Extra Part 1

15.5K 1.3K 60
                                    

Yang nungguin extra part ini, komentar dulu dong di sini buat nunjukin antusiasme kalian, hehe. Enjoy!

*

LUNA

"Nggak, ya! Kamu udah janji kalau hari ini jatahku buat pilih film!" seru Aksa seraya menjauhkan laptopku dari jangkauan tanganku. "Selama beberapa minggu terakhir aku udah mengalah buat ikutin kamu yang lagi mood nonton film sedih-sedih. Sekarang gantian."

Aku merengut seraya duduk kembali di sofa dengan lutut sebagai tumpuan. "Sekarang aku mau nonton film yang happy. Aku kepengen nonton The Devil Wears Prada."

Aksa mengernyit kemudian berseru heboh. "Itu film apa lagi?"

"Tentang aspiring journalist yang kerja jadi asisten editor majalah terkenal." Aku menjelaskan. Namun, setelah tidak melihat perubahan di raut wajah Aksa—yang masih saja kebingungan—aku melanjutkan. "Yang main Anne Hathaway. Kamu nggak tahu?"

Aksa menggeleng.

"The Princess Diaries?"

"Itu bukannya film bocah?"

"Bukan!" erangku kesal. "Well, technically, semua umur bisa nonton film itu, tapi bukan itu poinnya! Aku mau pilih film. Minggu ini yang terakhir kalinya. Boleh, ya?" Aku menyatukan kedua tanganku di depan dada dengan raut wajah memohon, yang berdasarkan pengalaman, selalu berhasil membuat Aksa menuruti permintaanku. Aku menahan diri untuk tidak tersenyum kegirangan ketika melihat air muka Aksa sedikit melunak. Aku yakin dia pasti sedang mempertimbangkan tawaranku. "Please? Pretty please?"

Aku mendekati Aksa bertepatan dengan tangan kirinya yang semula terangkat tinggi untuk menjauhkan laptop perlahan jatuh ke atas pahanya. "Minggu depan kamu boleh pilih film. Janji." Aku mengangkat telunjuk dan jari tengahku bersamaan. "Aku pusing banget abis diomelin Mas Jero semingguan ini. Pengennya nonton romcom, nggak mau nonton yang serem-serem. Boleh, ya?"

Aksa tampak menghindari kontak mata denganku. Bola matanya bergerak, melihat ke berbagai arah kecuali ke arahku. Melihat upayaku membujuknya mulai berhasil membuat pertahanannya goyah, aku mengulum bibir untuk menahan senyum.

"Ya, ya, ya? Please?" rajukku sambil menggoyangkan lengannya. Perhatian Aksa kembali tertuju padaku. Keyakinan dan ketegasan di matanya semakin memudar. "Sebagai gantinya, aku buatin nachos kesukaan kamu. Gimana? Ini beneran yang terakhir. Dua minggu ke depan baru kamu boleh pilih film."

Sebagai senjata terakhir, aku menumpukan kedua tanganku di kakinya dan mencium kedua pipi Aksa sekilas. Dengan jarak wajah yang masih dekat, aku menatap matanya lekat. "Boleh?"

Detik kemudian, Aksa menutup wajahku dengan kedua telapak tangan besarnya. Dia mendorongku hingga aku kembali duduk manis di hadapannya dengan senyum yang tidak bisa lagi kusembunyikan. Aksa mengerang kesal sembari mengeluh. "Kamu curang! Using my weakness to get whatever you want isn't fair!"

"Berhasil lagi?" tanyaku pura-pura polos.

Aksa menggeram gemas lalu menaruh laptop di atas meja. "Kamu tahu caramu itu pasti selalu berhasil."

"I know." Aku mengedipkan sebelah mata. "I'm just testing my charm out of curiousity." Gelak tawaku menghiasi apartemen. "Aku buatin nachos-nya dulu. Kamu siapin filmnya, ya?"

Sambil menggerutu, Aksa menuruti perintahku. Aku menggeleng pelan seraya melangkah ke dapur untuk mempersiapkan nachos. Setelah puluhan movie night yang kami lalui bersama dan berbagai snack yang kami santap sebagai teman menonton, Aksa menjatuhkan pilihan pada nachos sebagai snack favoritnya. Nachos yang katanya lebih enak dari yang dijual di bioskop.

Di tengah-tengah mempersiapkan bahan, Aksa berteriak memanggilku. "Mas Jero chat kamu, Lun!"

Aku langsung meninggalkan dapur dan mengambil ponselku yang ada di sofa. Aksa sedang memasang kabel HDMI ke laptop agar tersambung dengan TV ketika aku mengangkat telepon dari manajerku itu. Setelah berbicara dengan Mas Jero selama kurang lebih sepuluh menit, aku kembali menaruh ponsel di atas sofa.

"Kerjaan?" tanya Aksa seraya mencari film yang tadi sempat kusebutkan.

"Iya." Aku memijat pelipisku setelah mendengar rentetan omelan dari Mas Jero. "Aku mau revisi kerjaanku dulu sebentar."

"Ini weekend," ujar Aksa dengan mata yang masih tertuju pada laptop.

Aku segera mengingatkan. "Kita tahu baik kerjaanku maupun kerjaanmu nggak kenal weekend kalau proyek berantakan atau mendekati deadline." Mungkin nada suaraku terdengar agak keras hingga Aksa akhirnya menoleh dan menumpukan pandangannya padaku. "Sorry. Aku nggak marah kok. Cuma—"

"Hei." Aksa menarik pergelangan tanganku hingga aku terjatuh di pangkuannya. "It's okay. It's not the end of the world when your work doesn't go as you want." Dia mendekapku hangat dan aku tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk memeluknya erat agar kembali mendapatkan ketenangan yang kuinginkan.

"There is no excuse for my harsh tone. I'm sorry," ucapku.

"You stressed too much these days. Minggu depan mau liburan?" Aksa menawarkan dengan lembut sambil mengelus punggungku. "Weekend getaway ke Bandung atau Bogor?"

"Deadline kerjaan kamu gimana?" Aku bertanya dengan wajah yang bersembunyi di lekukan lehernya. "Kamu juga lagi sibuk akhir-akhir ini karena proyek kamu lagi mendekati deadline."

"I can spare my time for you," sahut Aksa tegas. Meski sudah beberapa bulan berlalu sejak kami resmi berhubungan lagi, aku masih tidak bisa untuk tidak melambung tinggi setiap mendengar kata-kata manisnya.

"Aku tahu. Tapi, aku masih mau kamu punya performa yang bagus biar bisa dapat promotion dan nabung buat masa depan," tolakku halus. Aku menatap Aksa lekat dan mengelus pipinya. "Thanks for offering though. You're the sweetest."

Dengan senyum lebar yang menunjukkan lesung pipinya, Aksa menimpali dengan penuh percaya diri. "I know."

*

Notes:

Yang bertanya-tanya kenapa sedikit, ya gimana ya namanya juga extra part:(( ini juga barusan aku ngetiknya ngebut banget mumpung lagi sempet pegang laptop dan aku lagi revisi naskah L:TBE. 

Btw, aku udah baca lho, saran-saran kalian tentang extra part. Pada mintanya langsung nikah dan punya anak ya, aku kaget jujur HAHAHAHA. Kayak longkapnya jauh banget dari balikan ke nikah dan punya anak. Saran kalian aku consider kok, tapi mungkin nanti di akhir-akhir kali ya. Extra part awal-awal mungkin momen-momen pacaran mereka aja dulu (gaya banget kayak berasa mau bikin sepuluh extra part aja). Ya gapapa lah optimis dulu siapa tau beneran jadi sepuluh extra part-nya. HAHAHA

Ada yang mau request momen pacaran mereka yang lain? Apa gitu yang pengen kalian liat dari Aksa x Luna? Atau pengen lihat dari POV Aksa atau Luna? Ditunggu komentarnya!

Karena kemungkinan ini bukan extra part yang terakhir, jangan hapus cerita ini dari library kalian dulu ya! XD

Love: The Butterfly Effect [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang