Rasa gelisah terus menghantui Emil karena dia belum cerita apa-apa kepada keluarga mengenai pertemuannya dengan Arum. Dia juga merasa bersalah tak mengatakannya. Padahal semua keluarga merindukan perempuan itu sejak kecelakaan yang menimpa.
Jesika masuk ke kamar setelah menidurkan Delina di kamar sebelah, sementara Kharima sedang bermain dengan baby sisternya-Mba Lia di halaman belakang rumah.
Melihat suaminya yang dari kemarin terlihat murung, Jesika memutuskan menghampiri dan bertanya. Emil sedang berdiri di dekat jendela, menatap langit sore yang kosong tanpa kicauan burung.
''Kamu kenapa sih, Mil dari kemarin kelihatan gelisah, lesu, kayak ada yang dipikirin.'' Emil menatap Jesika sebentar dan kembali menatap langit. Pria itu mendesah.
''Aku bertemu kak sister,'' katanya tiba-tiba membuat Jesika terkejut.
''HEE? Kamu gak salah ngomong?'' Emil menggeleng dan tiba-tiba memeluk Jesika, erat setelahnya menangis.
''Kami bertemu kak sister, kak sister masih hidup Jes, dia masih hidup.. Hikss.. hiks.'' Jesika masih tak percaya dengan apa yang dikatakan suaminya ini. Mungkinkah dia melantur? Gak mugkin kan, apalagi sampai menangis begini? Jesika memutuskan untuk mendengarkan.
''Hikss... Hiks.'' Bahu Emil bergetar. Itu merupakan tangisan kebahagiaan sekaligus kesedihan karena fakta bahwa kak sister tidak mau pulang bahkan akan menikah lagi.
Tanpa sadar air mata Jesika menetes mendengar Arum masih hidup yang artinya hati Emil akan semakin jauh padanya jika perempuan itu kembali. Emil semakin tidak akan bisa mencintainya. Jesika memang turut bahagia jika Arum memang masih hidup tapi dia juga tidak terima jika perempuan itu sampai kembali dan menggoyahkan hati Emil.
''Tapi dia gak mau pulang hiks.. hiks, bahkan dia akan menikah dengan Bagas.''
Jesika terkejut. Haruskah dia bahagia mendengar Arum tak akan pulang ke rumah ini? Tapi bagaimana dengan Emil, suaminya pasti akan tambah sedih seperti sekarang.
Jesika melepaskan pelukkan Emil. ''Apa kamu gak bisa melupakan kak Arum, Mil?'' tiba-tiba saja dia berkata seperti itu membuat suaminya mengerutkan kening
''Makhsud kamu apa?''
''Kamu masih gak ngerti?'' nada bicara Jesika sedikit meninggi. ''Dari awal kak Arum bukan untuk kamu, dia gak bisa jadi milik kamu.''
Emil masih mengerutkan kening. ''Kenapa kamu berbicara seperti itu Jes?'' Nada bicaranya pun ikut sedikit meninggi.
''Hmph.''Jesika menyunggingkan bibir dan menyeka air matanya. ''Bisakah kamu membuka hati kamu buat aku Mil. Dari dulu hingga detik ini, hanya ada aku di sisi kamu.''
''Enam tahun kita udah nikah, selama itu juga aku menanti dan menahan perasaanku meskipun aku merasa hancur. Tapi gak sedikit pun hati kamu buat aku.'' Jesika menangis sambil menunjuk-nunjuk dada Emil. Dia marah dan sakit hati karena suami tak pernah ada rasa sedikitpun.
''Bahkan sampai kita sudah ada Kharima dan Delina tapii gak sedikit pun Mil, gak sedikit pun kamu mikirin perasaan aku. Dan sekarang--'' Jesika menatap langit-langit agar air matanya tak tumpah lagi.
''Sekarang kamu mengharapkan kak sister kamu pulang? Jika memang dia kembali lalu kamu meninggalkan aku, kamu mau meninggalkan Kharisma dan Delina. HA? IYA?
''JAWAB AKU MIL, KENAPA KAMU DIAM AJA? Kamu masih berharap sama kak Arum? SADAR MIL. SADAR, KAK ARUM GAK AKAN PERNAH JADI MILIK KAMU!''
