Extra Part 4

17.2K 858 58
                                    

Selamat datang di part yang kalian tunggu-tunggu selama ini! Pasti tau lah ya tanpa perlu aku sebut extra part kali ini tentang apa hahaha. 

Extra part ini untuk merayakan L:TBE yang tembus 600k viewers dan 70k votes. Enjoy! :))

*


AKSA

"Nervous, huh?" Adam menyenggol rusukku dengan senyum geli menghiasi wajahnya. Aku membuang napas berat seraya memainkan kotak beludru merah di tanganku. Telapak tanganku semakin basah setelah menggenggam erat kotak ini selama beberapa menit terakhir. Upayaku untuk menenangkan diri dan mengumpukan keberanian untuk mengungkapkan kesiapan dan niat baikku terasa semakin gagal setelah melihat orang tua Luna memasuki rooftop cafe yang kusewa. "Man, you have to see your face."

"Dam." Aku menggeram kesal. "It's not funny. My future is on stake here."

Seolah kehadiran Adam tidak cukup membuatku semakin pusing, kali ini Jojo menghampiri. Dia menggelengkan kepala ketika sudah berada di depanku. "Gue khawatir lo pingsan di sini saking pucatnya muka lo. Mama sampai suruh gue buat menenangkan lo. Need any help?"

"No, thanks," ujarku singkat. 

Namun, tidak dipungkiri, menit demi menit berlalu mendekati acara dimulai, pikiranku semakin kosong. Kalimat yang sudah kusiapkan untuk kukatakan di hadapan Luna, hilang begitu saja dari ingatanku. 

Sial. Seharusnya aku mencatatnya di ponsel. 

"You won't forget your speech. Bahkan, gue yakin lo nggak perlu speech panjang yang sudah lo siapkan dari bulan lalu dan lo bacakan di depan gue seminggu terakhir setiap malamnya," tutur Jojo. Dia menepuk bahuku untuk memberikan kekuatan dan keyakinan. "Lo pasti bisa ungkapin semua perasaan lo ke dia malam ini without some fancy words in it. Yang Kak Luna butuhin bukan kalimat-kalimat romantis yang sudah lo siapkan."

"Your brother is right," sahut Adam. Senyum jenakanya hilang ketika dia menatap ke arah pintu. Jantungku berdetak semakin kencang begitu melihat Luna berjalan dengan mata yang tertutup kain. Lisa menuntun di sampingnya. "It's time. Good luck, Sa!"

Adam dan Jojo menepuk pundakku bergantian kemudian meninggalkanku berdiri di tengah area yang sudah didekorasi sedemikian rupa oleh florist yang kusewa. Aku menarik napas dalam seraya mengumpulkan kembali keberanian yang hilang selama satu jam terakhir. Ketika menatap mata Mama, Anye, Jojo, Adam, dan orang tua Luna, kegugupanku sirna seiring dengan pikiranku yang melayang ke momen dua bulan yang lalu, saat aku menyatakan kepada Mama dan orang tua Luna mengenai niatku untuk melamar Luna. Mama memelukku erat dan menangis selama lima belas menit. Orang tua Luna tersenyum bahagia dan menyambutku dengan tangan terbuka ketika aku menyatakan niat baikku, meski mereka menekankan bahwa keputusan terakhir tetap ada di tangan Luna. Aku sengaja meminta mereka untuk menyembunyikan ini dari Luna agar aku bisa mempersiapkan malam ini. 

She deserves every good thing in the world, and this is how I prove my word.

Lisa melemparkan senyum lebar setelah membawa Luna berdiri di hadapanku. Dia berbisik di dekat telinga Luna, kemudian mengedipkan matanya ke arahku sebelum mengambil tempat duduk di samping Adam.

It's time. 

Aku menahan napas begitu menatap Luna lekat. Kepanikanku beberapa saat yang lalu membuatku tidak menyadari penampilannya saat ini. She looks beautiful with her white dress. Actually, she always looks stunning every single day, but right now, looking at her standing in front of me when I'm about to get on one knee is a picture I'll never forget for the rest of my life. 

Love: The Butterfly Effect [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang