Luci masih memeluk tubuh Bella dengan wajah panik dan ketakutan, sedangkan gadis yang di peluk menghembuskan nafas dengan berat.
"Lihatlah aku... "
Luci memaksa gadis itu untuk menatap wajah sedihnya.
"Aku jadi seperti ini karena kau meninggalkanku, aku hancur Bella....hancur sehancurnya"
Air mata Luci mengalir deras seperti buah pir yang basah oleh hujan, indah dan menyedihkan.
"Aku kehilangan segalanya setelah kepergianmu, aku tahu aku tak bisa terus seperti ini tapi aku tak bisa tidak selalu memikirkanmu, merinduimu, menginginkanmu dan selalu teringat segala tentang kamu"
Ada rasa jijik yang tidak tersamarkan di wajah Luci sama sekali, entah itu jijik karna ia ketergantungan atau hal lain.
"Sekarang aku bersama mu, aku mohon jangan tinggalkan diriku hm.."
Wajah Luci yang sedih kini penuh harapan, keinginan dan kebahagian yang ia nantikan seolah olah telah terwujud dan itu sesuai dengan ekspektasinya.
"Luci.."
Tangis Luci terhenti lalu wajah itu berubah penuh kemarahan seperti tersadar dari khayalanya.
"Tidak, kau tidak boleh meninggalkanku! tidak ada siapa pun yang bisa membawamu pergi dari ku, haruskah aku mematahi kaki mu agar tidak meningaliku lagi..."
Ucapan Luci memburu antara kesedihan, dan kemarahan. Kepala Bella yang di tahan semakin sakit saat tangan besar itu meremas kedua sisi kepalanya dengan keras.
Melihat lelaki gila ini yang terus membuat pernyataan pernyataan yang tidak masuk akal di samping ia menyakiti kepalanya membuat Bella yang awalnya berusaha mendorong dada lelaki itu berubah dengan sebuah telapak tangan yang melayang.
Plak!...
Suara renyah itu mengisi sudut ruang yang kosong dan sunyi, setelah kejadian itu beberapa detik kedepan keduanya masih tidak mengeluarkan suara apa pun.
Luci yang tubuhnya masih kaku menatap ke samping sedangkan Bella yang nafasnya masih memburu entah itu kemarahan atau lelah.
"Haha.....hahaha..haha"
Suara tawa itu entah kenapa terdengar lebih menakutkan setelah kejadian Bella menamparnya.
Luci melirik wajah Bella dengan gerakan lambat, pinggir bibirnya mengeluarkan segumpal merah menandakan betapa kerasnya gadis itu melayangkan tamparanya.
"Lepaskan, aku tidak ingin menyakitimu bukan berarti aku tidak akan melakukannya!"
Bella untuk pertama kalinya benar benar marah pada laki laki lembut ini. Mendengar ini Luci smirk wajah tampan itu semakin tampak jelas dari sudut Bella.
"Benarkah?..."
Luci tersenyum lembut sambil merapikan rambut gadis itu di belakang telinga sebelum tanganya di singkirkan oleh Bella dengan kasar.
"Kau ...semakin...menarik..Bella!"
"....?...."
Lelaki yang smirk itu bergerak menjauh turun dari ranjang, berdiri di samping ranjang meneliti kecantikan tubuh itu lewat gaun putih mini yang ia pilih dengan cermat.
Walau agak kurus tapi kulit itu masih menyimpan pesonanya membuat Luci berdecak kagum dan puas.
Melihat tatapan panas itu membuat Bella yang masih tertahan sedikit ketakutan, pertama ia tidak tahu situasinya berada di mana dan kedua ia tidak tahu kelemahan apa yang lawan miliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run Bella!....Run! (END)
Roman pour Adolescents"Selamat Adik manis kau telah menjadi saudara 'tiriku' yang tidak aku harapkan!" "Oh terimakasih, tapi tidak perlu terlalu menekan ucapanmu seolah olah memperjelas posisiku 'kakak tiri'" Dua setan kecil bersatu dan menjadi sebuah keluarga, kakak l...
