12. Single Parents

2.5K 146 9
                                    

Hari ini Kai menyempatkan untuk menjemput putranya di sekolah dan kali ini dia bersama Silvi. Pria itu memarkirkan mobil mewahnya di tepi jalan dekat dengan gerbang sekolah. Dia keluar bersama Silvi menunggu Enzo hinga sebentar kemudian anak itu keluar.

Mendapati kedua orangtuanya menjemput ia berlari dan memeluk papa. Sangat jarang sekali kedua orangtuanya menjemput untuk itu Enzo terlihat sangat bahagia.

''Tumben banget papa jemput.'' kata anak kecil itu tapi Kai hanya tersenyum.

''Kita akan pergi makan siang bersama sayang,'' kata mama Silvi.

''Seriusan?'' Raut wajah enzo nampak bahagia.

Saat mereka hendak pergi mata Enzo tak sengaja melihat Aruna-anak cacat yang masih dibencinya. Dia melihat Aruna berlari dengan senyuman menuju orangtuanya yang datang menjemput-ada perempuan bercadar dan pria bermasker dan topi hitam. kedua orangtua itu nampak menyapa Eca dan Ryan yang keluar bersamaan dengan Aruna.

''Ayo Enzo, kamu kenapa diam?'' sahut papa saat mendapati Enzo masih terdiam ditempat.

Kai kemudian memperhatikan arah tatapan Enzo. Dia melihat Aruna bersama orangtuanya sedang berkomunikasi dengan bahasa isyarat.  Ah~ hal ini mengingatkannya kembali pada Arum dan putrinya, Alisya. Mata Kai tak berhenti menatap perempuan bercadar itu, berharap jika itu adalah Arum dan Aruna itu adalah putrinya.

Mungkinkah? Pikirnya.

Kai segera menggeleng, menghapus apa yang ada dibenaknya. Mana mungkin kebetulan itu ada. Dia mencoba untuk mengikhlaskan apabila memang Arum dan Alisya telah tiada. Walau rasanya susah sekali.

''Kai, Enzo ayo.'' Panggil Silvi. Ketiganya masuk ke dalam mobil dan pergi.

* * *

''Eeeummm.'' Ryan memejamkan mata sambil bergumam menikmati brownis lumer yang disediakan Arum untuk mereka. Ya, Ryan, Eca dan Aruna sekarang ada di Smootie Cafe-kafe milik bunda Aruna. Mereka duduk bertiga di meja paling pojok.

'E-ak?' tanya Aruna dengan bahasa isyarat.

''Bangeeeeeeett,'' jawab Ryan tidak lupa mengacungkan jempol membuat Eca dan Aruna tertawa sebab mulut Ryan masih penuh dengan brownis dia belum sepenuhnya menelan, bahkan bibirnya cemong akibat selesai coklat brownis.

Sementara itu Arum bersama Bagas dan Kevin-papa Ryan berada tidak jauhu dari anak-anak mereka. Keduanya sedang duduk berhadap-hadapan membahas kerja sama bisnis dibidang makanan yang akan segera mereka lakukan.

''Saya berharap ke depannya bisnis kita berjalan lancar, apalagi ada model terkenal di semua kalangan generasi.'' Puji Kevin.

''Mas Kevin bisa aja. Ya, pasti dong. BWAHAHA!'' Jawab Bagas dengan percaya diri dan tertawa yang diikuti oleh Arum dan Kevin.

Setelah membahas bisnis, mereka menikmati menuju dessert Smootie Cafe.

''Saya bersyukur Ryan bertemu dengan anak-anak baik seperti mereka,'' celetuk Kevin memandangi putranya yang sedang tertawa bersama kedua sahabatnya. Entah apa yang dibicarakan mereka bertiga sehingga tertawa.

''Seharusnya saya yang bersyukur, mas. Aruna dapat teman sebaik mereka, bahkan menerima apa adanya Aruna.''

''Sulit bukan jadi single parent?''
Arum hanya mengangguk mendapat pernyataan Kevin. Hal itu memang benar, Arum seorang single parent namun dengan bantuan Bagas dia bisa melaluinya dengan tenang.

Kenapa Kevin menyatakan pernyataan itu? Karena dia juga seorang single parent. Istrinya meninggal satu tahun lalu.

''Kalau boleh tahu ayah Aruna kemana, Mba?'' Kevin nampak penasaran.

[2] Bunda, Ayah Dimana? [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang