1

660 35 1
                                    

Seungmin membuka kedua mata. Membalik tubuh kekanan, matanya melihat sekitar kamar. Ia harus bangun untuk bersiap pergi kuliah. Tubuhnya terasa malas untuk bangun.

Dari jam sembilan malam hingga jam tujuh pagi inilah terasa nyaman setelah beberapa jam berpura-pura tidak mendengar kejadian perkelahian kedua orang tuanya.

Sudah biasa bagi Seungmin, selama dua puluh tahun melihat perkelahian. Bahkan saat mereka belum puas saling menyakiti. Seungmin-lah yang akan dicari, dengan kasar menjambak, menampar bahkan menginjak hingga puas dirasa.

Saat itu terjadi, Seungmin hanya pasrah dan diam. Walaupun sakit luar biasa, Seungmin hanya berharap dirinya bisa mati dengan cepat.

Tujuan hidup tidak berguna lagi. Semua mimpi sudah diterbangkan jauh keatas. Benar-benar pasrah.

Seungmin menatap diri di pantulan kaca. Wajahnya abis lebam membiru. Juga luka tergores di kepala. Perlahan muka dicuci sambil meringgis kesakitan.

"Kapan ini semua berakhir ?" Ujar Seungmin putus asa.

🌙

Sambil mengayuh sepeda, Seungmin menikmati pemandangan deretan pohon yang daunnya mulai berubah orange kekuningan. Selembar daun jatuh masuk kedalam keranjang sepeda Seungmin.

Krieet !!

Seungmin mengerem mendadak sepedanya. Hampir. . . Hampir saja dirinya menabrak seseorang. Jantungnya berderu karena terkejut. Tetapi tidak dengan lelaki yang hampir di tabrak. Hanya berdiri dan terdiam.

"Ma-maaf kamu gak apa-apa ?" Seungmin turun dari sepeda.

Mata keduanya saling bertemu.

"Gak apa-apa. Kalo kamu ?" Tanya kembali lelaki itu.

Seungmin sedikit mengerinyitkan dahi.

Hanya anggukkan kepala sebagai perwakil jawaban Seungmin.

"Sekali lagi, aku minta maaf." Setelahnya Seungmin mengayuh kembali masuk ke dalam gerbang universitas.

"Kenapa dengan wajahnya ?" Heran lelaki itu. "Manis sih." Lalu tertawa sambil mengusap rambut kebelakang.

🌒

Kepalanya terus ditundukkan saat berjalan dikoridor kampus. Cepat-cepat melangkah hingga sampai di kelas pertama perkuliahan.

"Oh hyung ! Disini." Jeongin melambaikan tangan.

Seungmin duduk disebelah Jeongin. Mereka sudah saling kenal sejak semester satu. Tanpa sepakat keduanya sering bertemu dalam kelas yang sama. Juga tanpa sadar menjadi teman dekat sampai semester empat.

Perkuliahan dimulai.

Jeongin berpura-pura tidak melihat luka lebam pada teman sebelahnya. Ia paham, Seungmin tipe orang yang tidak terlalu suka di hebohkan maupun diberi perhatian. Jadi. . . Jeongin hanya berharap, Seungmin dapat bebas dari siksaan itu.

Tentu Jeongin tau, ia pernah melihat Seungmin ditampar kuat oleh Ibunya. Tepat dihadapan Jeongin. Ingatan itu, masih tersimpan jelas. Sudah, tanpa penjelasan Jeongin tau. Apa yang sebenarnya terjadi dirumah Seungmin.

Perkuliahan berakhir hari ini.

Seungmin membereskan buku dan perlengkapan tulis ke dalam tas setelah itu, mengendong tas di pundak.

° Orange Daylily ° Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang