Peringatan ⚠️
•Cerita berikut mengandung kekerasan di beberapa part.
•Tidak disarankan untuk usia 17 tahun kebawah!!!
•Mengandung unsur 17+
•Ngeyel? Tanggung sendiri dosannya!!•
•
•
•
•Happy reading 😊
•
•
•
•
•
•Pagi yang cerah bagi lelaki tampan beriris mata biru itu. Baru kali ini ia merasa begitu bahagia berangkat ke kantor. Ia begitu senang setelah menyaksikan pertengkaran Deva dan Adistia.
Kakinya melangkah melewati lift menuju lantai 5, lantai yang hanya ada ruangan nya dan ruangan meeting serta meja sekretaris yang Deva tempati, sementara Jean menempati ruangan berbeda yang lebih layak.
Saat melewati Deva, Andreas memasang wajah mengejek yang tersembunyi di wajah datarnya.
"Selamat pagi Mr."
"Hmm" Andreas berhenti dan menatap Deva dari ujung rambut sampai ujung kaki dan ia dengan jahil akan menanyakan sesuatu pada Deva "Bagaimana kemarin? Apa kalian menyukai hadiah kecil dari saya? Maaf jika hanya itu, karena Adistia hanya memilih barang-barang itu. Padahal saya berniat kedepannya akan memberikan peralatan bayi pada anak kalian kelak"
"Terimakasih atas hadiahnya Mr, tapi tak usah repot-repot. Saya masih bisa membeli itu semua" dapat Andreas lihat tangan Deva terkepal erat namun wajahnya menampilkan senyum padanya. Benar-benar bodoh, jika ia jadi Deva ia akan memarahi Adistia habis-habisan bahkan mengurung wanita itu dirumah.
Andreas yang tak ingin kelepasan pun lebih memilih pergi dari sana diikuti Jean. Ia tak ingin membuat Deva curiga bahwa ia mencintai Adistia. Biarkan mereka menikmati masa bahagia yang tinggal sedikit lagi itu.
Sepeninggal Andreas, Deva kembali duduk dan memijat pangkal hidungnya berharap emosi yang mendera segera hilang. Ia bukan tipe orang yang mudah emosi.
"Sabar Dev. Nanti sore, Adis akan menjelaskan semuanya"
Berbeda dengan keadaan Deva sekarang tengah merenung, Andreas kini tengah berbahagia di ruangannya bersama Jean.
"Bacakan jadwalku!"
Jean mengangguk dan membuka iPad miliknya "Hari ini anda memiliki 2 jadwal meeting besar tuan. 2 pemilik perusahaan dari Inggris dan Perancis datang untuk membahas pembangunan hotel yang akan di bangun di 2 negara itu." Andreas mengangguk ingat.
"Dan maaf sebelumnya tuan, baru saja orang kepercayaan nyonya Brigitta meng- email saya bahwa nyonya Brigitta akan datang ke kantor pukul dua siang" Andreas langsung memandang Jean dengan alis berkerut. Sejak kapan ibunya sampai ke Indonesia? Yang ia tau ibunya tengah berada di Irlandia,tempat kampung asli ayahnya.
"Sejak kapan ibuku disini?" Tanya Andreas
"Sepertinya seminggu yang lalu tuan" Andreas mengangguk, pantas saja ibunya tak menelponnya. Pasti sudah seminggu ibunya berada di mansion dan sudah pasti ibunya akan memarahinya sebab memang sudah 3 Minggu lamanya Andreas tak kembali ke mansion dan lebih memilih menetap di apartement miliknya.
"Saya rasa anda harus menyiapkan telinga anda tuan" gurau Jean. Sebenarnya ia tak berani bergurau pada Andreas sebab Andreas tak bisa diajak bergurau sedikitpun namun karena semalam Andreas selalu memancarkan aura lebih tenang membuatnya berani sedikit bergurau.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDREAS McNEIL
RomanceKisah dimana seorang wanita yang harus mempertahankan pernikahannya atau bahkan dipaksa menerima kehadiran seorang lelaki yang entah berantah dari mana,malah menghancurkan segala yang ada di hidupnya. Harta,benda,nyawa. Semua lelaki itu renggut dar...