13

796 110 5
                                    

Hari ini aku berencana akan menginap di rumah Johnny, well.. mom sudah mengizinkanku untuk itu.

Aku baru saja sampai di pintu kelas, tiba² ada garis polisi. What? Kenapa ada garis polisi disini?

"Y/n, apa yg kau lakukan hah?" Panggil Jihyo yg entah dari mana sudah berada dibelakangku.

"Ada apa ini? Kenapa ada garis polisi disini?" Aku mengernyit heran.

"Sainganmu, Jennie. Dia ditemukan tanpa kepala di kursinya sendiri."

Aku sangat kaget dengan penuturan Jihyo, Jennie? Mati? Tanpa kepala? Hell kenapa sangat mengerikan.

"A.. apa.."

"Katanya dia dibunuh, polisi sedang menyelidiki kasusnya. Udah deh mending kita ke mall aja yuk lama nih ga jalan berdua." Jihyo menarik tanganku tanpa menunggu jawaban.

Aku menurut saja, antara lega dan sedih ketika tau Jennie dibunuh dengan cara keji seperti itu.

Tapi..

Siapa pelakunya?

Dan

Apa maksudnya?

***

"Kau ada dimana? Apa kau sudah mendengar berita tentang Jennie?" Tanya Johnny ditelepon.

"Ya.. aku sangat syok.. aku sedang dimall saat ini bersama Jihyo."

"Kabari aku jika kau sudah selesai, aku akan menjemputmu."

"Okay,"

Telepon pun terputus, Johnny tersenyum kecil dia memang ahlinya dalam menghilangkan jejak.

"Apa kau menargetkan dia sebagai mainanmu yg berikutnya John?" Tanya Joy disampingnya.

"Kenapa kau sangat ingin membantuku untuk membunuhnya, Joy?" Johnny menoleh ke arahnya.

"Karena--" Joy tidak dapat melanjutkan kalimatnya, ia takut Johnny akan mengatakan hal yg membuat hatinya sakit.

"Aku tidak akan membunuhnya, aku mencintainya."

Sebuah kata yg sukses membuat hati Joy sakit seketika, ia menggigit bibir menahan rasa sesak didadanya.

"Oh ya? Apa kau berfikir dia akan menerimamu? Aku yakin ayahmu juga tidak akan setuju dan--"

Belum selesai Joy berbicara, Johnny langsung mencengkram leher Joy berniat mencekiknya.

"J-- John!!" Joy berusaha melepaskan cengkraman Johnny namun nihil.

"Jangan pernah membawa nama ayah dalam urusan pribadiku, aku tidak akan membiarkan pria tua itu menghabisi y/n. Kalau sampai itu terjadi.. aku tidak peduli jika harus membunuhnya, kau juga akan kubunuh jika berbuat macam² pada y/n." Ancam Johnny dengan wajah menakutkan.

"Ba-- baiklah!"

Johnny melepaskan cengkramannya dan beranjak dari sofa lalu pelan² menghilang dari penglihatan Joy.

"Sialan.."

***

Mataku tidak berhenti mencari berita tentang kasus yg menimpa Jennie lewat ponsel.

"Kau serius sekali, bukankah itu bagus kau tidak punya saingan lagi di kampus." Ujar Jihyo.

"Ya.. aku tau tapi ini sedikit ganjal.. emm tidak heran sih Jennie juga problematik mungkin dia ada musuh.." jelasku lalu meletakkan ponsel.

"Kau benar² pacaran dengan Johnny?" Tanya Jihyo.

Aku menoleh dan mengangguk sekilas sebagai jawabannya.

"Dia agak aneh, aku merasa tidak nyaman ketika melihat pria itu." Aku kaget mendengar ucapan Jihyo.

"Hah? Kenapa?"

"Entahlah, itu cuma perasaanku saja jangan dibawa serius y/n. Asal kau nyaman saja aku setuju kok."

Yah.. Johnny memang sedikit aneh, dia dulu memusuhiku bahkan menolak tawaranku tiba² setelah prom itu selesai dia mengejarku.

Lalu, mata cokelatnya..

Seperti tidak asing bagiku.

"John.. siapa kamu sebenarnya?" Gumamku pelan.

"Y/n, aku duluan ya sebaiknya kau telepon kekasihmu untuk menjemput," Jihyo meraih tas dan belanjaannya lalu melambaikan tangan ke arahku.

Aku menggangguk dan membalas lambaiannya.

"Kenapa jadi begitu ya.."

"Apa yg kau pikirkan?" Suara yg familiar ini membuyarkan lamunanku.

Benar saja saat aku menoleh, Johnny sudah berada dibelakangku.

"Yya, kapan kau sampai?" Kagetku.

"Baru saja," dia mendekat dan duduk disebelahku.

Aku menatapnya dengan senyum dan baru sadar kalau Johnny terlihat lebih nyaman dengan penampilan lamanya yg nerd itu, oke karena Jennie sudah tidak ada jadi aku bisa memberikan kacamata Johnny.

"John deketan deh," pintaku.

Dia menaikkan satu alisnya dan pada akhirnya menurut saja.

Aku mengambil kacamatanya dan memakaikannya.

"Selesai, selamat kau menjadi nerd lagi," ejekku.

Dia hanya terkekeh, "tapi aku tetap tampan kan dimatamu?"

"Ten-" aku tidak melanjutkan kalimatku, sialan dia hampir membuatku jadi bucin.

"Ten apa?"

"Tentu saja, T I D A K " ejekku lagi lalu tertawa puas.

"Oke cukup, ayo kita pulang sekarang aku harus mengerjakan tugasku."

"Baiklah,"

Kami beranjak, dan Johnny meraihku kedalam genggamannya tak lupa ia menautkan jari²nya seperti biasa.

"Kau sudah izin kan kepada ibumu untuk menginap dirumahku?" Tanya Johnny.

"sudah kok, dan apa kau sudah mengusir Joy?"

Johnny menghela nafas mendengar perkataanku.

"Dia sudah pulang kok, kau sangat benci ya padanya?"

"Baguslah, tidak sih aku cuma tidak suka saja padanya."

Yah entah mengapa dia sangat menggangguku.

"Dasar, angkuh" sindir Johnny.

TBC

Yours Trully ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang