Part 3

17.4K 194 0
                                    

🦋

[Aluna bersembunyi]

Pagi ini Aluna pergi menemui madam Elisha di rumahnya. Rasanya Aluna merasa dirugikan setelah apa yang dilakukan pria itu padanya.

"Aluna, ada apa denganmu? Kenapa menatapku seperti itu?" tanya madam Elisha kebingungan. Aluna menatapnya tajam.

"Madam pembohong! Madam bilang pria itu membayar ku permalam 80 juta. Tapi apa ...? Kau menjual ku dengan harga 500 juta untuk dipakai selama nya?"

Aluna tertawa, 'dasar otak picik!' Batinnya.

"Kau tahu, nyonya Elisha. Berapa kau membayar ku? Itu tidak sebanding dengan yang aku lalui bersama nya. Sudah hampir seminggu ini dia selalu datang ke rumah ku!"

Madam Elisha terperangah, 'sejak kapan gadis bodoh ini berani padanya.'

"Itu salah mu sendiri. Kamu selalu ambil cuti. Itu merugikan ku!" pungkas madam Elisha. Ia melihat sekeliling, takut jika tetangga yang doyan kepo melihat. Kemudian menarik tangan Aluna agar masuk kedalam.

Sampai dalam Aluna menghempaskan tangan Madam Elisha yang menariknya. Ia tak mau dipaksa duduk. "Sudah lah, madam. Jangan membuang waktu ku. Jelaskan mengapa madam picik sekali?" ucap Aluna tegas.

Kemarin Mega menuntut pendapatan temannya itu. Kalau dipikir pikir memang madam mencoba memanipulasi Aluna.

"Minta, Luna. Labrak dia, enak aja ... Lu yang banting harga dia yang Nerima gaji banyak begitu!" kata Mega tempo hari.

"Pria-pria yang ingin mencicipi tubuhmu merasa kecewa karena kamu selalu ambil cuti. Jadi untuk menutupi kerugian itu, ku potong saja dari pemberian pria itu," jelas madam Elisha.

"Ya aku tidak mau tahu. Bayar aku dengan sesuai. Jika sehari 80 juta, maka aku minta gaji ku selama seminggu ini."

Aluna bersedekap dada, Mega yang mengajari nya untuk tegas sedikit.

"Jangan lembek, kalau gak dikasih teriak aja!" kata Mega, mengajari temannya yang memang lemah itu.

"Aku minta Sekarang, atau aku teriak?" ancam Luna. Ia sudah ancang-ancang mengintip kearah jendela.

Ia berniat kabur dengan uang itu. Memang dari awal rencananya adalah mengumpulkan uang dari hasil melacur dan pergi. Ia ingin membangun usaha, yang halal.

"Aku tanya pada mu, Luna. Memang jika ku beri uang itu, kamu mau apa? Ingat! Kamu sudah menjadi milik pria blasteran itu. Aku tidak mau nantinya aku yang kena batunya."

Madam Elisha takut juga jika Aluna berteriak. Mengingat tetangga nya bukan manusia biasa.

"Gak usah banyak tanya. Berikan atau ... Tolong, tolong aku!" Aluna berteriak, ia memperhatikan wajah Madam yang memerah menahan amarahnya.

"Hey ... Sudah ... Sudah! Kamu mau apa dengan berteriak? Huh ... Sudah kutolong biar gak gelandangan lagi, malah gak tau terima kasih!"

Madam Elisha mengomel, ia berjalan menuju kamarnya. Aluna memerhatikan sekeliling, ada foto pria tampan yang bersanding di dalam foto.

"Suaminya atau siapa nya? Atau anaknya? Ganteng juga sih." Aluna mengulas sedikit senyum.

"Ini ... Tapi awas, ya. Kalau kamu kabur!" Madam Elisha memberi kan amplop tebal pada Aluna. Mendorong tubuh gadis itu agar keluar dari dalam rumah nya.

🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋

"Mega, aku gak tahu hidupku selanjutnya bagaimana. Tapi yang jelas aku gak mau jadi tawanan nafsu." Aluna mengepak semua barangnya dalam koper besar. Ia tak tahu akan pergi kemana, tapi untuk sementara ia akan tinggal dengan teman masa SMA nya.

"Itu lebih baik, kalo ada apa-apa hubungi aku," ucap Mega sedih. Ia akan kehilangan teman seperjuangan nya. Selama ini tak ada yang benar-benar tulus menyayangi nya. Bahkan orang tuanya menjual nya pada madam Elisha.

Yang ia tahu adalah Luna seorang pengasih. Jiwa keibuan nya melekat kuat pada diri wanita itu.

"Kamu yakin akan tinggal dengan, Nava? Kamu tahu dia siapa?"

Aluna mengangguk. "Ya aku tahu dia siapa. Tapi setidaknya pria gila itu tak lagi mengejar-ngejar ku. Sumpah, Meg. Aku takut padanya."

🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋

"Kamu mau kemana, Crish?" Tanya seorang wanita pada anak sambungnya.

"Aku ada keperluan di luar sebentar. Malam ini aku tidak pulang, kau jagalah diri mu!"

Crish keluar dari mansion dan dengan cepat melesat dengan mobilnya.

Berulang kali pria itu menekan bel dan tak ada sahutan. Ia mengintip dari jendela. Barang kali wanita itu sembunyi karena takut padanya.

"Kenapa rumah ini gelap sekali?" monolog nya.

Ia kembali terpikir, apakah wanita itu masih bekerja di club. Bukan kah dia sudah membayar wanita itu?

Ia kembali melajukan mobilnya pergi kearah club sialan itu. Tempat dimana ibunya pun pernah bekerja disana.

Dasar orang-orang ini, semua hal tentang hidup mereka hanyalah tentang dunia malam.

"Aku tidak mau tahu, dimana wanita itu? Bukankah aku telah membayar nya? Itu tanggung jawab mu,  cari dan berikan padaku. Atau ... Kau tahu, kau akan bangkrut!"

Pria itu kesetanan, ia mengacak-acak tempat itu. Ia merasa telah kehilangan emas berlian dalam lumpur. Ia sudah terlanjur ketagihan mencicipi sudut demi sudut tubuh wanita itu.

"Maaf, tuan. Segera orang-orang ku akan menemukan nya. Aku tidak tahu bahwa dia bisa kabur. Padahal sudah ku wanti-wanti."

Madam Elisha mengkode para pekerjanya untuk pergi dari ruangan itu. Ia tak mau gara-gara wanita sialan itu, yang lain jadi ikut-ikutan kabur.

"Ya sudah, aku tahu anda sedang ingin ... Em ... Ya anda tahu apa yang sedang kita bicarakan. Aku masih punya satu lagi primadona disini." Madam Elisha membisikkan sesuatu pada asisten nya, ' Carolina' untuk mencari Mega.

"Ya sudah, cepat bawa ke kamar biasanya. Rasanya kepalaku sudah mau pecah, menahan gairah ini ...." Crish memegangi kepalanya.

Crish tak akan membiarkan wanita so hot itu pergi, berlari dari Kungkungan nya.

"Malam ini dia bisa lari dari ku, tapi selanjutnya ... Siapa yang tahu." Gumam Crish tersenyum licik.

Padahal sedari di kantor tadi dia telah memikirkan gaya apa saja yang akan dia pakai saat ber hubungan. Tapi semuanya musnah ... Hanya meninggalkan gairah yang telah membuncah.

🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋

"Jadi kamu tinggal dengan Marlo?" tanya Aluna pada Nava. Mereka duduk bersama Marlo di ruang tamu.

Marlo merangkul mesra Nava. "Ya memang begini kehidupan kami, Luna. Dari zaman sekolah pun kami sering tidur bersama."

Marlo mencium bibir Nava di depan Aluna. Ia tanpa rasa malu melakukan hal itu didepan tamu.

Aluna jadi merasa kikuk, seperti nya ciuman itu sedang panas-panasnya.

Ia memilih pergi, masuk kedalam kamar.

"Ternyata beginilah rasanya hidup dalam kegelapan. Aku tidak punya teman baik, hanya memiliki mereka yang ... Ah entahlah."

Aluna merenung, semasa hidup dulu orang tuanya sangat menyayangi nya. Memberikan nasihat bahwa semua masalah harus diselesaikan dengan berdoa pada Tuhan.

"Maafkan, Luna. Ayah ... Ibu ...." Luna meneteskan air matanya kala mengingat bahwa dirinya sudah benar-benar terjerumus kedalam dunia haram.

Ia masuk kedalam kamar mandi, mengambil wudhu dan melaksanakan tugas nya sebagai seorang muslim. Ia tak tahu akan kah doanya diterima, tapi yang jelas doanya tulus.

.
.
.
.

Guys! Di beberapa part, memang saya buat Luna nyesek. Soalnya saya sengaja><

.
.
.

Jangan lupa follow akun ini 🙏

#salam_dari🦋🦋

Budak Nafsu Tuan Muda 🔥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang