Langkah pelan Fillo terasa begitu nyaman dengan perasaan lega yang mendominasi dalam benaknya ketika ia mulai memasuki kamarnya.
Ruangan yang hampir seminggu ia tinggalkan karena terpaksa menjalani perawatan di rumah sakit setelah insiden ia terjatuh ke jurang waktu itu.
Hari ini ia sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter baik hati yang kebetulan tidak memperpanjang masa perawatannya lantaran malas berdebat dengan Fillo, mungkin.
Ryan dan Sarah, kedua orangtua nya itu sekarang menjadi sosok yang paling waspada memperhatikan dirinya sejak ia pulang dari rumah sakit.
Bagaimana tidak, sejak ia turun dari mobil. Ayahnya tidak berhenti menggandeng lengannya. Mungkin takut Fillo akan kembali terjatuh karena jalannya masih terlihat tidak nyaman. Fillo saja sampai risih karenanya.
Kini nyamannya kasur miliknya telah Fillo rasakan kembali dengan perasaan yang begitu senang. Senyum tipisnya muncul, meski tidak terlihat begitu jelas.
Kedua netra itu memindai seisi kamarnya yang terlihat hening. Tak ada satu pun makhluk dari alam sebelah yang tertangkap pengelihatannya, membuat alis Fillo mengernyit heran.
Tumben.
Tuturnya dalam hati.
Biasanya setiap ia memasuki ruangan di rumahnya ini, termasuk kamarnya ini. Fillo akan menemukan paling tidak satu atau dua sosok yang memandangnya tanpa henti.
Tapi Fillo sudah terbiasa. Terkadang itu sosok baru, terkadang lagi dia adalah Fadil dan Cristian yang berkunjung menemuinya di tengah malam atau penghujung hari dimana langit menjadi semburat kekuningan.
Hari ini terasa aneh mengingat tidak ada satu pun sosok dia yang muncul di sekitarnya. Sepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit pun, Fillo tidak melihat hal yang aneh-aneh.
Mungkin kah mereka hilang entah kemana? Atau kah kemampuannya yang menghilang? Fillo tak mau ambil pusing.
Tubuh kurusnya telah rebah dengan nyaman di atas ranjang ini. Fillo memejamkan matanya sejenak. Menghirup aroma kamarnya yang ia rindukan seminggu lamanya.
Kemudian ia kembali teringat kejadian dimana ia jatuh ke jurang di dalam hutan hari itu. Fillo meringis seketika. Ia mengingat dengan begitu detail bagaimana tubuhnya jatuh dan berakhir terguling hingga ke dasar jurang gelap malam itu.
"Kami hanya ingin ada persiapan. Kalian tidak aman."
Seketika ingatan tentang ucapan sosok bernama David membuat Fillo tertegun. Fillo menatap kosong ke arah langit-langit di kamarnya. Perasaan takut dan cemas kini menjalar dalam hatinya.
Fillo meraih ponselnya yang tergeletak tak bernyawa di atas nakas kamarnya. Mungkin Ryan yang menaruhnya di sana. Karena sejak semalam, rasanya ia tidak menyentuh benda itu sama sekali karena Ryan yang menyita barang miliknya termasuk ponsel, itu sebagai hukuman katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember✓
Teen FictionFillo itu istimewa, bisa nerbangin benda. Fillo bisa lihat makhluk halus kayak setan. Fillo juga bisa lihat kenangan yang terekam dalam sebuah objek yang dia pegang pakai tangan kosong. Dan yang lebih parah, bisa jadi hantu sungguhan. Tanpa harus su...