Chapter 10

76 10 0
                                    

Mama, aku pergi untuk menenangkan diri. Aku tidak tahu kapan akan kembali tapi aku masih hidup dengan baik. Jangan cari aku, oke! Sampai nanti...

Mama Yutong ternganga. Di mana Yutong? Apa yang telah dilakukannya?

"Yutong..." bisiknya, membelalak pada tulisan dalam kertas yang dia temukan di meja riasnya.

"Tidaaaaakkkk!"

Bai Chi yang berada di bawah tangga terperanjat mendengar teriakan panik bibinya. Saking panik dan terburu-buru, dia berlari sembarangan dan menginjak keset bulu yang licin.

Sruuukkk!

Bruuukkk!

"Uwaahh!" Dia mengerang saat pantatnya membentur lantai.

"Aaaaahhh, sialaaaan..." desisnya, kesal pada diri sendiri. Tangannya memijat pinggang dan bagian belakang tubuhnya. Tak lama kemudian seorang pelayan berlari tergopoh-gopoh membantunya untuk berdiri.

"Apa yang terjadi?" tanyanya.

"Hanya terlalu bersemangat." Bai Chi meringis lagi seperti kakek-kakek.

"Bibi, ada apa?" teriaknya dari bawah tangga. Belum sanggup meniti tangga karena pinggangnya masih berdenyut sakit.

"Bai Yutong ... dia," Mama Yutong keluar dari kamar, berdiri di ujung atas tangga. Kertas di tangannya meluncur dari jari-jarinya dan jatuh ke arah Bai Chi. Wanita itu hampir tidak bisa merangkai kata-kata karena suasana hatinya sangat buruk.

Bai Chi menyuruh pelayan untuk memungut kertas berisi tulisan Yutong, dan ketika dia membaca kata demi kata, reaksinya hampir sama dengan Mama Yutong. Dia terbelalak, panik, cemas, dan takut.

"Yutooooooong!!!"

Teeeeeeetttt!!!

Klakson meraung di tengah keramaian lalu lintas Stanford. Hari itu Zhan Yao mengusulkan untuk menyewa satu unit mobil hingga ia bisa berkendara ke sana kemari sesuka hati. Tawanya lepas dan gembira saat mengemudi ugal-ugalan di jalan menimbulkan kekesalan bagi pengguna jalan lain.

"Hei, hati-hati, Yao!" celetuk Bai Yutong, mendelik ke arah jalan di mana mereka baru saja menyalip satu sedan sport dengan pengemudi sombong yang tak mau mengalah.

"Ini seru!" teriak Zhan Yao.

"Jangan sembrono. Mobilnya sewaan. Kalau kau menghancurkannya bisa repot."

"Santai, kawan. Aku punya uang."

"Hmmmm..."

Bai Yutong memutar bola matanya.

"Ada banyak tempat yang harus kita datangi di kota ini. Dengan mengemudi sendiri, kita bisa menikmati semuanya," ucap Zhan Yao berapi-api.

"Oke. Jadi ke mana tujuan kita sekarang?"

Bai Yutong menyiapkan mental untuk mendengar jawaban Zhan Yao. Tapi tetap saja...

"Taman Kupu-kupu."

"Apaaa???"

Selain melihat jejak peninggalan sang legenda sastra, Zhan Yao sangat ingin berkunjung ke sebuah taman kupu-kupu yang sangat cantik di kota ini. Dia tidak mempedulikan reaksi Yutong yang tampak kosong seperti kehilangan gairah hidup. Dia tahu pemuda itu tidak terlalu suka dengan suasana taman yang romantis. Tapi Zhan Yao tidak mau melewatkan kesempatan. Dia menyeringai seperti orang gila saat keinginannya terlaksana. Di taman itu, dia menyeret Bai Yutong je sebuah bangku, duduk menikmati pemandangan indah sambil menikmati satu gelas kecil eskrim.

𝐃𝐞𝐚𝐫 𝐒𝐭𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang