Semenjak pengakuan mendadak Fillo yang mengejutkan hari itu. Darren memilih mengambil cuti sejennak dari pekerjaannya dan sengaja mencari alasan agar cutinya diperpanjang menjadi satu minggu penuh. Awalnya lelaki itu hanya ingin menghabiskan waktu yang ia miliki dengan beristirahat di rumah dan berusaha melupakan fakta yang terungkap oleh secarik kertas yang Fillo tulis untuknya.
"Tapi maaf, gak ada bukti pasti, Pak. Kalau ini adalah pembunuhan berencana dan bisa dijadikan pidana bagi siapapun." tegas salah seorang dari mereka.
"Saya yakin, itu juga atas keteledoran pihak rumah sakit saat itu. Kenapa cctv bisa rusak berbarengan dalam satu waktu."
Darren hampir saja mengamuk di rumah sakit. Siang itu setelah ia menerima surat yang Fillo tulis, Darren memutuskan untuk kembali ke rumah sakit yang dimaksud demi mencari kebenarannya. Hasilnya, pihak rumah sakit seolah lepas tangan dan tidak peduli mengenai kematian putranya. Sama seperti jawaban yang mereka katakan dulu saat kematian putranya. Mereka tidak pernah merubah pendirian mereka hingga sekarang.
"Kami benar-benar yakin, kecil kemungkinan tenaga medis terlibat dalam kasus kematian anak Bapak. Bapak tahu sendiri sebagai Dokter bahwa kami telah memberikan penanganan yang sesuai prosedur rumah sakit. Tanpa pengecualian untuk putra Bapak. Jika Bapak ingin mengangkat dan membuka kembali kasus anak Bapak, silakan. Kami dari tim forensik bersedia lanjut ke meja hijau."
Mereka berkata seolah mereka meyakininya. Wajah-wajah yang Darren hafal betul sebagai rekan kerjanya di rumah sakit dulu. Mereka tidak terima atas tuduhan yang Darren bawa hari itu. Padahal yang harusnya mereka lihat bukan surat bermaterai yang ada di hadapan mereka. Tentang keputusan untuk menindaklanjuti kasus kematian putranya, melainkan lihat dari sisi kemanusiaan. Bahwa di sini ada seorang ayah yang tengah berduka karena kehilangan putra satu-satunya. Terlebih profesi Darren sebagai dokter yang tidak berdaya menyelamatkan putranya sendiri.
Darren diam dengan nafas yang terdengar berat. Ia terduduk lemas di kursi tamu dalam ruangan kepala rumah sakit. Ditemani dengan seorang lain di sana.
"Darren. Saran dariku, Nak. Kasus ini memang sebaiknya kembali diproses bersama dengan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Yang paling pertama kamu datangi adalah mantan istrimu. Aku bicara seperti ini bukan sebagai atasanmu dulu, tapi sebagai seorang ayah yang mengerti keadaan anaknya yang berduka. Bicaralah baik-baik padanya tentang keinginanmu untuk membuka kembali kasus ini."
Suatu hal yang mustahil baginya untuk menemui mantan istrinya itu. Disamping Darren menolaknya mentah-mentah dan juga Viona bukan sembarang orang yang bisa diajak bertemu. Wanita itu juga sudah pasti menolaknya. Tidak ada kepedulian yang tampak di wajahnya bahkan di hari kematian putranya mereka sendiri.
Di surat itu tertulis, Viona adalah dalang dibalik kematian Evan sendiri. Wanita itu cinta pertama dan satu-satunya. Walau bagaimanapun wanita itu lah yang melahirkan Steffan. Tidak mudah untuknya memposisikan diri apabila kebenaran yang Fillo bawa adalah fakta yang harusnya terungkap dulunya. Karena itulah ia memilih mengasingkan diri untuk sejenak menenangkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember✓
Dla nastolatkówFillo itu istimewa, bisa nerbangin benda. Fillo bisa lihat makhluk halus kayak setan. Fillo juga bisa lihat kenangan yang terekam dalam sebuah objek yang dia pegang pakai tangan kosong. Dan yang lebih parah, bisa jadi hantu sungguhan. Tanpa harus su...