Padel Ngompol?

110 74 2
                                    

Pukul 6 : 30, Helena datang ke kamar si kembar yang masih tertidur pulas.

"Abang bangun sayang, Adek juga ayok bangun, Nak. "

Kedua anaknya belum juga bangun. Zayyan malah masuk ke dalam selimut dengan sengaja mengambil guling milik Kim, membuat Kim hampir menangis.

"Abaang ..." lirih Kim.

Zayyan tidak menggubris, dia malah semakin mengeratkan pelukannya pada guling tersebut. "Pake yang satunya lagi, Dek."

"Ndak mau ... Adek mau yang itu, huaaaa."

Helena akhirnya duduk di samping Kim, dan menenangkan putrinya. Meskipun setengah wajahnya tertutup oleh selimut, tapi Helena bisa melihat bibir Kim yang mengerucut.

"Adek, bangun yuk 'kan mau sekolah, nanti bu guru nya marah kalau datang telat,"

"Abang, bangun Bang. Nanti kalau gak bangun kena marah sama Ayah, emangnya mau?"

"Bund, anak-anak belum bangun juga?" tanya Bimantara yang baru saja masuk ke dalam kamar sembari mengeringkan rambutnya pakai handuk.

Helena menjawab seraya menarik selimut yang dipakai oleh Zayyan dan Kim. "Mereka tidur lagi nih, padahal kata guru nya gak boleh telat masuk kelas."

"Ayok bangun, kalau telat, gak akan Ayah kasih jajan."

Begitu mendengar ucapan sang ayah, Zayyan dan Kim langsung membuka matanya. Mereka duduk bersila dengan rambut yang acak-acakan seperti singa.

"Ayah, Bunda, Abang sudah bangun, lihat aja mata Abang sudah kebuka." Ucap Zayyan seraya mencoba membuka lebar matanya, padahal masih berat.

"Adek juga sudah bangun, lihat saja wajah Adek seger." Sahut Kim seraya memasang wajah lucu.

***

Pukul 07 : 15

Bersamaan dengan Zayyan dan Kim turun dari mobil pribadinya, bel masuk sudah berbunyi. Mau tidak mau, si kembar harus melepaskan pelukan bersama sang ayah.

"Sayangnya Ayah, jangan bandel ya di sekolah, belajar yang bener oke?"

Keduanya mengangguk. "Oke Ayah." Jawabnya semangat.

Zayyan memberikan ciuman di pipi kanan sang ayah, dan Kim memberikan ciuman di pipi sebelah kiri. Setelahnya, mereka langsung berlari menuju kelas, meninggalkan Bimantara yang masih setia melihat anaknya sampai masuk kelas.

Bimantara dan Helena berusaha agar kedua anaknya tidak kekurangan kasih sayang. Terutama Bimantara, dia selalu memastikan bahwa istri dan anaknya tidak kekurangan materi sedikitpun.

"Bu guru, Padel bolos," adu Kim kepada guru nya. "Ranselnya ada di kelas, tapi orangnya tidak ada."

"Kalau boleh tahu, Padel nya ke mana, Kim?"

"Tidak tahu, mungkin Abang tahu Padel ke mana, tanya saja pada Abang," jelas Kim yang kemudian mengajak guru nya ke sebuah ruangan.

"Tanya ke Abang, Bu." Lanjut Kim yang langsung diangguki.

"Selamat pagi menjelang siang Zayyan, apa boleh Ibu bertanya?" tanyanya lembut.

Zayyan yang lagi sibuk mewarnai langsung menoleh. "Eung ... Bu guru, mau bertanya apa?"

"Zayyan lihat Padel tidak? Kalau lihat, tolong kasih tahu, Ibu,"

Zayyan mengangguk. "Padel ada di kamar mandi, tadi dia pipis di celana, jadi katanya malu kalau keluar dalam kondisi celana basah." Jelas Zayyan dengan sedikit nahan ketawa.

"Baik, terima kasih informasinya Zayyan. Kim mau diem di sini bareng Abang, atau mau ikut?"

Kim tersenyum lalu berkata. "Mau di sini sama Abang, Bu guru urus Padel dulu saja yang ngompol itu."

"Yasudah, kalau begitu Ibu ke sana dulu ya, Zayyan jaga Adeknya."

Di dalam kamar mandi, ibu guru menurunkan tubuhnya, dia sedikit berjongkok lalu meletakkan kedua tangannya di pundak Padel.

"Kalau ada apa-apa bilang sama, Ibu."

"Aku malu, Bu," jawabnya pelan seperti orang yang tidak memiliki semangat hidup.

"Malu sama siapa?"

"Sama Zayyan, karena dia itu bawel, jadi pasti disebar ke temen-temen yang lain kalau aku ngompol."

Guru nya langsung terdiam. Dan berpikir, apa yang dikatakan oleh Padel memang benar, Zayyan itu bawel. Tapi, Zayyan bukan tipe anak yang apa-apa harus disebar.

"Padel, Zayyan tidak seperti itu kok, meskipun dia tahu kalau kamu ngompol, tapi buktinya Zayyan malah diam dan lebih milih mewarnai gambar." Jelasnya seraya mengusap pucuk kepala Padel.

Namun, siapa sangka, Padel malah menundukkan kepala dengan mata berkaca-kaca "Padel, kamu ini kenapa?"

Di saat ingin menjatuhkan air matanya, Zayyan dan Kim malah datang. "Bu guru, Tiara nangis gara-gara digebukin sama temen sebangkunya." Ucap Zayyan tanpa tahu kalau Padel sedikit lagi mau menangis.

Guru nya langsung menoleh pada si kembar lalu berkata. "Digebukin karena masalah apa?" tanyanya, sebenarnya hari ini kenapa banyak drama sekali? Apakah karena mereka masih anak TK?

"Padel, ini celana gantinya, dan ini keresek buat celana kotor kamu. Setelah selesai, langsung masuk kelas saja."

"Baik Bu, terima kasih." Jawab Padel tanpa berniat menatap wajah gurunya maupun Zayyan dan Kim.

"Bang, Padel kenapa nangis?" bisiknya tepat di telinga sang abang.

"Abang juga tidak tahu, Dek. Kamu gak usah kepo." Balasnya.


Bersambung

Two Hearts, One Sorrow (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang