🌺 ꒰05꒱ :: Tak sesuai skenario.

472 76 26
                                    

“Sejak kapan kamu ketemu Gojo?”

[Name] mengerjap. Menggigit sepotong cake cokelat. Menatap sang paman dengan heran. Setelah masuk rumah ... pria itu terus bengong. Reaksinya saat melihat Gojo pun perlu dipertanyakan. Ada apa? Apa itu ada hubungannya dengan Haruto yang tampak galau?

“Baru pagi tadi, kok.” [Name] menelan ludah.

“Kamu tak merasakan hal aneh padanya?” Haruto mengusap kepala. Tampak stres dengan topik pembicaraan.

“Maksud Paman ... kalau dia reinkarnasi?” Alis perempuan itu terangkat.

Haruto mengangguk pasrah.

“Aku sadar itu.” [Name] meletakkan garpu. “Tapi kupikir ... dia tak mengingatnya.”

“Tidak semua orang seberuntung dirimu, [Name]-chan.” Haruto menopang dagu. Ini masalah kalau mereka bersama sekarang. Apa yang harus kulakukan?

“Yah, masuk akal.” [Name] menopang dagu. “Oh, iya. Bagaimana rasa cake-nya? Paman menikmatinya?”

“Lumayan.” Haruto menghela napas. Nafsu makan seketika hilang. Beban pikiran adalah penyebabnya.

“Begitu.” [Name] berdiri. “Aku selesai. Setelah Paman makan, tolong bawa piringnya ke dapur, ya? Aku akan mencucinya besok. Selamat malam, Paman!” Ia beranjak keluar dari ruang santai.

“Selamat malam ....” Haruto membaringkan kepala bersamaan mendengar suara pintu ditutup. Ia bergeming. Menikmati keheningan dengan pikiran kosong.

“Aku ceroboh.” Ia menyembunyikan wajah di lipatan tangan. “Aku lupa kalau Gojo itu penyihir kuat di masa sekarang ... tentu saja dia akan bersekolah di SMK Jujutsu. Bagaimana aku bisa abai pada hal sepenting itu?”

Sekarang mereka telah bertemu, bahkan anak itu mengantar [Name] sampai ke sini. Kalau aku tak bergerak segera, skenario takdir bisa hancur, batin Haruto.

Takdir tetap harus berjalan sesuai rencana. Salah satu contohnya adalah ... Gojo dan [Name] yang tidak boleh saling mengenal sekarang.

Itu adalah kehendak Dewa.

꒰꒰꒱꒱

“Yo.”

[Name] mengerjap. Membeku di depan pintu rumah. Bahkan menahan napas sejenak sebab begitu terkejut menemukan Gojo di halaman depan rumah.

Ini ... masih pagi, lho. Kenapa dia ke sini? batin [Name]. Menyungging senyum—dengan ekspresi penuh tanya. “Kak Gojo ... ada urusan apa di sini?”

Gojo bungkam. Berbalik dan beranjak. “Ayo ke sekolah.”

[Name] menyusul. Menyamai langkah pria itu. Menatapnya sebentar, masih melempar tatapan tanya dan penasaran. Pandangan beralih kala menemukan hal janggal pada sang pria. Rambut putih dan seragamnya. Tampak berantakan.

“Kak Gojo belum menjawab pertanyaanku, lho?” [Name] tersenyum.

“... Kau agak maksa, ya.” Lelaki itu cemberut.

“Maaf, tapi ... bukankah wajar bertanya dan penasaran saat bertemu kenalan di depan rumah pada pagi hari? Terlebih ini masih pukul enam.” Ia mengulum bibir. Menjelaskan dengan hati-hati sembari menyangkal—secara tak langsung—jika ia tak memaksa.

Bibir Gojo terkatup. Tak ada niatan untuk menjawab. Yah, dia sendiri pun masih bertanya-tanya ...

... Kenapa ia sangat ingin melihat wajah [Name] sampai nekat mendatangi rumahnya pukul tiga dini hari?

The Pursuit of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang