Chapter 11

70 10 1
                                    

Bai Yutong tidak percaya bahwa demi pemandangan kanal yang indah, Zhan Yao rela berbagi tempat tidur dengannya. Oke, itu tidak masalah. Teman yang baik memang sering melakukan itu, bukan?

"Oke," jawabnya, masih tercengang.

Zhan Yao tersenyum sekilas lalu berkata pada petugas resepsionis, "Aku ambil kamar itu."

"Baik, sir." Petugas mencatat beberapa detail lagi lalu memberikan kuncinya pada Zhan Yao. Itu masih berupa kunci logam dengan ukuran disertai kayu tipis bernomor sebagai gantungannya.

Kuno sekali, pikir Bai Yutong.

"Ayo!" Zhan Yao menggerakkan dagunya, memberi isyarat pada Bai Yutong agar mengikuti langkahnya menuju elevator. Kamar mereka di lantai tiga dan tanpa merasa bersalah, Zhan Yao meminta bantuan Yutong untuk membawakan semua tasnya.

Astaga, pikir Yutong rumit, tercengang sekali lagi tanpa daya. Dia merasakan firasat buruk bahwa pemuda cantik itu kini mulai semena-mena padanya. Apakah karena merasa sudah akrab?

Benar-benar seperti anak gadis, Yutong lanjut bicara dalam hati seraya memasang wajah baik-baik saja. Padahal dia sudah cukup repot dengan tas-tas mereka.

"Kuharap kau tidak belanja lagi di kota ini, Yao," ia berkata, setengah memprotes sewaktu masuk ke dalam elevator.

"Memangnya kenapa?" tanya Zhan Yao dengan ekspresi bodoh.

"Kau menjadikan aku sebagai kuli angkut, yang benar saja! Kau harus memberiku tips."

Zhan Yao tak sanggup menahan tawa. Suaranya enak didengar dan lembut, membuat Yutong sesaat melupakan kerepotan yang baru dia atasi.

"Jangan berlagak lemah. Lihat, lenganmu kuat, bahu dan dadamu juga kekar." Zhan Yao meninju dada Bai Yutong perlahan, hanya main-main. Tapi pemuda itu tiba-tiba menahan tangannya, menempelkan lebih kuat ke dadanya.

"Hei, apa ini?" tawa Zhan Yao mulai canggung. Di bawah telapak tangannya, ia merasakan jantung Yutong berdegup kencang.

"Jika kau tidak pegang, mana bisa tahu kalau dadaku kekar," kalimat santai Yutong menghancurkan semua angan romantis di benak Zhan Yao. Dia mendengus lalu menarik tangannya lagi.

"Ini dia, kita sudah sampai."

Elevator tiba di lantai tiga, lalu menutup lagi di belakang mereka.

Kamar itu bernomor 303, dan cukup luas dengan dekorasi klasik, minimalis, dan wallpaper berwarna hangat. Seperti kata resepsionis, jendelanya menghadap pemandangan kanal. Zhan Yao langsung menuju jendela, membukanya lantas menghirup udara segar sebanyak-banyaknya.

"Ini keren, Yutong!" serunya.

Bai Yutong baru saja meletakkan beberapa tas di atas karpet bulu. Memijat lengannya, dia berjalan mendekati Zhan Yao, ikut berdiri di jendela. Beberapa perahu melayari kanal dengan penumpang muda mudi yang gembira.

"Lihat, bagaimana kalau kita naik perahu juga dan melayari kanal?" Gagasan brilian Zhan Yao lagi-lagi membuat Yutong memutar bola mata.

"Aku agak trauma dengan sungai," katanya.

Zhan Yao seperti baru menyadari hal itu. Lirikan matanya diiringi rasa bersalah. Dia melupakan ide itu dengan cepat dan menunjuk barisan kedai kopi di tepi sungai.

"Hmmm, bagaimana kalau menikmati secangkir kopi hangat di sore yang indah?" Ia berusaha mempertahankan antusiasme.
"Aku juga bisa memikirkan konsep kedai kopi yang kuimpikan."

Bai Yutong memiringkan wajah, sepertinya dia agak bosan. Namun detik berikutnya dia mengangguk.
"Tapi kau pun harus ikuti ajakanku," suaranya mengancam.

𝐃𝐞𝐚𝐫 𝐒𝐭𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang