Chapter 04

118 14 9
                                    

Akhirnya Zhan Yao memutuskan untuk keluar dari rumah sakit menjelang sore hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya Zhan Yao memutuskan untuk keluar dari rumah sakit menjelang sore hari. Tidak ada alasan baginya berlama-lama di ruangan karena secara keseluruhan, dia baik-baik saja. Dia mendapatkan barang-barangnya lewat seorang petugas dan mendapati bahwa ponselnya mati karena sempat tenggelam di air. Zhan Yao meminjam telepon rumah sakit untuk menghubungi pamannya, Zhao Jue agar ia bisa menjemputnya di sini.

"Apaa??? Tenggelam di sungai??" Paman Zhao nyaris terbahak menahan tawa sewaktu Zhan Yao menceritakan apa yang terjadi padanya. Alih-alih terkejut atau prihatin, dia justru merasa lucu.
Mereka kini sudah duduk nyaman dalam mobil suv hitam yang dikemudikan paman Zhao untuk menjemputnya di rumah sakit.

"Cincin sial itu," gumam Zhan Yao dengan gurat cemberut. "Kupikir tidak seharusnya aku menengok ke bawah untuk memeriksanya. Lagipula biarkan saja cincin hilang dan pertunangannya berantakan."

"Lalu, bagaimana kau bisa jatuh tercebur ke sungai?"

"Seseorang menganggap aku akan bunuh diri."

Tawa meletus lagi dari paman Zhao, kali ini benar-benar terdengar konyol.

"Bodoh," komentarnya di sela tawa.

"Aahhh, berhentilah tertawa. Telingaku gatal mendengarnya," gerutu Zhan Yao.

"Tapi kau tidak berniat bunuh diri, bukan?" Paman Zhao menghentikan tawa dan mulai kembali fokus ke jalanan di depan.

"Yang benar saja." Zhan Yao bergidik. Mati secara mengenaskan dalam usia muda serta mengabaikan banyak warisan. Itu pun karena alasan konyol semacam putus cinta. Oh tidak. Dunia memang kejam tapi tidak seremeh itu pula untuk mati konyol dengan melompat ke sungai.
"Pemuda yang berusaha mencegahku, dia salah paham dan tiba-tiba sangat khawatir."

"Siapa dia? Kau mengenalnya?"

Zhan Yao mengangkat bahu dengan ekspresi kelabu. "Sayangnya tidak. Dia hanya orang asing."

"Mungkin kau terlihat sungguh-sungguh ingin melompat."

"Entahlah. Kupikir aku ragu-ragu saat itu."

Paman Zhao menekan klakson sewaktu mulai masuk ke keramaian lalu lintas yang brutal.

"Kau tahu, ketika kau ingin melakukan aksi semacam itu. Kau tak seharusnya berpikir. Lakukan saja. Swiiiiing.... Byuuuurr!" Paman Zhao mengoceh sambil meleletkan lidah ke samping.

"Aishhh sialan, kau mengejekku," Zhan Yao membuang pandang keluar kaca mobil dengan sebal. "Apa kau seorang konsultan bunuh diri?"

"Itu dorongan sesaat, bocah. Jika kau masih ragu-ragu, artinya kau masih ingin hidup."

"Tapi aku memang masih ingin hidup."

"Syukurlah! Semangat!" Paman Zhao mengacungkan kepalan tangan kanannya.

Zhan Yao memijat pangkal hidungnya, masih dengan ekspresi gusar dan cemberut.

"Jadi, kemana aku harus mengantarmu? Apa ke rumah ayahmu atau apartemen terpencil milikmu."

𝐃𝐞𝐚𝐫 𝐒𝐭𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang