Prolog

299 37 13
                                    

Gadis dengan rambut pendek sebahu menatap malas televisinya. Ia tengkurap di atas kasurnya yang mengarah tepat ke televisi. Panjang rambutnya yang tak teratur karena belum sempat dirapikan menutupi hampir seluruh wajahnya.

Ia bergerak mengambil remot lalu segera mematikan televisi tersebut. Ia menghela napas seraya merubah posisinya menjadi tidur terlentang. Mata yang mengarah ke langit-langit ruangan terpejam sebab merasa panas.

Tett tett

Suara bel unitnya berbunyi nyaring memaksa matanya untuk terbuka. Ia menarik tubuhnya hingga terduduk di kasur. Memaksakan diri untuk turun dari kasur itu, kakinya melangkah mendekat ke arah pintu. Matanya memeriksa dari kamera siapa yang mengunjunginya.

"Rain-"

Cklek

Rain membuka pintu unitnya ketika melihat sosok yang ia kenal ditambah dengan suara yang ia dengar lewat smart bell. Tatapan tidak senang ia tujukan pada orang di depannya. "Apa?"

"Enam kali lima?" tanya balik orang itu.

Rain menghembuskan napasnya kesal. "Tiga puluh."

"Dua tambah tujuh kali empat?"

"Tiga puluh. Mau apa sih?!" jawab Rain disusul dengan bertanya dengan nada kesal. Ia tahu laki-laki itu hanya mengambil angka acak untuk diberikan padanya.

"Ayo nonton math rivalry! Ini kasus ke tiga puluh dia!" ajaknya bersemangat. Hendak meraih tangan Rain, tetapi gadis itu lebih tanggap dengan memundurkan dirinya.

Rain membuang muka. Ia melirik televisinya sekilas. Cielan, orang itu mengajaknya ke program televisi yang baru saja ia lihat. Ia mendecih pelan.

Melihat program itu berlangsung dengan peserta yang sama saja dia bersicepat mematikan televisinya. Tidak ada alasan baginya untuk pergi menonton ke tempatnya langsung.

"Nggak minat-"

"Tutup mulut lo! Dia jadiin point lo sebagai taruhan game kali ini."


*****
Thanks banget buat yang baca ^_^

MATH SCHOOL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang