.
.
.Tak ada yang paling menyenangkan daripada melihat kuda-kuda gagah nan tegak itu berjalan pelan secara berurutan memasuki arena pacuan. Gerakan itu nyatanya menarik perhatian para putri yang kini sedang duduk di tribun berundak, terlonjak kegirangan mendapati bahwa mereka akan menunggangi hewan berkaki empat tersebut.
Akan tetapi, hal ini tidak berlaku bagi Clare. Perempuan yang telah mengenakan pakaian berkuda lengkap tersebut mulai memainkan jemari sambil sesekali menggigit bibir bawah, gusar. Ya, ia mendadak diserang rasa panik akibat dirinya yang mungkin saja akan gagal pada ujian hari ini mengingat ia tak pandai berkuda.
Terlebih ia harus mengangkat busur yang beratnya mungkin setara dengan kendi-kendi untuk memasak air di rumahnya. Andai sedari dulu Clare tak pernah menolak ajakan Edmund untuk berkuda, mungkin ia akan melalui hari ini dengan selebrasi luar biasa.
Para putri yang duduk di tribun kemudian disuruh untuk mengambil nomor yang diedarkan dalam sebuah kotak hitam oleh seorang wanita pelayan istana Balford.
Setelah semuanya selesai mengambil nomor, seorang laki-laki yang Clare duga adalah kepala kesatuan pasukan berkuda dengan kumis tebalnya itu pun berdiri di depan tribun penonton. Bertubuh besar selaras dengan suaranya, pria itu menitahkan para putri untuk berdiri secara berurutan sesuai dengan nomor urut paling awal.
Clare lantas menengok ke bangku dua di atasnya, melihat Annette sebagai putri nomor satu yang akan menunggangi kuda. Selanjutnya adalah Patricia yang tampak tenang sembari tersenyum ramah. Ini jelas berbanding terbalik dengan Clare yang berdiri ragu-ragu sambil sesekali memainkan jemari sebagai orang ketiga yang akan turun ke arena.
Para putri pun bergerak menuju kandang di belakang arena, lalu Clare berhenti tepat di depan kandang kuda putih yang akan ia tunggangi beberapa saat lagi. Ia sempat membelai kepala kuda tersebut sebelum sang penjaga mengeluarkan kuda dan menyuruh Clare untuk naik di atas hewan tersebut.
"Ini agar kau dapat membiasakan diri, Nona Harleston," ucap laki-laki itu ramah.
"Oh ya ... ya," kata Clare gelagapan. Meskipun sedikit takut, gadis itu terlihat dapat mengatasinya dengan baik.
Satu per satu kuda pun keluar dan mulai berlaga di arena. Melompati lintasan, berkeliling dengan kecepatan tinggi, hingga bergerak konstan saat para putri mulai berdiri mengangkat busur dan membidik sasaran dengan tepat. Mungkin Anette dapat dengan mudah melakukannya, begitu pula Patricia. Tetapi Clare yang sedari awal tidak percaya diri pun semakin gusar.
"Ahhh, aku tidak tahu lagi. Mari selesaikan ini dengan cepat!" acap Clare yang bermonolog seorang diri.
Di dalam kepala Clare, berbagai gerakan saat dulu Edmund latihan berkuda di sebuah ladang terbuka mulai bermunculan. Clare dapat mengingatnya dengan sangat jelas hingga ia tidak menyangka bahwa kuda putih itu telah menyelesaikan rintangan pertama dan kedua.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown | BLUESY
Fanfiction[ON GOING - Jeno x Karina] Sebuah acara tahunan digelar atas persetujuan kerajaan di Fordenham yang pada akhirnya akan menyatukan dua insan dari keluarga bangsawan. Acara yang memiliki beragam eksamen bagi para kandidat tersebut dikenal secara resm...