Ryan tidak pernah tahu sebenarnya, bahaya apa yang mengancam nyawa putranya selama ini. Sejak putra kecilnya, Fillo yang waktu itu masih berumur 7 tahun pertama kali mengadu padanya sambil menangis kencang, katanya, karena melihat banyak sosok mengerikan. Ryan saat itu tidak tahu bagaimana seharusnya ia bereaksi.
Fillo dulu tak pernah betah ditinggal sendiri berlama-lama di suatu tempat. Tidak di sekolah, di taman hiburan, bahkan di rumahnya sekalipun. Ryan selalu menjumpai putra kecilnya yang berakhir menangis sesegukan dan mengadu padanya dengan alasan yang sama.
Dulu Ryan sering memergoki putranya berbicara sendiri. Rasanya ada sentilan kecil dalam benaknya, memikirkan perilaku aneh putranya yang sempat menjadi bahan gunjingan orang-orang di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka.
Ryan sendiri yakin putranya masih normal. Tidak 'gila', seperti yang selama ini orang lain tuduhkan pada keluarganya.Awalnya ia mengira itu adalah hal yang wajar.
Wajar jika anak kecil seumur Fillo waktu itu sedang aktif berimajinasi dengan dunianya.
Namun, suatu hari pikiran positif itu terbantahkan ketika Ryan mulai menemukan kejanggalan besar di kamar putranya sendiri.Suatu hari sebuah mainan asing Ryan temukan. Boneka beruang berwarna merah yang nampak lusuh dan penuh bercak kotor. Benda itu biasa dimainkan oleh anak perempuan. Ryan yakin ia tidak pernah sekali pun membelikan mainan semacam itu kepada putranya. Tentu tidak karena anak laki-laki tidak bermain boneka.
Hal pertama yang Ryan lakukan ialah tentu saja membuangnya segera. Beberapa minggu berikutnya bukan hanya satu benda asing yang ia temukan di lantai rumahnya. Ryan menemukan lebih banyak benda asing lain.
Sisir kuno, ikat rambut anak perempuan yang sudah rusak, dan masih banyak lagi. Semua berakhir sama di tempat sampah.Putranya dulu sering sekali demam tinggi saat malam hari. Ryan dan istrinya kalang kabut sendiri merawat putra mereka jika dalam keadaan seperti itu. Mereka tentu khawatir dengan kondisi Fillo yang mudah drop. Mungkin berkaitan dengan kesehatannya, mengingat penyakit yang putranya derita tidak bisa dianggap remeh.
"Bunda takut yah, kok demamnya ga turun-turun,." Sarah mengusap bingkai wajah putranya. Fillo yang tertidur dalam dekapannya setelah menangis cukup lama. Hati Ibu mana yang bisa tenang melihat kondisi anaknya yang naik turun seperti ini.
"Kita bawa ke rumah sakit sekarang."
Ryan masih ingat saat Fillo menangis histeris. Suhu tubuhnya cukup tinggi. Ryan berencana membawa putranya ke rumah sakit jika dalam satu jam ke depan tidak ada perubahan.
"Ayah..Ayah.. jangan dibuang..jangan dibuang lagi." Fillo kecil menangis histeris dalam dekapannya.
"Maksud kamu apa? Ayah gak buah apa-apa."
Fillo menggeleng, "Mainan,...mainan punya temannya Fillo jangan dibuang."
Ryan tertegun, sejenak menatap wajah istrinya yang juga sama terkejutnya. Lalu ia mengusap lelehan air mata di pipi putranya.
"Ayah nggak akan membuangnya lagi, Ayah janji. Tapi coba bilang sama temanmu itu agar ia jangan menaruh barang-barang nya sembarangan lagi, ya. Ayah beneran gak suka itu."
Cukup sulit menenangkan putranya yang sering menangis tanpa sebab. Tapi Ryan berhasil. Sejak saat itu, Ryan mulai bertambah protektif pada putranya.
—"Tidak. Sekali tidak, jawabannya tetap tidak Fillo. Ayah gak akan izinin kamu kali ini. Itu bahaya! Ayah gak mau kamu kenapa-napa," kata Ryan tegas tanpa menoleh pada putranya yang berdiri di sampingnya.
Fillo mendesah kecil mendengar suara Ryan yang teramat datar. Ketiga anggota keluarga itu tengah terlibat diskusi yang cukup panas di ruang keluarga.
Pulang sekolah tadi, anak itu sudah setia duduk menunggu kepulangan Ayahnya hanya demi meminta restu untuk mengikuti sebuah pelantikan ekstra pramuka yang akan diselenggarakan oleh pihak sekolahnya.
Memang sejak kecil Fillo jarang mengikuti kegiatan sekolah semacam ini. Apalagi kegiatan itu dilakukan di luar wilayah sekolah. Tepatnya di puncak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember✓
Teen FictionFillo itu istimewa, bisa nerbangin benda. Fillo bisa lihat makhluk halus kayak setan. Fillo juga bisa lihat kenangan yang terekam dalam sebuah objek yang dia pegang pakai tangan kosong. Dan yang lebih parah, bisa jadi hantu sungguhan. Tanpa harus su...