Part 47

1.6K 36 0
                                    

🦋

[Hampir kehilangan nyawa]

.

Polisi telah menyebar mencari keberadaan Marcel yang bersembunyi. Begitu pun dengan Crish dengan para bodyguard nya yang tak gentar mengejar mobil milik Jessica.

Tak perduli pada nyawanya yang mungkin akan melayang. Demi anaknya, dia rela berkorban.

"Kalian bilang malam ini anakku akan kembali pada ku? Bahkan sekarang aku akan kehilangan dua orang yang telah berada di sisi ku."

Berita tentang anak tunggal dari pengusaha terkenal pemilik perusahaan CAM Mahendra telah mencuat ke internet dan juga televisi.

Ramai sudah orang yang berada di kediaman Crish. Tapi mereka tidak tahu bahwa apartemen itu kosong.

Crish telah meninggalkan apartemen itu, memberikan gaji terakhir pada Sintia dan meminta Art muda itu. Setelahnya semua yang ada di dalam telah pergi, meninggalkan furniture yang berada dalam ruangan yang gelap dan senyap.

Mendengar kabar bahwa pengejaran di lakukan di Jakarta, Luna tak mau tinggal diam. Ia memilih terbang ke Jakarta malam itu juga. Tanpa pemberitahuan dan pergi begitu saja.

Keberanian orang pendiam tak akan terbendung jika sudah berurusan dengan hak milik. Marahnya orang pendiam adalah bagai auman singa, sekali tapi membekas.

"Dimana ujung jalan ini akan berakhir?" Tanya wanita itu.

Luna menggunakan masker di dalam mobil. Karena takut banyak yang akan mengenal nya. Bukan hanya anak dari pemilik perusahaan CAM Mahendra saja yang disoroti, juga ibu dari anak itu.

Mesin mobil yang sudah menyala adalah bukti bahwa sekali tindakan yang dilakukan adalah penuh keberanian.

Dret!

Dret!

Dret!

Pada panggilan ke 3 wanita itu baru mengangkat telponnya.

"Luna, kamu dimana?" tanya Rianti di seberang sana. Ia cemas tak melihat Luna di dalam kamarnya. Ia takut Luna nekat bunuh diri.

"Aku akan menghentikan Jessica, dan akan membawa nya ke alam baka."

"Apa? Luna, jangan ngaco! Istighfar kau Luna!" Kali ini bibi Ella yang ikut bicara.

Tut!

Dengan meneruskan panggilan hanya akan menggoyahkan komitmen Luna. Sudah cukup ia menderita hanya karena orang-orang seperti Jessica dan Maria.

Kini saatnya pembalasan dendam dan juga merampas anaknya kembali.

🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋

"Kamu dengar itu, Jack? Anak dari penguasa CAM Mahendra? Itu berarti ...."

"Anak Crish bersama Luna. Mereka telah bertemu kembali. Penculikan itu hanya akan berakhir sia-sia."

Mega menoleh pada sang suami. Apa maksudnya, jika berarti anak yang belum tahu Jenis kelamin dan juga namanya itu selamat, maka itu bagus.

"Maksud mu?"

"Ada yang baru saja menghubungi ku, bahwa Luna ada di sana."

Sambil menunjuk ke arah televisi, pria itu menunjuk ke arah jalanan yang ada di Jakarta.

"Antara hidup atau mati, dan antara Luna atau Jessica."

*****

"Angkat telpon mu Luna, jangan menambah beban pikiran ku. Angkat! Angkat! Angkat! Akh!" Pria itu membanting ponselnya. Luna benar-benar keras kepala.

"Ngebut Sen! Ngebut! Tabrak mobil itu dari belakang!"

"Waduh pak, saya gak berani."

Ck!

Pria itu melangkahi kursi depan dan memerintahkan Senka agar pindah kebelakang.

Dengan kuat memegang setir kemudi dan  siap memijak gas dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Pak, hati-hati pak. Ya Allah ... Pak, di depan ada belokkan, pak!"

Senka berucap, jantungnya seakan berhenti berdetak. Merasa dirinya sedang berada di dalam area balapan.

"Papa!"

Melihat lambaian tangan dari Icha, membuat jiwa Crish seakan terus berkata 'tabrak saja!'

Brem! Brem!

Cit!

"Luna!"

******

"Tante, berhenti ... Tante! Ada mama di depan ... Hiks ... Ma ... Mama ...."

Anak kecil itu menangis melihat dari kaca mobil mamanya menghadang di ujung jalan.

"Diam! Kamu pikir aku akan berhenti, lalu memberimu pada orang tua mu? Lalu nasib ku bagaimana anak kecil?"

Jessica tak perduli, jika memang akan mati ... Mati lah bersama-sama agar tak ada yang merasakan kebahagiaan.

Dret!

Dret!

Telpon Jessica berdering, ada panggilan dari Crish.

Hap!

Saat ponsel itu akan di ambil oleh Jessica, Icha merampasnya dan lompat ke kursi belakang.

"Halo, pa ... Hiks ...."

Anak itu sudah banjir air mata, tak tahu harus berbuat apa. Di usia yang masih berusia bahkan belum genap 6 tahun tentu ia hanya bisa menangis.

"Icha, di depan ada mama?!"

Pria itu sedikit berteriak, sudah tak tenang menyetir di dalam mobil. Mulai akan mengarah kan pada sang putri apa yang harus di lakukan.

"Tarik setir dari tangan Tante Jessica ketengah jalan supaya bisa mepet ke mobil papa!"

Menggeleng, anak itu tak mau menuruti perintah sang ayah. Dia tidak mau Crish kenapa-napa.

"Gak mau, pa ... Nanti papa terluka ... Hiks ...."

"Icha! Lakukan!"

Walaupun terpaksa, anak itu segera beranjak dari kursi belakang ke kursi Jessica. Melihat ke arah mama nya yang telah menunggu di ujung jalan.

"Tante stop, atau kita semua bisa mati ...."

Masih berusaha membujuk, anak itu menangis menunjukkan puppy eyes nya.

"Diam! Diam disana! Jika pun mati, mari mati bersa--"

"Berhenti, Tante! Aku bilang berhenti!"

Keadaan kemudi yang tidak stabil membuat mobil itu oleng dan menggesek bahu jalan.

"Hey! Singkirkan tanganmu! Dasar anak sialan, berhenti mengganggu ku! Huaaaa ... Haaa ...."

Jessica mendorong tubuh kecil Icha sambil tertawa dan  membuat anak tersungkur ke kursi sebelah. Membuat anak kecil itu meringis. Tak mau menyerah, Icha kembali melancarkan aksinya.

"Tante, Icha bilang berhenti!!"

"Aws, singkirkan tangan mu dari rambut ku anak kecil!"

Jessica meringis, berusaha melepaskan kemari kecil Icha yang menempel di kepalanya. Menarik rambut Jessica, membuat wanita itu mendongak dan kesulitan memperhatikan jalanan.

Akibat perbuatan anak itu, stir kemudi oleng dan ....

.

#Salam_Dari🦋🦋



Budak Nafsu Tuan Muda 🔥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang