꒰🌺꒱ 19 :: Three days.

354 62 2
                                    

Seoul, Korea Selatan (2018).

“Haruskah aku menjadikan kisah kalian sebagai salah satu inspirasiku?”

Ucapan dari pria berkepala tiga mengalun masuk ke telinga seorang gadis yang tengah menyiram bunga.

“Kisah apanya? Paman mau membuat cerita dengan genre menyedihkan?” balas gadis itu menyungging senyuman.

“Ayolah, [Name]-chan. Setidaknya kisah kalian bisa kubuat lebih manis, 'kan?”

[Name] berbalik. Bersamaan dengan surai yang sedikit berkibar akibat terpaan angin lembut. Sinar matahari menyinari kulitnya yang putih, bercahaya. Begitu pula dengan mata emerald-nya yang berbinar.

Gadis itu mengarahkan selang air ke arah Haruto yang duduk santai di teras—lesehan. Hingga Sang Paman berdiri dari posisi santainya.

“[Name]-chan, Paman habis mandi, lho. Jangan dibuat mandi dua kali, dong?!” protes Haruto. Mengusap-usap bagian kimono yang basah.

“Aku tidak akan melakukannya kalau saja Paman mau mendengar jawabanku tanpa menawar lagi.” [Name] berbalik. Kembali pada kegiatan awalnya.

Haruto menghela napas panjang. Lantas duduk kembali. “Setidaknya itu bisa mengurangi rasa bersalahku karena mengajak kamu ke sini.” Ia berbaring begitu saja di lantai, tanpa alas apa-apa.

“Sudahlah. Itu sebelas tahun lalu. Aku tak apa-apa sekarang.”

“Tapi [Name]-chan merindukannya, 'kan?”

Gadis itu membeku. Tak bisa ia sangkal. Dia memang merindukan orang itu.

Haruto menatap punggung keponakannya dengan pandangan datar. Reaksi anak itu sangat jelas terbaca.

Memang perasaan itu mengerikan.

“Oh, iya! Tahun baru tak lama lagi datang! Kamu punya suatu keinginan?” tanya Haruto dengan nada riang.

“... Aku selalu mengatakan keinginan yang sama tiap tahun, tiap liburan musim panas, dan kapan pun di saat aku mendapat waktu bersantai,” balas [Name] tenang.

Dia ingin pulang ke Jepang. Ia ingin bertemu dengan orang itu.

Haruto diam. Ia ingat betul bagaimana [Name] setiap tahun meminta izin untuk pulang ke negeri sakura itu. Namun, dia selalu menolak permintaannya dengan berbagai alasan.

Tak mungkin ia akan luluh begitu saja setelah cukup kesulitan membawa anak ini menjauh dari orang itu.

Meskipun Haruto punya pertanyaan mengganjal.

“Jadi? Kamu ingin pulang ke Jepang juga tahun ini?” ucap Haruto.

“Tentu saja.”

“Kalau begitu, pulanglah.”

[Name] membeku. Spontan berbalik menatap Sang Paman.

Sudah lama juga. Mereka sudah dewasa~ batin Haruto.

[Name] masih bungkam. Sejujurnya belum sadar penuh dari perasaan terkejut. Setelah sekian lama ... tanpa ia perlu meminta lagi. Orang di hadapan ini memberi izin untuk pulang ke Jepang.

Bagaimana perasaannya?

“Untuk sesaat ... aku senang mendengar itu.” [Name] mengerjap. “Tapi ... kenapa baru sekarang?”

Setelah sekian lama ia meninggalkan pria itu dengan rasa bersalah?

Apanya yang 'tidak apa-apa'?

“Semua punya waktu.” Haruto bangun. “Maaf, ya. Paman baru sekarang bisa mengizinkanmu untuk pergi ke sana.”

[Name] tak mengatakan apa-apa. Ia berjalan ke arah keran dan memutarnya agar air berhenti mengalir. Kemudian melangkah ke teras rumah di mana Haruto berada.

The Pursuit of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang