Pernikahan Chiko

110 77 1
                                    

"Chiko, apa Zayyan dan Kim sudah tidur?" tanya Bimantara yang baru saja sampai rumah bersama istrinya. Keduanya terpaksa pulang lebih cepat karena ada kabar kalau Chiko akan segera menikah besok pagi.

"Sudah," jawabnya jutek.

"Chiko, tadi siang mereka berdua merepotkan kamu ya, maaf  ..." sahut Helena merasa tidak enak hati.

"Tadi siang, Kim sempet nangis kejer manggil nama Bundanya, kasian juga liat dia kayak gitu,"

"Terus gimana? Kamu berhasil nenangin dia?"

"Jelas Kakak ipar, aku bujuk Kim biar berhenti menangis, terus ngomong ke dia kalau Ayah dan Bundanya bakal ngizinin dia makan es krim esok hari." Jelas Chiko dengan rona wajah tengilnya.

Bimantara yang mendengarnya langsung meraup wajahnya kasar. "Chiko!"

"Dia nangis terus nyampe cegukan, Kak. Om mana yang tega melihat keponakannya nangis?"

"Sudah ... sudah, mending kalian istirahat, kan besok Chiko mau menikah di rumah sakit, kita harus bangun pagi." Tegur Helena.

***

Keesokan harinya. Pukul lima pagi, Zayyan dan Kim sudah berada di pelukan sang bunda sejak 30 menit yang lalu, mereka mulai menggeliat tanda jika keduanya akan segera bangun. Bimantara yang baru saja datang ke kamar anaknya langsung disambut oleh mata lucu yang baru saja terbuka.

"Bunda ..." panggil Kim dengan suara khas anak yang baru saja bangun dari tidur.

Lalu disusul oleh Zayyan. "Ayah ..."

"Kenapa? Ayah di sini Bang," jawab sang ayah.

"Apa benar hari ini Om Chiko menikah? Kalau iya, Abang mau pake pakaian seperti Ayah,"

"Iya, boleh dong, Bang. Nanti Adek pakaiannya seperti Bunda aja, jangan terlalu mewah, kan nikahnya di rumah sakit."

Setelah satu jam lebih bersiap-siap mereka pun telah sampai di depan ruangan ibu Serena.

Tidak perlu menunggu waktu yang cukup lama, akad nikah Chika dan Serena telah sah dan resmi menjadi suami istri. Chiko sudah membuat rencana kalau pesta pernikahannya akan diadakan setelah ibu dari Serena benar-benar sehat.

"Kakak cantik kalau pake baju warna putih seperti bidadari," ucap Kim kagum.

"Nih, Kakak ipar lihat, anakmu terus saja memuji istri aku. Apa gak salah tingkah ya kalau Kim berkata demikian terus," celetuk Chiko. "Zayyan, Chiko, jadi kapan kalian nyusul Om menikah?"

PLAK!

Satu pukulan tepat di lengan Chiko telah mendarat, pelakunya tidak lain dan tidak bukan adalah, ayah dari si kembar.

"Ish! Hidup jangan terlalu serius, orang cuman bercanda!"

"Tapi bercandanya jangan ke anak usia lima tahun juga, Chiko!" Kali ini Bimantara berkata pelan namun terdengar tegas.

"Kakak cantik," panggil Kim dengan senyuman bahagianya. "Nanti kita main bareng ya, biar Kim gak kesepian di rumah,"

"Oke anak cantik, nanti Kaka bakal main terus."

"Boleh 'kan Bund?" tanya Kim pada bundanya.

Helena tersenyum sembari mengelus pipi Kim. "Boleh dong sayang."

"Ayah, kalau Adek Kim, main sama Kakak Serena, terus Abang main sama siapa?" tanya Zayyan dengan bibir cemberut.

"Nanti, Abang main sama Ayah aja, kalau perlu ikut ke kantor biar Abang belajar bisnis sama kayak Ayah." Jawab Bimantara.

Bersambung

Two Hearts, One Sorrow (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang