Omega Yunmeng 8

658 91 27
                                    

Saat ini terlihat pemuda tampan dengan raut wajah yang tenang tengah serius membaca gulungan yang terlihat tebal. Pemuda itu tak lain adalah Lan Wangji yang kini tengah berada di ruang perpustakaan.

Pemandangan pemuda itu benar-benar menarik perhatian siapa saja yang melintas di sana, terlebih mereka yang merupakan seorang omega. Posturnya yang membaca gulungan dengan tegak dan semilir angin yang menerbangkan beberapa helai rambut dan pita dahinya membuatnya terlihat berada di dalam lukisan yang menampilkan penampilan yang tak acuh namun anggun.

Lan Wangji yang menyadari jika dirinya menjadi pusat perhatian dan juga pembicaraan para omega itu langsung merasa tidak nyaman dan memilih pindah dari tempat tersebut menuju ke sudut agar mereka tidak lagi bisa melihatnya.

Melihat para omega tersebut membuat pikiran Lan Wangji berlabuh pada Jiang Cheng, matenya, omega yang ditakdirkan untuknya. Ya, sebenarnya sejak Wangji mengetahui jika Jiang Cheng adalah seorang omega apalagi matenya, secara terang-terangan ia menjauh darinya.

Semua hal ini dikarenakan Wangji tidak pernah menyukai orang yang bergender omega. Banyak orang yang mengatakan jika kehidupan omega berada di tangan alfa. Namun, menurutnya malah sebaliknya, alfa tersebutlah yang tengah menari di tangan omega.

Ibunya memang seorang omega, dan karena ibunya lah yang membuatnya tidak menyukai omega. Karena ibunya yang membuat ayahnya tidak mengurusnya sejak kecil dan melempar tanggung jawab mengurusnya dan kakaknya kepada Lan Qiren, ibunya juga yang menyebabkan mereka tidak bisa berkumpul seperti keluarga lainnya dan menyebabkan ayahnya lebih memilih mengurung diri daripada merawat mereka selepas kepergian sang ibu.

Emosinya begitu rumit, ia tidak membenci ibunya. Sungguh, ia malah sangat menyayangi ibunya itu. Namun di satu sisi ia mereka kesal karena ibunya membuat mereka tidak bisa berkumpul. Hanya itu.

Ia hanya tidak ingin sejarah terulang untuk kedua kali. Ia tidak ingin jika suatu saat nanti ia menikah, anaknya akan mengalami hal yang sama apalagi dengan rumor yang kini beredar di dunia kultivasi dimana pasangan pemimpin sekte YunMeng Jiang yang memiliki pemikiran yang berbeda dalam membesarkan sang pewaris mereka.

Disaat yang sama, ia juga teringat akan sosok beta dari sekte tersebut yang semakin gencar untuk mengganggunya. Wangji terkadang kesal karena pemuda beta itu terus menerus mengganggunya bahkan meski sudah diusir, ia tetap saja mengganggu dirinya keesokan harinya seakan tidak terganggu dengan usirannya.

Namun, tidak bisa dipungkiri. Ia merasa lebih nyaman berada di dekat beta itu dibandingkan yang lain. Mungkin karena Wei Wuxian pribadi yang apa adanya, ceria, dan tidak semunafik yang lain. Ia tidak pernah berpura-pura baik di depannya seperti yang lain.

"Oi Lan er-ge."

Nah, baru saja dibicarakan dia sudah muncul dengan suaranya yang keras mengganggu ketenangan Gusu Lan. Lan Wangji memilih untuk tak menanggapi hal itu dan kembali fokus terhadap bacaannya.

Wei Wuxian yang melihat Lan Wangji tidak mengacuhkannya seperti biasa merasa biasa saja dan kembali mengganggu tuan muda kedua itu.

"Lagi-lagi kau membaca buku tebal. Apakah kau tidak bosan? Lebih baik kau menemaniku bermain," ajak Wei Wuxian namun hal itu hanya ditanggapi oleh angin.

"Oh ayolah, kau harusnya merasa beruntung karena aku masih mau mengajakmu karena kasihan dengan kehidupanmu yang terlalu lurus. Sekali-kali kau harus melanggar beberapa peraturan yang ada di tembok itu untuk menikmati kehidupan remajamu. Lagipula kalau kau melanggar beberapa peraturan kecil tidak akan ada yang menyadarinya selama kau tutup mulut. Tenang saja, jika kau ketahuan nanti aku yang akan menanganinya, kau tahu kan aku ahlinya dalam hal ini," ujarnya panjang lebar sekaligus menyesatkan.

Tentu saja seharusnya Wei Wuxian menyadari ia tidak bisa menyesatkan pemuda Lan tersebut yang sudah terbiasa menaati semua peraturan yang ada di dalam klannya.

Melihat Lan Wangji tetap diam tidak membuat Wei Wuxian menyerah. Ia malah semakin ingin mengganggu pemuda yang dinginnya melebihi salju tersebut.

"Lan er-gongzhi?"

....

"Lan er-ge?"

....

"Lan Wangji?"

....

"Wangji ge?"

....

"LAN ZHAN."

Akhirnya setelah sekian banyaknya panggilan yang dilakukan Wei Wuxian, Lan Wangji akhirnya menoleh karena nama kelahirannya di sebut, bahkan kakaknya saja tidak pernah memanggilnya begitu.

"Tidak sopan," ujarnya sinis. "Ini salahmu. Aku sudah memanggilmu beberapa kali tapi kau tak menengok dan baru menengok setelah kupanggil Lan Zhan. Ouh atau jangan-jangan kau memang ingin dipanggil Lan Zhan yah? Jika kau ingin katakan saja. Tidak perlu malu begitu, aku akan dengan senang hati memanggil mu," jawab Wei Wuxian dengan senyum lebarnya.

"Tidak tahu malu," ujar Lan Wangji yang sudah tidak tahu harus mengatakan apa lagi kepada pemuda bengal tersebut. "Aiyah seperti biasa, saat kau tak bisa membalas perkataanku kau pasti megatakan itu. Untung toleransi cukup tinggi untuk berbicara dengan tembok sepertimu," jawab Wei Wuxian.

Setelah itu secara tidak sengaja matanya menangkap pemandangan dimana seseorang yang dikenalnya sedang berjalan dengan terburu-buru sambil merapatkan jubah luar yang bukan miliknya dari jendela perpustakaan itu.

"Loh bukannya itu Jiang Cheng? Jubah luar miliki siapa itu? Dan kenapa A-Cheng basah kuyub begitu?" ujarnya heran. "Ah lebih baik kutanyakan saja langsung."

Setelah mengatakan itu, ia langsung keluar dari jendela tanpa mengindahkan tatapan maupun keberadaan pemuda yang sedari tadi diganggunya. Lan Zhan yang penasaran juga ikut melirik kecil ke luar dan melihat jubah luar yang tak asing baginya. "Bukannya itu milik xiongzhang?"

*****

Jiang Cheng yang saat ini tengah terburu-buru untuk memasuki kamarnya karena khawatir akan ada orang yang melihatnya dalam keadaan yang memalukan menurutnya terpaksa harus berhenti karena tiba-tiba saja Wei Wuxian muncul dari atas tepat di hadapannya.

"WEI WUXIAN. Kenapa kau tiba-tiba muncul dihadapanku begitu? Kau tidak tahu aku sedang terburu-buru? Apakah kau benar-benar tidak sabar melihatku mematahkan kakimu itu?" sentaknya kesal.

"Aiyah, jangan marah-marah begitu shimei. Aku hanya ingin bertanya kenapa kau basah kuyup begini? Apakah kau bermain air? Dan jubah siapa yang kau pakai itu? Apakah kau mencurinya?" tanya Wei Wuxian tanpa melihat tanda perempatan mulai muncul di pelipis Jiang Cheng.

"Kurang ajar kau Wuxian. Bisa-bisanya kau menuduhku mencuri. Sudahlah aku harus pergi ke kamarku dan ganti pakaian. Dan ingat Wei Wuxian. Jangan pernah mengacau saat aku tak ada di dekatmu. Awas saja jika aku mendapat laporan kau mengganggu orang lain apalagi tuan muda kedua Lan itu," ujarnya Jiang Cheng sambil cepat pergi meninggalkan Wei Wuxian yang menggerutu karena Jiang Cheng bertingkah seperti Nyonya Yu yang selalu menceramahinya.

****

Hai ketemu lagi nih sama aku. Gimana seneng nggak dapet notif ini? Seneng dong supaya aku ikut seneng juga. Nah, karena udah seneng, bisa dong kasih vote sama commennya.

Di sini udah tahu kan kenapa alasan Lan Wangji menjauhi Jiang Cheng yang udah jelas matenya? Apa udah ketebak apa yang bakal terjadi sama pairing yang di sini?

Kalau belum tunggu aja next part-nya yah. Aku usahain deh bakal lebih sering nyuri waktu buat nulis supaya bisa lebih cepet up nya.

See you

𝓣𝓱𝓪𝓪

Omega Yunmeng Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang