Usai pulang sekolah Emil mengunci diri di dalam kamar. Lalu mengeluarkan buku dari dalam tasnya yang merupakan buku belajar bahasa isyarat yang barusan saja dia beli di toko buku. Anak itu memang sengaja tak pulang bersama Jeremy karena hendak mampir ke toko buku. Setelahnya dia mengeluarkan laptop, menyalakan internet dan membuka youtube.
Emil belajar bahasa isyarat.
Sebuah kegiatan baru yang kini dipelajarinya agar nanti bisa berkomunikasi dengan keponakannya.
Biasanya sepulang sekolah Emil ke dapur untuk makan siang (lagi), bermain game atau pergi bermain ke rumah Kale tapi baginya sekarang tidak ada waktu untuk main-main. Dia harus belajar, belajar bahasa isyarat seperti yang dilakukan kak sister.* * *
Malam ini Bagas mengajak Arum dan Aruna pergi makan malam bersama di restoran pantai senggigi. Bagas sengaja mereservasi tempat di lantai paling atas dan sangat privat agar dia bebas menikmati waktunya bersama sahabat dan 'keponakan'nya itu. Satu lagi, agar orang-orang tidak melihatnya dan menganggau acara makan malamnya. Maklumlah sekarang dia model terkenal yang kemana-mana pasti akan tahu siapa dia.
Dari tempat mereka duduk mereka dapat menikmati keindahan laut dan langit malam yang bertabur bintang.
Aruna terlihat sangat girang sekali karena om Bagas telah pulang ke Lombok. Gadis kecil itu merindukannya. Bagi Aruna, Bagas seperti ayah yang selalu ada untuknya. Dari Aruna masih bayi Bagas lah yang selalu ada untuknya. Baik disaat Aruna sehat maupun sakit. Wajarkan jika Aruna sangat dekat dan sayang dengan Bagas."Aruna, makanlah yang banyak," kata Bagas sambil menggerakkan tangan dan dianggukan oleh gadis kecil itu.
"Berapa lama kamu ambil cuti, Gas?" tanya Arum setelah menyuap spaghetti-nya
"Semaunya gue." Bagas mengangkat bahu
"Aku serius nanyanya, Bagas."
"Gue juga serius jawab kak."
"Hadeeuh, yang ada manager kamu nyariin kamu kesini, maksa buat balik ke Jakarta. Sama kayak bulan-bulan sebelumnya."
"Hmph, biarin aja. Habisnya gue gak ada waktu libur kalau disana disuruh kerja mulu."
"Kan gue pengen nikmati duit hasil kerja ini." Bagas menyenderkan punggungnya di kursi. "Iya gak princess?" Kemudian alisnya naik turun meminta anggukan dari Aruna.
'Aku ingin om Bagas lama-lama disini.' Kata Aruna menggerakkan tangan.
"Tuh, Aruna aja mau gue lama-lama disini."
"Lagian gue kan model terkenal, jadi manager gue gak akan macem-macem sama gue. Hehe."
"Inget Gas diatas langit---"
"Masih ada langit," jawab Bagas cengir, serempak dengan Aruna. Mereka sama-sama menggerakkan tangan seolah tahu apa yang akan dikatakan Arum.
Mereka melanjutkan makan malam sampai makan penutup tiba. Usai makan Bagas berdiri berjalan menuju tepi balkon memandangi lautan yang indah, disusul Arum dan memgambil tempat di sampingnya. Setelahnya Aruna menyusul dan berdiri diantara mereka. Keduanya memandang gadis kecil itu dan tersenyum. Mereka terlihat sudah seperti keluarga yang sempurna.
Sebentar kemudian Aruna menepuk bahu bunda, bunda pun menoleh. Bagas juga ikutan menoleh.
'un--a, --es--ok, ar-i, u--a-ng a--u a--u. A--u -ole-h i-nta -atu -e-min-aan.' Gadis kecil itu mengatakan kepada bunda sambil menggerakkan tangan.
"Bunda, besok ulangtahun aku. Aku boleh minta satu permintaan?"
"Apa itu sayang?" tanya Arum
'o-leh om a-as, a-ah?' Arum memohon dengan sangat. Tapi raut wajah Arum terlihat sedih karena permintaan anaknya begitu berat baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Bunda, Ayah Dimana? [SUDAH TERBIT]
Ficción GeneralSeries kedua dari "Bidadari Yang Tak Diinginkan." Sepuluh tahun Arum telah pergi dari kediaman keluarga Jaster. Selama sepuluh tahun itu pula dia merawat dan membesarkan putrinya sendiri dengan bantuan Bagas, sahabatnya. Dan selama itu pula putri k...