[Name] menahan napas saat keluar dari pesawat. Mata emerald miliknya menatap acak sekitar. Suasana Jepang terasa entah bagaimana. Keringat dingin mulai membasahi tubuh. Ia gugup entah kenapa. Lantas [Name] menarik napas dalam, berharap dia bisa cepat tenang.
Tenanglah. Aku tak bisa langsung menemuinya setelah ini, bukan? batin [Name].
“Hmm ... setelah ini kita langsung ke rumah yang dulu. Kakek bilang, dia sering meminta pekerja buat membersihkan rumah itu karena sewaktu-waktu, keluarga bisa saja datang kapan pun ke sini.”
“Jadi? Rumah itu kosong, 'kan?” tanya [Name].
“Yup.” Haruto mengangguk. “Oh, iya. Kakek bilang sudah mengirim seseorang untuk menjemput kita. Jadi, kita cari tempat buat menunggu.”
[Name] memiringkan kepala. “Mmm ... Kakek ada di Korea, bukan? Kenapa dia bisa bersikap begitu di sini?” [Name] agak tak enak hati.
“Yah, dia orangnya perhatian, walau agak keras.”
“Ah ....”
Haruto melirik Sang Keponakan. Menangkap gelagat gelisah pada anak itu membuat ia tersenyum. Yah, ini masih awal. Pemeran utama wanita belum bertemu dengan pemeran utama pria—jika diibaratkan.
Tapi ... bagaimana reaksi Gojo saat bertemu anak ini, ya? Haruto mengerjap. Mulai membayangkan respon-respon aneh yang mungkin akan dikeluarkan oleh Gojo.
“Paman, apa itu mobilnya?” [Name] menunjuk ke arah mobil hitam di mana seorang lelaki berjas hitam juga berdiri di samping kendaraan itu. Ia menoleh melihat Sang Paman yang mengangguk.
“Iya, itu orangnya.”
“Bawahan Kakek memang selalu mengenakan pakaian formal, ya?” gumam [Name].
“Sudah kewajiban mereka.” Haruto berhenti melangkah di depan pria yang merupakan bawahan kakek [Name]—atau ayah Haruto sendiri.
[Name] memperhatikan interaksi Haruto dan lelaki itu sebentar, lantas memandang sekitar. Menangkap butir-butir salju yang sudah bertumpuk di atas tanah.
Aku beruntung bisa terbang ke sini meski lagi musim dingin, batin [Name]. Menatap salju yang sedang dia pijak.
“Putih ....” Ia tersenyum. “Warna yang cantik.”
“[Name]-chan! Kita bisa pergi sekarang!”
[Name] mendongak, melihat Haruto memberi kode untuk mendekat. Dia mengangguk. “Oke!”
꒰❄️꒱
[Name] menghela napas. Menatap lingkungan sekitar rumah. Salju menghias pohon dan tanah. Beberapa orang tetap berjalan di luar, mungkin karena suatu urusan.
“Apa aku pergi sekarang juga?” gumam [Name].
Entah kenapa ... saat sampai di Jepang. Aku jadi agak ragu, batinnya heran dengan diri sendiri. Saat semua sudah di depan mata, perasaanku berubah.
[Name] berbalik. Melangkah ke arah ranjang dan duduk di sana. Ia menghela napas lagi, kemudian baring. Menatap langit-langit kamar berwarna biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pursuit of Love
Fiksi PenggemarAda cinta yang tak terwujud di kehidupan masa lalu. Takdir memberi satu kesempatan pada mereka berdua untuk mewujudkan cinta itu di masa yang baru. Namun, hanya satu orang saja yang mengingat kehidupan masa lalu itu. "Kenapa kau terus membuatku bing...