Part 44

1.8K 47 0
                                    

🦋

[Icha diculik?]

"Bagaimana menurut bibi? Icha juga betah disini, sekolah di negri atau bagaimana?"

Luna, wanita itu masih sibuk menscroll layar ponselnya. Memilih diantara begitu banyaknya sekolah dasar yang ada di Medan.

Wanita yang masih harus meminum jamu agar benar-benar sembuh itu menoleh, kemudian meletakkan cangkir pada tempatnya.

"Sekolahkan dia ditempat yang layak. Banyak sekolah yang terjamin di sini, baik negri maupun swasta."

Setelah memilih hampir satu jam akhirnya wanita itu menepatkan pilihannya. Tempat dulu ia ingin sekolah disana tapi karena orang tua nya tidak mampu hanya bisa membuatnya berangan-angan.

"Pilihan ku sudah tepat, bi. Icha akan ku sekolah kan di prime one school. Tidak semua orang bisa sekolah disana, termasuk aku. Setidaknya walaupun aku tidak bisa ... Ada penerus ku yang bisa merasakannya."

🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋

"Kamu mau kemana, Crish?"

Jessica yang baru saja keluar dari kamarnya menatap ke arah Crish yang sudah rapi dengan stelan nya.

"Ke kantor."

Pria itu hanya menjawab singkat, turun dan berjalan ke arah meja makan.

"Pagi-pagi begini? Tapi ... Stelan mu tidak seperti mau kekantor?"

Huh!

Pria itu memasukkan tiga buah gula pasir dalam cangkir dan menuangkan kopi yang masih benar-benar panas.

"Aku hanya akan memeriksa beberapa berkas, setelahnya aku ada janji dengan clien."

Tidak ada lagi pembicaraan, mereka berdua terlihat tenang dalam makan nya. Menikmati masing-masing sarapan yang berbeda sesuai dengan kesukaan.

Jessica yang masih diet walaupun tengah hamil itu tidak makan karbohidrat, dia hanya makan salad dan buah-buahan yang ditambahkan dengan sedikit minyak zaitun dan juga daging kalengan.

Sementara Crish, semenjak mengenal Luna, dia jadi suka makan makanan yang mengandung karbohidrat. Seperti nasi goreng atau nasi Padang.

Hanya sesekali dia makan makanan seperti pasta atau bubur brokoli.

"Crish, aku ingin ikut ke kantor. Aku ini tidak punya pekerjaan lagi setelah hamil. Aku ingin bekerja ... Jadi apa pun bisa."

Menatap Jessica sebentar, pria itu menyudahi makan nya dan meraih tissue yang tersedia.

"Jessica, aku rasa aku cukup kaya untuk kamu poroti. Jangan bertingkah dengan bekerja di kantor. Aku tahu akal bulus mu!"

🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋

"Memangnya kita mau kemana, ma?" Icha bertanya, ia bingung pagi-pagi sudah disuruh mandi dan berpakaian yang rapi.

Sambil memasang sepatu, wanita itu tetap menjawab pertanyaan dari putri kecilnya. Anak seusianya memang gemar sekali bertanya karena rasa ingin tahunya yang kadang membuat Luna emosi.

"Mama akan mendaftarkan mu kesekolah baru. Berpakaian lah yang rapi, dan jangan urak-urakkan. Malu sama teman-teman nanti!"

Berjalan ke arah meja rias, wanita itu meraih bedak tabur yang bersahabat dengan anak kecil dan memolesnya pada Icha.

"Yah ... Kata papa, aku bakal sekolah di Jakarta. Terus kok sekarang disini?"

Anak kecil itu memanyunkan bibirnya, merasa kecewa. Padahal jika di Jakarta dia bisa sering bermain dengan sang papa, dan meminta apa pun yang diinginkan.

Budak Nafsu Tuan Muda 🔥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang