"Abis dari mana?"
Fadil yang baru saja datang, langsung menoleh mendengarnya.
"Abis dari alam sebelah." celetuknya santai, dibalas tatapan sinis Fillo yang duduk di tepian kasur.
"Dih! Kebalik kali, yang namanya alam sebelah itu, ya, alam lo ini." Ucap Fillo terdengar sewot dan tak terima.
Fadil melengos, merebahkan diri di kasur tepat di samping Fillo. "Serah deh, bodoamat. Yang penting tetanggaan."
Mereka ada di ruangan rahasia dan cukup tersembunyi tempatnya di bagian hutan wilayah barat. Hanya Cristian yang tau dan selebihnya tak pernah ada yang masuk ke sini kecuali Fillo dan Fadil adiknya Cristian tentunya.
"Kemana lagi gue, selain dari ngasih paham bocil kematian itu."
Fadil masih memejamkan matanya sembari melipat tangan di belakang kepala untuk dijadikan bantal. Gestur yang amat santai seperti kebiasaannya.
Fillo terdiam, kemudian netranya melotot. "Lo nggak ngapa-ngapain dia, kan?"
"Su'udzon banget lo. Yakali gue mau bunuh, secara dia kan lagi nyewa tubuh lo."
Fillo terkekeh, "Ya, iya juga sih. Ya mungkin aja kan lo datang bawa pisau atau pedang gitu. Terus lo bedua gelud lagi kek biasanya."
Fadil merotasikan bola matanya. Malas sekali. Bergulat dengan Evan hanya akan membuang tenaganya. Lagi pula mereka sama-sama hantu. Dan Evan tidak akan mempan hanya dengan pedang. Rencananya Fadil ingin membawakan bocil kematian itu santet beserta dukun profesionalnya.
"Gue gak apa-apain kok, seriusan. Malah niat gue baik, gue cuma ngingetin dia biar cepet balikin tubuh lo."
Fillo menatap lurus Fadil.
"Harusnya lo gak usah repot-repot, Dil. Biarin Evan nyelesain masalahnya." Fadil tidak menyahut setelahnya. Ia biarkan saja ucapan Fillo menguap begitu saja tanpa balasan. Kemudian terdengar suara nafas terhembus pelan. Mau tak mau Fadil membuka mata dan melirik Fillo dengan ujung matanya yang terlihat hanya segaris saja.
"Ahh... tapi ngomong-ngomong gimana kabarnya? Apa dia kesulitan buat adaptasi sama tubuh gua, ya? Atau teman-teman gua udah pada curiga?"
Fadil menggeleng, "Gue rasa dia menikmati kesempatan itu dengan foya-foya."
"Masa sih? emang iya?" tanya Fillo.
"Ya lo pikir aja dong Fill, keadaan lo di sini makin mengkhawatirkan tau gak. Lah dia mah enak gak tau gimana keadaan lo yang jauh dari tubuh lo sendiri."
Fillo tersenyum tipis. Kedua netranya menatap kedua tangannya. Beberapa waktu belakangan ketika kondisinya perlahan membaik. Kini ia menjumpai satu kesulitan lain. Terlalu lama menggunakan astral projection menyebabkan kedua tangannya kini mulai menjadi tranparan.
"Gua jadi kangen Bunda sama Ayah," gumamnya terdengar miris. Fadil menatap telapak tangan Fillo yang perlahan mulai menunjukkan tanda yang tidak baik.
"Jangan lo tunda-tunda lagi, udah tau kondisi lo bakal jadi begini ujung-ujungnya,"Fadil sedikit mengomel.
"Emang sengaja gua tunda, kok. Sampai Evan berhasil raih apa yang selama bertahun-tahun ini dia cari. Kalau pada akhirnya gua harus mati. Seenggaknya gua mati karna nolongin orang."
Jawabnya terdengar bangga di telinga Fadil. Fillo sukses membuat Fadil menatapnya sinis.
"Sinting! Mentang-mentang bego gratis, malah diborong semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember✓
Novela JuvenilFillo itu istimewa, bisa nerbangin benda. Fillo bisa lihat makhluk halus kayak setan. Fillo juga bisa lihat kenangan yang terekam dalam sebuah objek yang dia pegang pakai tangan kosong. Dan yang lebih parah, bisa jadi hantu sungguhan. Tanpa harus su...