23

481 53 1
                                    

Tiffany tampak tengah menatap ponselnya dengan sedih, wanita itu sama sekali tak memperhatikan meeting yang sedang ia laksanakan. Pikirannya hanya fokus pada y/n.

Di mana putrinya?

Ia mendesah pelan, Detektif andalannya sama sekali tak memberi kabar.

"Mrs.Tiffany Hwang, bagaimana menurutmu?"

"Mrs.Tiffany? Apa anda mendengarku?"

"Eh? I.. iya baiklah, saya setuju," ucapnya tanpa memikirkan lebih panjang. Lalu Tiffany kembali hanyut dalam lamunannya.

Klien itu mendesah, akhirnya mereka memutuskan untuk mengakhiri meeting. Setelah mereka semua pergi, Tiffany sama sekali tak beranjak. Hingga seseorang menepuk bahunya, membuat lamunannya terbuyarkan.

"Kau baik2 saja?" tanya salah satu kliennya yang bernama Mrs.Susan.

"Aku baik2 saja." Tiffany mencoba menyunggingkan sebuah senyuman.

Wanita yg seumuran dengan Tiffany itu duduk di sampingnya menyodorkan satu gelas teh ke arahnya.

"Teh?" tawarnya.

Tiffany menggeleng, "Aku tak minum teh, terima kasih..."

"Baiklah," wanita itu kemudian menegak teh miliknya sendiri, "kulihat kau tampak melamun dan tak fokus pada meeting."

"Maaf, aku sedang ada masalah," desahnya.

"Ada apa?"

"Putriku..., " desah Tiffany, "dia diculik, aku tak tahu di mana ia sekarang. Ia terlibat dalam hal yang tak menyenangkan di masa lalu."

"Aku turut bersedih, kuharap dia segera ditemukan."

"Terima kasih, Mrs..." lalu Tiffany menatap mata wanita itu. Seakan tersalurkan, apa yang dipikirkan wanita itu dapat ia baca seketika.

"Sama2." Wanita yang sering di sapa Mrs.Susan itu tersenyum kecut.

"Kau terpisah dari anakmu sejak kapan?" tanya Tiffany to the point.

"Eh?" Wanita itu menautkan kedua alisnya.

"Ceritakan padaku..." pinta Tiffany tak sabar.

"Dulu, aku ribut besar dengan suamiku.. aku hanya meninggalkan putra dan putriku sebentar untuk berkemas tapi mereka sudah menghilang dibawa pergi ayahnya.." wanita itu menerawang sedih, mata cokelatnya tampak redup.

"Siapa nama kedua anakmu?"

"Joana dan Johnny Seo, sampai sekarang aku tak tahu di mana keberadaan mereka," lirih Susan merasa frustasi dan sedih.

"Aku tau di mana mereka," ujar Tiffany bersemangat.

Susan menatap Tiffany tak percaya.

"Ikut aku!"

***

Aku menatap Johnny dengan sedih, kenapa ia tampak begitu menyedihkan? Kenapa aku baru menyadarinya setelah beberapa jam kami bersama hari ini maksudku.

Lihatlah wajahnya, Johnny tampak lebam. Ia telah lebam sejak hampir saja melakukan itu padaku di hadapan ayahnya. Sudut bibirnya agak membiru, Walau begitu ia tetaplah tampan.

"Kau baik2 saja?" tanya Johnny membuyarkan lamunanku.

Aku tergagap dan segera menghapus air mataku. Kucoba menyunggingkan sebuah senyuman padanya, alhasil senyuman yang kuhasilkan hanyalah senyuman kesedihan.

"Aku baik2 saja, apa sudah selesai?" ucapku mencoba bersemangat. Aroma harum mie instan itu membuat perutku semakin bunyi.

Ya, Johnny membuatkanku Mie instant karena aku belum makan sejak dibawa paksa kemari.

Yours Trully ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang