Peringatan ⚠️
•Cerita berikut mengandung kekerasan di beberapa part.
•Tidak disarankan untuk usia 17 tahun kebawah!!!
•Mengandung unsur 17+
•Ngeyel? Tanggung sendiri dosannya!!•
•
•
•
•Happy reading 😊
•
•
•
•
•
•"Bagaimana?"
Seorang wanita berjas putih dengan stetoskop di kantongnya itu menggeleng.
"Janin nyonya masih dapat bertahan" suara Geraman itu terdengar. Sudah sejauh ini tapi janin sialan itu masih betah menempati rahim wanita itu.
"Bisa kau tambah dosis penggugur kandungan itu?!" Dokter itu menggeleng tanda tak setuju. Memang pagi ini ia diminta menyuntikkan penggugur kandungan untuk janin wanita yang sekarang sedang tak sadar kan diri itu.
"Jika saya menyuntikkan lagi, besar kemungkinan calon bayi yang ada di kandungan ini akan menjadi cacat saat lahir karena ia masih ingin bertahan di rahim nyonya. Jadi secara singkat janin ini tak ingin pergi dari kandungan ibunya"
"Pergi!" Usirnya pada dokter itu. Setelah mendengar suara pintu tertutup,lelaki itu dengan pelan duduk di kasur tempat Adistia tidur.
Matanya mengarah ke perut rata Adistia, lelaki itu mengangkat tangannya hampir menyentuh perut itu namun dengan mendadak ia menarik lagi tangannya.
"Kau tak mau pergi dari sana?Apa terlalu nyaman,janin sialan! Perlu kau ingat,itu adalah tempat untuk anakku bukan untukmu!"
Tak lama setelah mengatakan itu, pintu diketuk dari luar membuat lelaki itu melirik sedikit sembari menyuruh orang itu masuk.
"Mr.D ada yang perlu anda periksa" Andreas menoleh menatap Jean.
"Tentang Deva" jawab Jean ketika melihat respon Andreas.
Andreas mengangguk dan berdiri. Sebelum meninggalkan kamar Adistia,ia menyempatkan diri untuk mencium bibir wanita itu.
Kedua orang itu berjalan di lorong mansion mewah bergaya klasik dengan banyak lorong itu. Mereka menuju ruang kerja Andreas.
"Katakan!" Ucap Andreas setelah ia duduk di kursi kerjanya dengan Jean yang berdiri di hadapannya.
"Deva mulai menyusuri jejak nyonya Adistia tuan. Seseorang mengatakan bahwa ia melihat nyonya Adistia masuk ke mobil kita"
"Bajingan tengik itu takkan tau dimana Adistia. Suruh seseorang membunuhnya!"
"A-anda yakin tu—"
"Apa omonganku gurauan bagimu?!" Jean menggeleng takut. Dengan segera ia meninggalkan ruang Andreas.
Jean berjalan di lorong mansion dengan beberapa bawahannya sembari mengatakan rencana yang dibuatnya untuk membunuh Deva.
Baru beberapa langkah mereka melewati pintu kamar Adistia, pintu itu terbuka menampakkan Adistia yang mungkin terheran-heran dengan bangunan yang ia lihat setelah bangun dari pingsannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDREAS McNEIL
RomantizmKisah dimana seorang wanita yang harus mempertahankan pernikahannya atau bahkan dipaksa menerima kehadiran seorang lelaki yang entah berantah dari mana,malah menghancurkan segala yang ada di hidupnya. Harta,benda,nyawa. Semua lelaki itu renggut dar...