Gelap

67 37 3
                                    

Setelah kepergian Helena dalam kehidupan mereka. Akhirnya Bimantara memutuskan untuk meninggalkan rumah lama.

Bimantara, Zayyan, dan Kim, menatap mansion megah dan luas di hadapannya. Namun, apalah arti kemegahan jika taruhannya orang tersayang yang diambil duluan oleh Tuhan. Bimantara jalan lebih dulu ke dalam dan diikuti oleh si kembar.

Sepi, hal pertama yang mereka rasakan saat ini. Mereka pindah ke mansion karena tidak tahan jika harus tinggal di rumahnya yang dulu, mereka tidak siap dengan semua kenangan dari setiap sudut yang telah bunda mereka tinggalkan.

"Tersenyum, Nak," ujar Bimantara saat melihat rona wajah si kembar sedikit ditekuk.

"Kita mulai dari awal, biasakan diri kita hidup tanpa Bunda, walaupun rasanya sangat sulit. Tapi, Ayah yakin kalau kita bisa melewati ini semua."

Setelah berkata demikian, Bimantara mengajak si kembar jalan menuju lantai 2.

"Ekhem, kok pada gak bersuara? Ayah sedih, kalau kalian diam seperti ini, ayok dong ramein lagi mansion Ayah ini."

Zayyan yang mendengar perkataan ayahnya, langsung tersenyum lalu berkata. "Ayah, kamar Abang di sebelah mana?"

"Di sebelah Ayah, kamar Adek juga di sebelah Ayah. Jadi, posisi kamar Ayah, di tengah."

Kalian tahu tidak, bagaimana perasaan seseorang ketika baru saja ditinggal pergi untuk selamanya, lalu berusaha bersikap baik-baik saja di depan anaknya? Sakit, sedih, perasaan itu campur aduk.

"Huh ..."

Bimantara yang mendengar embusan napas kasar dari Kim, langsung membawa tubuh Kim ke dalam pelukannya.

"Adek kenapa? Di sini masih ada Ayah, jangan seperti ini ya. Ayah sedih lihat Adek kayak gini,"

"Maafin Adek, Yah."

Sekarang kehidupan mereka sudah berubah drastis. Bimantara merasa, kehidupan selanjutnya bakal lebih rumit, karena Girga tidak akan pernah membiarkan keluarga Bimantara damai begitu saja.

"Adek, lihat deh kamar Abang, bagus kan?" tanya Zayyan berusaha mencairkan suasana.

"Bagusan kamar Adek, Bang. Nanti Abang, tidur di kamar Adek ya, temenin Adek hehehe." Jawab Kim.

Ingin sekali rasanya, Bimantara menghancurkan badan Girga dengan cara mencacahnya. Tapi, itu bukan solusi yang baik.

"Ayah sini, kita kumpul di kamar Abang." Teriak Zayyan memanggil sang ayah.

Kim, menarik tangan ayahnya dengan sedikit kesusahan karena ayahnya itu terlalu raksasa. Sepertinya, mulai saat ini alam yang harus mengondisikan semua ini untuk keluarganya.

Biarlah Bimantara, hidup tanpa pendamping di hidupnya. Karena, dia sudah janji tidak akan pernah menikah lagi.



Ada lagiii ayok nexttt!!

Two Hearts, One Sorrow (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang