24

489 57 1
                                    

Suara berisik di sekitarku membuatku membuka mataku perlahan. Mataku mengerjap beberapa kali untuk memperjelas penglihatanku. Aku melenguh merasakan kepalaku yang berdentum.

Lalu samar2 aku melihat Johnny tengah dihajar seorang pria separuh baya. Tampak dua pria lain memegangi kedua pergelangan tangannya.

Johnny?!

Mataku sukses membelalak.

Ia tampak melenguh ketika bogem mentah itu mendarat di beberapa bagian tubuhnya. Darah tampak menetes dari sudut bibirnya.

Ya Tuhan... Johnny!

aku terus meronta, hingga aku merasakan langsung kulit tangan dan kakiku bersentuhan dengan tali yang mengikat. Aku menatap diriku, betapa terkejutnya aku ketika tangan dan kakiku terikat lagi ke kursi.

"Hentikan, Brengsek!" bentakku pada pria itu.

Pria itu menghentikan aksinya dan menatap ke arahku, ia melempar tubuh Johnny hingga tergeletak tepat di hadapanku. Air mataku mengalir perlahan. Tubuhnya penuh dengan luka lebam.

"Johnny..., " bisikku dengan suara bergetar.

Ia menoleh dengan mata sayu, bibirnya menyunggingkan senyuman samar. Tangannya terulur perlahan, ia mengusap air mataku dengan ibu jarinya. Tangisku seketika semakin pecah.

"Ssh... jangan menangis," bisiknya.

Aku mengatupkan bibirku rapat2. Lalu pandanganku teralihkan pada pria paruh baya yang tengah menatap kami dengan pandangan mengejek.

"tak lama lagi kalian akan mati. Apakah ada kata2 terakhir?"

"Kau ayahnya bukan? Kenapa kau begitu brengsek!"

Pria tua itu terkekeh, tampak begitu menjijikkan. "Memang benar dia putraku, tapi dia sudah tidak berguna untukku nona, jadi pantas untuk mati,"

"A.. apa?!" Aku menatap ke arah Johnny yang tengah menahan rasa sakit. Ia terus meringis walau tertahan.

"Ya, sekarang mari kita bungkam mulutmu. Agar kau tak menceritakan semuanya pada pihak sialan itu!"

"Apa maksudmu, Brengsek?!"

"Bertahun tahun kami dilacak! Bertahun tahun kami tak dapat mencari uang karena laporanmu pada detektif sialan itu!"

Detektif? Apa maksudnya?

Oh ya...

Mom!

Oh... jadi yang ia maksudkan adalah Mom!

Jadi selama ini, mereka mengincarku agar aku menutup mulutku dengan perlakuan mereka?!

Dasar biadab!

Mereka mendekat ke arahku, ditariknya tubuh Johnny dengan kasar. Pria berbadan besar itu menjambak rambut Johnny hingga ia mendongak ke belakang.

"Minum ini!" ujarnya memasukkan sebuah pil ke dalam mulut Johnny dengan paksa, namun Johnny memuntahkan pil tersebut.

"Sialan kau, Brengsek!" Pria itu menampar Johnny hingga tersungkur. Melihat Johnny diperlakukan seperti itu membuatku semakin terisak.

"Aku menyuruhmu untuk membuat pertunjukan di hadapanku! Tapi, kenapa kau kabur?!" bentak pria itu seraya menendang tulang rusuk Johnny dengan kasar.

"Uhuk... uhuk..." Johnny memutahkan cairan berwarna merah dari mulutnya. Aku terbelalak, ia tampak begitu tersiksa.

"Kalian!! hentikann!! Johnny kumohon bertahanlah!"

"Diam, Kau!" Pria separuh baya itu menamparku. Pendengaranku terasa berdengung akibat tamparannya.

Yours Trully ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang