Gojo masih berdiri di balkon kamar [Name]. Selama beberapa menit berlalu dia tidak melakukan apa pun, kecuali menatap Sang Gadis. Tubuh [Name] kini bergerak, berputar ke arah balkon hingga Gojo bisa melihat wajahnya dengan leluasa.
“... Sudah dari tadi, tapi aku enggak bosan.” Gojo menyandarkan kepala ke kaca, lalu mengalihkan pandangan ke arah lain. Aku tidak menolak 'perasaan asing' itu sekarang. Jadi, ... yang aku inginkan hanya melihat gadis itu.
“Lho? Gojo?”
Sang pria membelalak. Lantas menoleh ke arah kaca, menemukan [Name] berdiri dengan wajah kaget. Gadis itu langsung mengenakan cardigan—yang ia pegang—untuk menutupi lengan dan bahunya.
“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya [Name] sembari membuka kunci pintu balkon.
Gojo menyentuh kaca pintu itu. “Jangan buka.”
“Eh?” [Name] menatap Gojo. “Di luar sana dingin, lho. Gojo enggak lihat? Salju turun lagi.”
“Aku sudah melihatnya karena sejak tadi berdiri di sini, tau,” jawab Gojo dengan nada dongkol.
“Kalau begitu biarkan aku membu—”
“Jangan lakukan itu.“ Nada suara Gojo berubah tegas. “Kau ... tidak akan tahu apa yang bisa kulakukan kalau masuk.”
[Name] bungkam. Menyadari sesuatu yang cukup bahaya, ia langsung melepas kenop pintu. “Kau benar. Aku khawatir karena di luar lagi dingin.”
“Pikirkan dirimu juga, dong.”
“Jadi? Apa yang membawamu ke sini?” tanya [Name]. Ia mengelap kaca pintu—yang berembun—tepat di bagian wajah Gojo, meski mukanya tidak kelihatan karena gelap. “Kau tidak mungkin ke sini kalau tak punya urusan, 'kan?”
“Aku memang tidak punya urusan, kok?”
“Lalu kenapa—”
“Aku juga sudah terlambat menjalankan misi.”
[Name] bungkam. Lalu sedikit menunduk dan melihat tangan Gojo yang menyentuh kaca. Tangan Sang Gadis terangkat, kemudian meletakkannya tepat di bagian telapak tangan pria itu.
“Aku hanya mau melihatmu,” ucap Gojo tiba-tiba.
[Name] tersentak. Sontak mengangkat pandangan lalu menatap Gojo. Ia tak dapat melihat ekspresi pria itu karena minim cahaya. Raut apa yang lelaki ini pasang setelah mengatakan kalimat itu? Kenapa juga dia berucap seperti itu?
“Melelahkan juga menolak 'perasaan asing' ini.” Gojo terkekeh kecil. “Bagaimana kalau aku menerimanya saja?”
[Name] tidak menjawab. Ia tidak tahu harus membalas apa.
“Kau sepertinya tahu sesuatu, tapi ragu untuk mengatakannya. Aku juga sudah sering menolak 'perasaan asing' ini, tapi kayaknya sia-sia. Jadi, bagaimana kalau aku menerimanya saja?” Gojo menatap Sang Gadis. Melihat mata emerald yang begitu jernih dan cantik.
“Gojo ....”
“Kau enggak keberatan? Aku bisa saja 'menahan'-mu karena 'perasaan gila' ini, lho? Kau tahu ke mana arah 'perasaan asing' ini.” Gojo mengangkat sebelah alis.
[Name] menahan napas. Tak ada pikiran untuk menolak meski dia tahu perkataan Gojo menyiratkan peringatan. Ia justru merasa sedikit bersemangat.
“Kalau kau enggak menjawab, aku akan menganggap kau setuju. Asal kau tahu, aku punya sikap yang buruk.”
“Aku tahu.” [Name] mengangguk. “Itu bukan berarti kau orang jahat.”
“Kau benar-benar setuju?”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pursuit of Love
FanfictionAda cinta yang tak terwujud di kehidupan masa lalu. Takdir memberi satu kesempatan pada mereka berdua untuk mewujudkan cinta itu di masa yang baru. Namun, hanya satu orang saja yang mengingat kehidupan masa lalu itu. "Kenapa kau terus membuatku bing...