"Sayangnya bunda, kamu akan tumbuh jadi putri yang pintar dan kuat." Arum menggendong putri kecilnya yang tertidur, mendekapnya dengan erat. Hatinya begitu terpukul saat mendengar putrinya itu divonis dokter tidak bisa berbicara dan mendengar layaknya anak normal lainnya.
Bagi seorang ibu sedih iya tapi tidak mungkin kan dia akan membenci anaknya atau bahkan menyalahkan Allah atas apa yang menimpa anaknya?
Arum mencoba mengikhlaskan dan bersabar dalam menghadapi takdir.
Kai yang saat itu baru membuka pintu kamar mendengar gumaman istrinya. Sudah satu pekan sejak kabar buruk itu menimpa mereka. Kai merasa ini semua mimpi buruk. Kebahagiaan yang sudah setahun lebih ia bangun kini harus retak begitu saja.Oh ayolah, Alisya adalah anak, cucu dan keponakan pertama di keluarga Jaster dan harus terlahir cacat?
Egonya tentu tidak menerima itu tapi melihat kuatnya sang istri menghadapi cobaan ini membuatnya berusaha tegar juga.
Kai masuk ke kamar dan menutup pintu. Dia menghampiri istri dan memeluknya yang sedang menggendong putri mereka yang sedang terlelap. Ia ingin memberikan kekuatan kepada Arum. Ah~ mungkin dia sendiri yang ingin mendapat kekuatan itu dari istrinya.
"Allah sedang menguji kita mas," gumam Arum menahan air mata.
"Hm." Kai mengangguk dan mengeratkan pelukkan.
* * *
"Aruna, hari ini mamaku jemput terlambat. Aku mampir ke kafe tante bunda ya?" Eca menuliskan sesuatu di kertas ditengah-tengah pelajaran berlangsung di dalam kelas.
Aruna mengangkat jempol seraya mengangguk, mengiyakan permohonan sahabatnya.
Sepulang sekolah mereka berjalan bergandengan keluar kelas dengan ceria khususnya Eca, dia bisa mampir ke kafe tante bunda (begitu dia menyebutnya) dan mencicipi wafel buatannya. Sebelumnya Eca memang sering mampir jika mama-nya terlambat menjemput. Sudah sering sekali tante bunda membuatkan wafel untuknya terlebih gratis.
"Ah," Eca menepuk jidat seolah melupakan sesuatu. Aruna menoleh memasang wajah tanda tanya dengan alis terangkat sebelah.
"Aku lupa, buku MTK-ku di laci. Aku ambil dulu iya." Eca kembali ke kelas dia berlari kencang agar Aruna tidak menunggu lama. Mereka tadinya sudah berjalan cukup jauh dari kelas untuk itu Eca berlari.
Sembari menunggu Aruna berdiri disisi jalan koridor agar tidak menghalangi murid-murid yang lain lewat. Dia menepi ke tembok, sambil memeluk tas bekal makan siang miliknya.
BRUGH!
Aruna terjatuh dan suara tawa terdengar kencang setelah dia terjatuh.
BWAHAHAHA.
Siapa lagi pelakunya kalau bukan Enzo and the geng. Anak itu memang sering sekali menjahili Aruna karena ketidaksukaan mereka terhadap gadis cacat itu.
''Makanya jangan menghalangi jalan dong.''
PRAAANK!
Tas bekal makan siang Aruna yang ikut terjatuh dan terlepas dari tangannya itu ditendang oleh Enzo sampai terpental beberapa meter. Aruna tak bisa berucap atau pun mengeluh atas perbuatan Enzo padanya itu. Sakit hati pastinya tapi Aruna lebih memilih diam dan bersabar.
Gadis itu berdiri dan berlari mengambil tas bekalnya tapi Wahyu mengejar, mengambil dan melemparnya pada Egi. Lalu anak itu menangkapnya, dia menjulurkan lidah ke Aruna mengejeknnya.
''WEEEEEKK! Ambil ni kalau bisa.''
''HAHAHAH.''
Aruna mengejar dan berusaha mengambil tas bekal miliknya tapi Egi melempar dan mengopernya ke Enzo, anak itu menangkapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Bunda, Ayah Dimana? [SUDAH TERBIT]
General FictionSeries kedua dari "Bidadari Yang Tak Diinginkan." Sepuluh tahun Arum telah pergi dari kediaman keluarga Jaster. Selama sepuluh tahun itu pula dia merawat dan membesarkan putrinya sendiri dengan bantuan Bagas, sahabatnya. Dan selama itu pula putri k...