Setelah menyelesaikan hukuman tersebut, Lan Wangji, Lan Qiren, dan satu persatu murid senior mulai meninggalkan aula hukuman. Sedangkan Jiang Cheng langsung menghampiri shixiong-nya dan menjewer telinga tanpa mendengar rengekan Wei Wuxian yang mengeluh sakit punggung yang baru saja dicambuk.
"Ai yah shimei, kenapa kau menarik telingaku? Lepaskan! Ini sakit tau. Punggungku sudah sakit kau malah membuatku tambah sakit bukannya mengobatiku," celetuk Wuxian.
"Sudah kubilang jangan membuat masalah selama di Gusu, kau bahkan tidak bisa diam untuk sehari saja dan langsung membuat kekacauan begitu datang," ujar pemuda berpakaian ungu itu kesal namun tetap melepaskan tangannya dari telinga Wuxian.
"Ya ya ya, maafkan aku. Lagipula ini bukan salahku. Aku hanya mencoba berbuat baik dengan menawarkan arak kepadanya. Siapa yang sangka ia malah membawaku untuk dihukum," ujarnya tanpa rasa bersalah disertai ringisan kecil.
"Terserah kau, kau urus saja lukamu sendiri. Aku tak akan mengobatinya." Setelah mengatakan itu, ia langsung pergi bahkan tanpa membatu Wei Wuxian pergi ke kamarnya.
Wei Wuxian yang mengetahui sifat Jiang Cheg hanya bergumam, "Lihat saja nanti siapa yang akan datang ke kamar dan mengobati ku. Dasar kucing tsundere."
Setelah mengatakan itu ia kembali meringis. "Wei Gongzi, mari saya bantu berjalan menuju kamar anda."
Saat ia sedang berusaha berjalan sendiri, terdengar suara lembut dari belakangnya. Ternyata tanpa disadari oleh Jiang Cheng dan Wei Wuxian masih ada orang yang memperhatikan perdebatan mereka, yang tak lain adalah tuan muda pertama Lan. Lan Xichen.
"Ah, terima kasih Zewujun. Maaf telah merepotkan Anda," ujar Wei Wuxian yang untungnya masih mengetahui sedikit kesopanan.
"Tidak apa-apa Wei Gongzi." ucap Lan Xichen ramah.
"Sepertinya kalian berdua sangat akrab yah," ujar Xichen disela perjalanan.
"Benar. Sejak kecil aku, A-Cheng dan Shijie sudah bersama. Kami bertiga sudah saling memahami sifat masing-masing. A-Cheng meskipun terlihat galak seperti itu, sebenarnya dia yang paling perhatian diantara kami dengan caranya sendiri. Dia juga keras terhadap dirinya sendiri, dia juga selalu diam-diam mengganti hukuman untukku, dia seringkali memarahiku tapi dia juga yang mengobati ku. Dia itu benar-benar tsundere ...."
Wei Wuxian masih terus berbicara tentang persaudaraannya dengan saudara Jiang apalagi Jiang Cheng, bahkan tanpa ia sadari selagi berbicara ia sesekali mengeluarkan senyuman sumringah dan berkata dengan semangat tanpa memperhatikan lukanya.
Lan Xichen yang mendengar itu sama sekali tidak menghentikan pembicaraan panjang lebar dari Wei Wuxian. Dia bahkan terlihat sedikit tertarik dengan ikatan persaudaraan mereka. Ikatan yang begitu hidup, berbeda dengan hubungannya dan adiknya. Mereka bahkan tidak sadar sudah sampai di kamar milik Wei Wuxian dan Jiang Cheng.
(Setiap orang dari satu klan akan ditempatkan di tempat yang sama. Kecuali jika mereka berbeda gender seperti omega dan perempuan karena tempat mereka belajar berbeda dengan para beta atau Alpha. Dan apabila ada alpha wanita atau beta omega juga ditempatkan ditempat khusus agar terhindar dari rumor jelek.)
"Kita sudah sampai Wei Gongzi. Lebih baik Anda beristirahat agr cepat pulih. Dan ini salep untuk menyembuhkan luka," ujar Lan Xichen sambil memberikan sebotol salep dari ruang penyimpanannya.
Wei Wuxian menerima dengan sopan dan meminta izin untuk masuk. Entah bagaimana Wei Wuxian yang biasanya tidak punya malu dan tidak mengenal sopan santun begitu menjaga sikap di depan Lan Xichen. Mungkin karena aura alpha dominan yang kuat sekaligus pemimpin sekte yang penuh wibawa membuat dirinya segan untuk bertingkah seenaknya.
Setelah sampai di kamar, ia langsung berbaring telungkup di tempat tidur tanpa memperdulikan lukanya. Baru saja ia akan benar-benar terlelap, ia mendengat suara yang tidak asing lagi, bahkan tanpa menoleh ia tahu jika yang datang ada Jiang Cheng.
"Cepat lepaskan bajumu, aku akan mengobati lukamu," ujarnya dengan nada yang datar. "Oho aku sudah tahu kau pasti akan mengobatiku sekesal apapun, karena ini adalah sifatmu. Dasar tsundere," ejek Wei Wuxian dengan cengiran.
"Hentikan omong kosongmu sekarang. Aku sedang tidak mau berdebat denganmu. Lagipula aku tidak ingin kau beralasan tidak pergi ke kelas hanya karena sakit yang biasa ini dan mempermalukan sekte Jiang lagi," jawab Jiang Cheng sambil membubuhkan salep di atas luka cambuknya.
"Ya ya ya. Terserahmu saja," ujar Wei Wuxian sambil sesekali meringis kesakitan saat Jiang Cheng menekan lukanya.
*****
Saat ini bintang sudah menampakkan kerlipnya, suasana tenang di Gusu bertambah senyap karena sudah memasuki jam tidur Gusu. Hanya beberapa kali terdengar hentakan kaki penjaga keamanan yang sedang berkeliling.
Malam sudah semakin larut, namun sang omega yang berpura-pura menjadi alpha masih terjaga bahkan Wei Wuxian saja yang dikenal selalu bergadang dan bermain pada malam hari sudah terlelap karena rasa sakit di punggungnya.
Entah mengapa malam ini Jiang Cheng tidak bisa tidur sama sekali. Ia ingin keluar untuk berjalan-jalan tapi khawatir akan ketahuan oleh penjaga dan akan menambahkan daftar jelek untuk sektenya.
Namun semakin ia tahan dan memaksakan matanya untuk terpejam ia malah semakin gelisah. Karena tidak bisa menahan kegelisahannya. Ia akhirnya keluar dengan memakai jubah Gusu dan cadar untuk menutupi wajahnya agar tidak mudah dikenali.
Setelah berusaha menyelinap dan menghindari para penjaga, ia berhasil sampai di belakang bukit Gusu yang katanya adalah tempat terbaik untuk menenangkan diri.
Dan saat ia berada di sana, ia membuktikan bahwa ini memang tempat terbaik untuk menyendiri dengan pemandangan pohon bambu disekelilingnya dan air terjun yang mengalir melintasi bebatuan halus layaknya batu giok, terdapat juga sebuah kolam kecil yang dibuat dari tumpukan batu yang diisi Bunga teratai dan beberapa ikan hias di dalamnya, konon tempat itu adalah tempat yang dipakai oleh Ibunda Lan Xichen dan Lan Wangji sambil menunggu suaminya saat sedang berada dalam tugas.
Entah apa yang berada dalam pikirannya, ia langsung ke arah kolam tersebut dan mencelupkan kakinya. Ia bahkan tidak peduli dengan rasa dingin yang menyengat di kakinya.
Tanpa disadari, selain dia ada orang lain yang tengah berada di pinggir sungai yang berseberangan dengannya dengan jarak yang lumayan jauh. Jiang Cheng mungkin tidak bisa melihatnya, tapi orang itu jelas memiliki kemampuan di atas orang lain jelas bisa melihatnya dengan jelas.
Dengan suara kecil ia berkata, "Ia jelas seorang omega bukan alpha. Dan ...." Sebelum melanjutkan perkataannya itu ia mencoba lebih menajamkan indra nya, dan kembali berkata, "Ia adalah mateku."
*****
Hai semua. Maaf yah baru up sekarng, padahal niatnya kemarin, eh tiba-tiba kuota habis, pas beli sinyalnya malah ilang dan baru ada lagi pagi ini jadinya baru bisa up deh.
Dan makasih banget sama yang udah setia nunggu plus coment dan vote nya. Meskipun aku nggak bisa bales satu-satu karena lagi riweh juga tapi tetap aku hargai dan itu bener-bener bikin aku mood banget padahal beberapa minggu ini mood bener-bener lagi down banget, bahkan seting nangis sendiri.
Dan makasih buat yang udah masukin ke daftar bacaan kalian (meskipun kadang dimasukin ke daftar bacaan yang beda konsep, tapi nggak papa) karena dengan itu berarti kalian anggap cerita ink spesial dan menarik buat kalian. Aku bersyukur banget banyak yang mau ninggalin jejak di cerita ini.
Keknya dah terlalu banyak bacot yah. Ya udah deh intinya makasih yang udah vot, comment dan yang lainnya. Love you all. Sorry for typo and see you in the next part.
👋👋👋
𝓣𝓱𝓪𝓪
KAMU SEDANG MEMBACA
Omega Yunmeng
FanfictionMenjadikan seorang omega yang memimpin sebuah sekte memang tidak mudah. Oleh sebab itu, Jiang Wanyin atau lebih dikenal Jiang Cheng terpaksa untuk menutupi status omeganya dan memberitahu dunia bahwa ia adalah seorang alpha. Beruntung Jiang Cheng ad...