku tidak bisa melirik ke arah lain, bagiku dia sangat cantik."
"Perempuan itu pasti beruntung memiliki kekasih seperti anda."
"Lebih tepatnya, aku beruntung memiliki kekasih laki-laki sepertinya." Ujar Januar di akhiri senyuman manisnya.
"Laki-laki? Kekasih anda laki-laki?" Terkejut tentu saja.
Januar mengangguk "iya, dia cantik, sangat cantik." Dia berdiri dari duduknya dan membenarkan jasnya, "saya permisi terlebih dahulu."
Dalam langkahnya Januar terkekeh melihat ekspresi terkejut yang di berikan tadi "itu tadi sangat bodoh." Gumamnya.
Dia memutuskan untuk pergi keluar dari kantor, berjalan-jalan sebentar tidak masalah bukan? Toh dia akan kembali.
Jepang sangat indah, banyak tanaman yang di tanam di pinggir trotoar menambah kesan indah atau ini sangat-sangat indah "aku merindukan Jaezie."
Semuanya berjalan lancar, hubungan mereka juga lancar, tidak ada pertengkaran karena mereka mencoba untuk saling percaya.
Hingga Jaezie telah lulus sekolahnya, dia langsung terbang ke Jepang tanpa memberitahu Januar terlebih dahulu, nanti saja.
"Ayah!!" Riangnya, dia melihat seorang laki-laki yang telah berumur sedang menata tanaman, "Jaezie datang!!" Dia berlari dan langsung memeluk sang ayah.
"Ayah merindukanmu nak."
"Jaezie juga."
Bersambung...