Paman Lee menatap sahabat seperjuangnya dengan tatapan khawatir, kakek yang di tatap merasa sedikit terganggu.
"Hentikan tatapan sedih mu itu, aku pergi untuk menangkap jalang itu dan membawa pulang putra ku bukan berperang dan aksi bunuh diri!"
"Tetap saja... Tidak bisakah aku ikut atau menambah pasukan yang ikut! Membawa 30 pengawal rasanya masih kurang walaupun semuanya berpangkat tinggi"
"Lee, aku meninggalkanmu untuk meng-handle pekerjaan yang aku tinggalkan!"
Kakek merapikan pakaianya sambil melirik sahabatnya "tidak ada yang menduga hal ini terjadi bukan, aku pikir wanita menyadari kebebasan yang aku beri tapi tampaknya... "
"Anda tahu wanita itu sejak awal memiliki niat lain bukan!"
"Aku lengah, masa itu adalah waktu yang terberat yang pernah aku alami dimana Alexsa pergi meninggalkan diriku"
".."
"Tetaplah mengawasi Bella dan tunggu aku kembali"
Kakek melangkah dengan mantap berserta para pengawal memasuki pesawat pribadinya.
.
.
.
Paman Lee memberikan penghormatan saat pesawat lepas landas dan lelaki tua itu tetap berdiri tegap di samping mobilnya menyaksikan pesawat yang semakin bergerak menjauh.
"Seharunya kau mendengarkanku untuk tidak membiarkan Hatsumi melahirkan putramu"
Lee berujar pelan sambil mengingat kisah silam di mana untuk pertama kalinya ia mengetahui bahwa wanita satu satunya pengawal yang paling dekat dengan Yanai tua adalah orang yang berbahaya dan bisa melakukan apa saja untuk tujuanya tercapai.
Mengingat hal sungguh mengelikan dan menjijikan, bisa bisanya ia pernah memiliki simpati pada gadis berlidah cabang ini yang akhinya bisa membahayakan organisasi dan identitas nona Bella sendiri.
"Semoga keselamatan selalu mengelilingi dirimu, Tadashi!"
Lee berbalik dan memasuki mobil.
.
.
.
...
Ruangan kamar terlihat suram dengan minim cahaya yang menyinari ruang kamar Bella, gadis yang sedang tertidur itu terlihat resah dan gelisah dengan keringat dingin.
Ia terus beralih kiri dan kanan dengan rintihan pelan, sedangkan rambut panjangnya terlihat lembab serta baju tipisnya yang basah dan melekat di kulit.
Bella melihat kiri dan kanan yang gelap, lalu ia tiba tiba berada di kawasan rumahnya saat SMA.
Ia hanya melihat rumahnya dari luar, ia terdiam cukup lama sampai seseorang membuka pintu rumahnya lebar.
Dihadapanya seorang gadis yang wajahnya persis sama berdiri di depan pintu dengan ekspresi dingin, ekspresi kaku ini terasa familiar.
Bukankah ini dirinya sebelum mengalami suka dan duka selama 3 tahun belakangan ini?
Butuh waktu lama untuk menyadari bahwa kenangan kenangan buruknya berubah menjadi trauma dan penghalang transparan untuk ia memahami emosi manusia secara kompleks.
Butuh 2 tahun setelah berpisah dari para pemeran novel untuk menyadarkan Bella bahwa dunia tidak berputar hanya karna kamu takut ditinggalkan.
'Aku memiliki kehidupan sendiri layaknya pemeran novel lain'
'Aku berhak atas kehidupanku dan matiku'
'Entah itu senang atau susah kehidupan yang aku jalani, itu adalah langkah untuk mendewasakan ku'
Kalimat ini muncul sebagai bilah tajam yang menusuk dan merobek penghalang transparan Bella untuk tidak lagi memiliki ide membalas dendam, hanya karena kehidupan sebelumnya berakhir tragis tidak mungkin ia ingin berjudi dengan kehidupan ini. Itu terlalu rugi dan beresiko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run Bella!....Run! (END)
Teen Fiction"Selamat Adik manis kau telah menjadi saudara 'tiriku' yang tidak aku harapkan!" "Oh terimakasih, tapi tidak perlu terlalu menekan ucapanmu seolah olah memperjelas posisiku 'kakak tiri'" Dua setan kecil bersatu dan menjadi sebuah keluarga, kakak l...
