Happy reading!!Sepulang dari sungai wajah Januar berubah murung, dia terus berpikir tentang perkataan Jaezie yang berniat melupakannya "Tuhan.." Lirihnya, "sebanarnya siapa yang hatiku mau, kenapa rumit sekali."
"Kau tidak boleh menyerah Jaezie, aku mohon tunggu sebentar lagi, tunggu aku yang bisa mengartikan siapa yang paling aku cintai." Gumamnya.
Andra sang ayah menatap Januar dengan tatapan bingung, ada apa dengan putra pertamanya itu, kenapa terlihat menyedihkan. Dia menghampiri sang anak dengan tangan yang ia bersihkan dari kotoran tanah, maklum saja dia tadi membersihkan rumput di depan rumahnya.
"Abang!!" Terikanya.
Namun Januar tak merespon, dia seolah tak mendengar panggilan sang ayah membuat Andra semakin yakin jika ada yang tak beres pada sang anak "Abang!!" Panggilnya sekali lagi.
"Kenapa ayah?" Tanya Rean yang kebetulan berada di sana juga.
"Abang kamu itu kenapa? Dia lesu begitu."
"Dia dari sungai belakang yah, mungkin kerasukan." Ujar Rean dengan tenang.
"Bener tuh, Rey juga denger sungai belakang banyak penunggunya." Timpal Rey.
"Ah masa sih abang kamu kerasukan, yang ada setannya takut, orang abang temennya iblis." Ujarnya tak percaya.
"Ayah harus percaya kalo abang Januar kerasukan, jarang-jarang dia lesu begitu, kayak gak ada semangat hidup."
"Tapi Rey."
"Kata Rey sama Rean bener yah, coba liat gerak-gerik abang, dia mirip mayat hidup." Timpal Arjun, untuk kali ini dia berpihak pada sang adik walaupun terkadang mengesalkan.
Andra berlari sekuat tenaga tapi sebelum jauh dia terlebih dahulu di tahan oleh Arjun "mau kemana yah?"
"Mau panggil ustadz, abangmu butuh ruqiyah."
"Tapi kita..."
Andra menepuk dahinya "ayah lupa." Lalu dia menatap Januar yang beralih masuk ke dalam rumah, "lakuin apapun yang bisa membuat abang kalian sadar." Perintahnya.
"Itu memang tugas kami ayah." Kompak Rey dan Rean, mereka berdua berlari menyalip Januar di pagar rumah.
"Ayah gak mungkin cuman disini kan? Kalo abang ngamuk gimana?"
Andra dan Arjun menyusul mereka semua, berjalan perlahan setelah berada di belakang Januar.
Sedangkan Rey dan Rean telah siap dengan keperluannya di bantu oleh Rissa dan Nai "buat apasih?" Bingung Nai.
"Ngeluarin setan yang ada di tubuh abang."
"Terus ini diapain."
"Siram ke tubuh abang lah." Jawab Rey dengan tenang.
Rissa menunjuk ke arah Januar yang datang "tuh abang datang."
Rey, Rean di bantu oleh Nai mengangkat bak yang berisi air dengan bunga yang mereka petik di depan rumah mereka "hitungan ketiga siram abang pake ini."
Januar mulai mendekat namun tatapannya kosong "wih abang kemasukan setan apa? Kok bisa masukin si abang yang marahnya mirip maung." Takjub Nai.
"Setan merah." Balas Rey.
"Sudah diam, persiapan."
1
2
3
Byur!!!
"Anjing!! Hujan bangsat." Pekik Januar.
Mereka semua bernafas lega, Rey bersama yang lainnya saling bertos ria "berhasil." Senang mereka.