''CUKUP!'' Pekik Emil, pria itu sudah mulai tak tahan dengan kata-kata dan cacian istrinya. Dia juga marah jika istrinya berkata seperti itu.
''Aku gak pernah mengharapkan kak Arum buat jadi milik aku, aku--''
''GAK PERNAH KAMU BILANG? TAPI HATI KAMU MENGATAKAN SEBALIKYA.''
''DENGAR AKU JESIKA! KAMU--'' Emil menunjuk Jesika. ''Kalau kamu lupa, kamu yang melamarku, kamu yang memintaku untuk menikahimu, kamu sendiri yang mengajukan diri untuk hidup bersamaku, kamu sendiri yang mengatakan tidak mengapa dengan cinta sepihak. See? Kamu sendiri yang memilih menyakiti hati kamu, bukan aku.''
Hati Jesika terasa perih mendengar Emil berkata seperti itu padanya. Bahkan kini air matanya tak dapat dibendung lagi.
''Jadi--'' suara Jesika terdengar parau. ''Kamu menyesal menikah denganku?'' suaranya melemah seiring dengan hatinya yang hancur.
''Iya.'' Suara Emil bergetar mengatakan itu sambil meneteskan air mata.
Hiks.. Hiks.. Jesika jatuh terduduk di lantai sementara Emil tak mempedulikannya dan pergi dari kamar mereka. Tak disangka pertengkaran itu didengar oleh Jeremy yang lagi-lagi tak sengaja lewat depan kamar adiknya.
Emil dan Jeremy bertatapan, datar dan dingin. Lalu Emil pergi begitu saja tak menggubris Jeremy. Masa bodoh jika kakaknya itu mendengar pertengkarannya. Emil pergi entah kemana dengan rasa marah masih menggerogoti hatinya dan Jesika terus menangis.
Papa Bill dan Mama Heara tidak ada di rumah, berikut juga dengan Kai yang masih bekerja, katanya akan bertemu dengan rekan kerjanya untuk membahas kerja sama bisnis yang akan mereka geluti. Sedangkan Silvi berada di halaman belakang menikmati kopi sore-nya.
''HUUUUFF!'' Jeremy mengambil tempat duduk di ruang tamu yang saat itu ada guru privat Enzo dan Enzo sendiri yang sedang mengejarkan soal dari gurunya.
''Ada apa sama om Emil, om Jer?'' tanya Enzo yang penasaran karena mendengar ribut-ribut serta barusan melihat Emil pergi dengan tampang emosi
''Bukan urusan kamu, kerjain aja tu.'' Tunjuk Jeremy dengan mulutnya.
''Ah~ gak mau , capek, soalnya terlalu sulit,'' keluh Enzo melempar pensilnnya ke atas meja.
''Om Emil berantem iya sama Tante Sika?'' Enzo makin kepo.
''CK! Ni bocah, bukannya ngurus diri sendiri malah sibuk ngurusin orang lain. DASAR OTAK UDANG!'' Jeremy bangkit dari duduknya dan menyentil dahi Enzo lalu pergi keluar.
''Ih~ om Jer nih, sakit tahu.''
''Bodo amat. UEEK!'' Jeremy meledeknya sebelum akhirnya benar-benar keluar. Sementara guru privat Enzo terkekeh melihat tingkah paman dan keponakan itu. Oh iya, sebut saja mba Manda, dia cantik dan berhijab syar'i.
''Isssh, kesel. Aku gak mau ah ngerjain soalnya. Pusing! Istirahat dulu iya mba, bye.'' Tuh anak langsung ngacir tanpa menunggu jawaban gurunya.
Memang tidak ada adab. Manda mendesah dan hanya bisa bersabar menghadapi muridnya yang satu ini.
______________________________________Rumah tangga Emil retak guys, tisu mana tisu.. 😭
.
.
BTW terimagaji vomen-nya, semoga yang udah vomen dilancarin rezekinya
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Bunda, Ayah Dimana? [SUDAH TERBIT]
Ficción GeneralSeries kedua dari "Bidadari Yang Tak Diinginkan." Sepuluh tahun Arum telah pergi dari kediaman keluarga Jaster. Selama sepuluh tahun itu pula dia merawat dan membesarkan putrinya sendiri dengan bantuan Bagas, sahabatnya. Dan selama itu pula putri k...