🌺 ꒰11꒱ :: Say thank you to her.

372 65 22
                                    

“Kak Gojo!”

“DADAH!”

Gojo menepuk tangan sekali, langsung teleportasi ke tempat lain. Pergi dari hadapan [Name] yang berdiri di bingkai pintu kelasnya.

“... Astaga.” [Name] menggeleng pasrah sembari mengatur napas. Lelah rasanya berlari dari kelas satu menuju ruangan ini untuk 'menangkap' si surai putih.

“Aku jadi berasa nonton drama India saat melihat kalian. Semangat, ya,” kata Shoko yang sedang merokok, juga duduk santai di kursi.

“Terima kasih.” Gadis surai hitam itu beranjak pergi. Kali ini melangkah santai—tidak lagi berlari seperti tadi. Seraya memikirkan cara agar Gojo tak lagi kabur jika ia mendekati.

“Bagaimana cara untuk bicara dengannya saat dia tidak mau mendengar? Jangankan pasang telinga, mendekatinya saja susah.” [Name] mengulum bibir. Cukup kesusahan. Bagaimana caranya menghadapi pria itu?

꒰꒰꒱꒱

“Menyerah saja untuk mengejarnya. Kalau dia tidak mau, kita tidak bisa memaksa, 'kan?”

“Hmm ....” [Name] mengangguk-angguk mendengar penuturan Haruto. “Tapi ... rasanya agak aneh dia menjauh seperti itu. Maksudku ... setelah dia memintaku menemaninya malam itu?” Ia mengangkat garpu, menusuk kue cokelat di hadapan.

Mereka berdua sedang makan kue manis di ruang santai setelah sang gadis pulang dari sekolah. Menikmati waktu dengan memandang langit sore melalui jendela kaca.

Haruto membelalak. “Malam itu apanya?” Nada suaranya terdengar kaget.

“Oh, malam kemarin. Orang yang mengetuk itu ternyata Kak Gojo. Karena dia kehujanan, aku menyuruhnya masuk dan menginap. Aku lupa kasih tahu Paman soal itu karena tidak mau mengganggumu bekerja.” [Name] terkekeh canggung.

Oh, malam itu, toh. Kukira malam lain. Haruto mengangguk-angguk. Tapi ... kalau keadaan mereka seperti itu, bukankah menguntungkan?

“[Name]-chan, bagaimana kalau kita mengunjungi Kakek?”

“Eh?” [Name] mengerjap. “Aku mau, tapi kapan?”

“Dalam waktu dekat.” Haruto mengusap dagu. “Dia ingin kamu sekolah di sana. Korea. Sementara Paman mengurus beberapa hal. Bagaimana?”

“Tunggu!” [Name] mengangkat satu tangan tepat di depan muka Haruto. “Kita baru saja kembali ke Jepang. Kenapa harus pergi lagi?” Ia mengernyit, melempar tatapan bingung pada Sang Paman.

Haruto bungkam. Yah, dia tahu keadaan sang ponakan. Setelah orang tua [Name]—yang merupakan kakak Haruto—meninggal dunia. Gadis itu diasuh olehnya, mengikuti dan tinggal di Inggris selama tujuh tahun dan baru kembali ke Jepang tahun ini.

Meskipun begitu, Haruto tak punya pilihan lain. Untuk membuat skenario takdir tidak hancur, ia harus memisahkan [Name] dan Gojo sementara waktu dan menunggu saat di mana mereka harus bertemu di masa depan.

Agak nggak tega, tapi ... mulai sekarang. Gojo harus melalui semuanya sendirian, berdiri sendiri tanpa sandaran. Itulah kemauan Dewa, batin Haruto.

“Paman tahu. Hanya saja ... Paman punya urusan dan tidak mungkin meninggalkanmu sendirian. Ah, tidak! Aku tidak mau keponakan manisku ini tinggal sendiri di dunia yang sangat kejam!” Haruto menangis palsu.

The Pursuit of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang