9. TEROR!!

2.4K 157 14
                                    

"SURPRIIIIIISSEE!!" terompet lidah dan party popper dibunyikan tatkala Kai, Silvi dan Enzo datang ke kediaman keluarga Jaster. Ya, mereka semua menyambut kedatangan Enzo yang baru saja keluar dari rumah sakit setelah lima hari di rawat karena penyakitnya.

Mereka semua membuat spanduk selamat datang, kue tart beserta lilin dan ruang tamu dihias sedemikian rupa layaknya pesta ulangtahun. Padahal ini hanya pesta penyambutan.

"Selamat datang kembali Enzooo," ucap Jesika memberikan kue tart ke hadapan anak itu agar dia meniup lilinnya. Jangan ditanya bagaimana bahagianya Enzo, ini seperti memimpi baginya bahwa semua keluarga menyambut kedatangan dirinya.

Enzo meniup lilin dan semua bersorak. Pesta dilanjutkan dengan makan bersama menikmati hidangan yang dibuat bik Asih dan bik Inah.

Pesta penyambutan berlangsung satu jam lamanya. Enzo terlihat bahagia begitu juga dengan Silvi serta Kai.

"Makasi semuanyaaaa," ucap Enzo setelah pesta berakhir.

* * *

"Aaah, kayaknya gua bakal lulus casting nih kalau gua ngelamar ke YG entertaiment. Gila, gua harus pura-pura bahagia di depan semua demi anak itu. Ciih." Jeremy menghembuskan asap rokoknya. Dia berada di halaman belakang rumah, duduk di tepi kolam sambil merendam kaki.

Sedangkan di hadapannya ada Emil yang sedang mengajak Kharisma berenang, lihat tawa bahagia anak itu saat papa mengajaknya berenang. Oh, tentu saja anak itu dipakaikan ban untuk keselamatannya.

"Dah lah, terima aja. Bener kata kak Kai, Enzo itu gak salah, gak seharusnya kita benci sama dia." Nasehat Emil.

Nampaknya sifat mereka kini berkebalikan, dulu Jeremy jauh lebih bijak dari Emil. Namun sekarang sebaliknya.

"Kiyaaa.. Papa Isma ica enang."

"Waaah jagoan papa hebat bangeet, ayo terus, ayo terus, sini kejer papa."

Emil menyemangati putranya yang terus-menerus mengayuh kakinya agar sampai kepada papa. Tidak lupa dengan tawa cerianya. Membuat suasana hati Jeremy sedikit membaik melihat keponakannya yang menggemaskan itu.

Jeremy mematikan rokoknya dan langsung nyebur  mengejar keponakan, berlagak seperti dinosaurus yang akan menangkap mangsa. Ah~ dia jadi gemas sendiri dengan keponakanmya itu.

"Rrrggghh. Om Dino bakal nangkap Kharisma." Dia berjalan di kolam sedang anak itu terus mendayung menuju papa sambil tertawa.

"Kiyaaa.. Hahaha.."

* * *

Hari sebelumnya..

BUGH!

Kai tiba-tiba berlutut di depan semua anggota keluarga saat waktu sarapan. Sontak semuanya terkejut. Apa makhsud Kai berlutut di hadapan mereka?

"Aku mau bicara sama kalian, tolong dengarkan," lirihnya sambil menunduk.

"Kamu kenapa Kai?" tanya mama dengan raut khawatir.

"Tolong dengarkan dulu, Ma." Kai memasang muka memelas.

Kemarin saat putranya, Enzo sakit, dia baru menyadari bahwa putranya itu sebenarnya sangat kesepian dan sedih akan sikap keluarga ini kepadanya. Dia juga merasa bersalah telah bersikap dingin juga pada Enzo.

Akhir-akhir ini Kai memang agak sensitif gara-gara putranya membahas anak cacat di sekolahnya. Lagi-lagi itu mengingatkannya pada putri dan istrinya yang telah tiada.

Bahkan karena itu Kai jadi berpikir apakah benar Enzo putranya? Dia sempat tak mau mengakuinya lagi.

Tapi hari kemarin telah menyadarkannya. Enzo memang putranya, dia ada karena kesalahan yang telah diperbuatnya. Baginya Enzo tak pantas di salahkan, Enzo tak pantas dibenci.

"Aku tahu sepuluh tahun lalu aku telah membuat keluarga ini malu, aku telah membuat keluarga ini marah. Aku minta maaf sebesar-besarnya.

Kai Jaster menurunkan ego  demi putranya. Dia hampir-hampir mau menangis apalagi mengingat apa yang telah diperbuatnya dulu.

"Kalian boleh benci aku, kalian boleh benci Silvi, bahkan menganggap kami tak ada pun, tak masalah. Tapi aku mohon, perlakukan Enzo dengan baik, dia gak salah. Tolong jangan membencinya. Dia keponakan kalian, dia cucu kalian. Aku mohon sayangi dia layaknya keluarga.. Hiks.. Hiks..."

"Bangun, Nak, bangun." Papa membantu Kai berdiri, dia berkata sangat lembut. Seakan apa yang dikatakan putranya itu benar.

"Kami akan bersikap baik pada Enzo, kamu tenang aja." kata Papa.

Sebenarnya dia sendiri juga merasa bersalah karena selama ini bersikap dingin pada cucunya.

Maka dari itulah kemudian papa merencanakan pesta penyambutan untuk Enzo setelah dia keluar rumah sakit. Tentu saja semua anggota keluarga mengiyakan termasuk Jeremy yang paling keras kebenciannya pada keluarga kakaknya, baik itu Silvi dan Enzo.
Emil sendiri bagaimana?

Ah, dia sebenarnya bersikap biasa saja pada Enzo, katakan saja dia netral, tidak begitu benci tidak juga sangat sayang. Sang istri tentu mengikuti suami bagaimana dia bersikap pada Enzo.

Dan begitulah pesta penyambutan terjadi

* * *

Sementara Emil dan Jeremy bermain di kolam renang bersama Kharisma, Enzo dan Kai bermain bulutangkis di halaman depan. Anak dan papa itu mulai akrab kembali. Pada akhirnya Kai kembali berusaha ikhlas atas apa yang telah terjadi. Meski ia tak bisa mencintai Silvi lagi tapi setidaknya cintanya ada untuk Enzo.

Hidup harus terus berjalan bukan?

Sebentar kemudian pak Budi menghampiri mereka membuatnya terpaksa menghentikan permainan. Pak Budi membawa sebuah kotak paket di tangannya.

"Ada apa Pak?" tanya Kai penasaran.

"Ini Pak ada paket buat bapak." Pak Budi menyerahkan kotak paket berukuran 20 x 15 cm itu pada Kai dan langsung diterimanya.

"Paket? Saya gak merasa membeli sesuatu."

"Hehe, saya gak tahu Pak, tadi ada kurir nganter."

"Baiklah kalau gitu, bapak bisa lanjutkan pekerjaan." Pak Budi kembali menjaga post depan melanjutkan pekerjaan sesuai perintah tuannya.

"Paket dari siapa Pa?" Enzo menghampiri papa.

Kai mengangkat bahu menandakan kalau dia tidak tahu paket itu dari siapa karena memang juga tidak ada nama pengirimnya.

"Sebentar iya papa buka didalam dulu."

"Yaah, terus permainan kita gimana?" Enzo nampak kecewa, mereka baru saja bermain tiga set.

"Sini biar sama tante aja." Sahut Jesika dari pintu ruang tamu dan menghampiri keduanya.

"Serius tante?" Jesika mengangguk.

"Sorry ya Jes." Kai menyerahkan raket pada Jesika sedangkan Kai pergi ke ruang kerjanya.

Sampai di ruang kerjanya Kai membuka paket tersebut. Betapa terkejutnya dia mendapati isi paket.

"DIA BUKAN ANAKMU!" begitu tulisannya disebuah surat yang ia temukan di dalamnya bertinta merah. Kotak itu juga berisi foto-foto Enzo yang dicoret silang dengan tinta hitam.
______________________________________

Jeng-Jeng-Jeng
🙀🙀🙀
TEROR dari siapakah itu?
.
Mungkinkah memang benar makhsud TEROR itu? 😳

[2] Bunda, Ayah Dimana? [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang