IV. The First Meeting

501 88 22
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Tiga tahun yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga tahun yang lalu

Pameran Lukisan di Dalton Building, Fordenham

Keluarga Harleston melangkahkan kaki memasuki bangunan dengan dominasi warna putih yang dibangun tepat di tengah kota Fordenham. Bukan tanpa alasan mereka mengunjunginya. Sebab, di dalam gedung dua tingkat itu terdapat pameran lukisan yang digelar ketiga kalinya oleh salah satu akademi seni kenamaan. Sebagian besar pengunjung adalah para bangsawan, keluarga kerajaan, dan tamu-tamu dari negara lain.

Clare sendiri secara diam-diam telah memisahkan diri dari orang tua dan kakak-kakaknya. Ia mengunjungi satu per satu lukisan portrait diri yang sedari awal telah menarik atensi sang hawa.

Bagi Clare, seluruh lukisan yang dipamerkan sangatlah memanjakan mata, sehingga ia sulit untuk memilih yang terbaik. Sayangnya, ini tidak berlaku bagi para seniman senior yang sebagian besar telah bekerja di kerajaan. Seniman senior ini akan memilih lukisan dari ratusan karya yang didaftarkan oleh para siswa dari akademi seni tersebut. Karya terbaik kemudian dipajang dengan posisi sejajar mata pengunjung. Sedangkan karya yang dianggap memiliki kekurangan tetap akan ditampilkan, meskipun posisi bingkainya akan berada empat jengkal di atas kepala. Agar tetap terlihat oleh pengunjung, lukisan tersebut diberi tali dan digantung sedikit miring ke depan, seolah-olah lukisan tersebut sedang menunduk.

Tatapan Clare terpaku pada lukisan perempuan yang sedang duduk dengan dua tangan berada di depan. Manik hijau, kulit putih bersih, senyum tipis nan manis, rambut pirang yang digelung ke atas dan mengenakan mahkota ratu kerajaan nampaknya sukses membuat Clare menarik sudut bibir ke atas. Tatapan gadis itu benar-benar memusat di satu lukisan, hingga suara riuh pengunjung di belakangnya terdengar samar dan seolah kaki menempel kuat pada tanah.

"Emerald, sesuai warna matanya. Nama itu tersemat dengan baik pada sang Putri," ucap seorang pemuda yang berdiri tepat di samping Clare, tak lain adalah Arthur.

Pemuda itu tidak menoleh pada Clare dan lebih memilih untuk mengamati lukisan yang masuk dalam jajaran 'Lukisan Terbaik' karya Rosaline. "Dia adalah seorang putri, adik bungsu dari Raja Edward yang memerintah sekarang. Sosoknya yang begitu hangat di kalangan penghuni istana membuatnya begitu disayang dan dihormati. Namun, di usia yang menginjak 18 tahun, dia menghembuskan napas terakhir di kamar tidurnya."

The Crown | BLUESYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang