1. 10 : (2/1)

230 38 16
                                    

Seorang gadis duduk lesu di pojok kelas. Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah melakukan test pendaftaran beberapa waktu lalu. Ia makin merapatkan telungkupan di wajahnya.

Ctak

"Awhh.."

Gadis itu mendongak dengan tangan yang mengusap kepalanya. Ia menatap kesal sebuah penghapus yang jatuh tidak jauh darinya.

Siapa pula yang melakukan hal bodoh di hari pertama masuk sekolah?

"Eh, maaf ya, gue nggak sengaja," kata seorang gadis berambut ungu soft.

Ia tersenyum pahit, tidak habis pikir dengan aturan di sekolah milik pemerintah ini. Kebebasan dalam penampilan termasuk warna rambut.

Gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah jendela, mengabaikan permintaan maaf orang itu. Siapa peduli dengan mereka. Selagi dia tahu aturan sekolah, itu sudah cukup untuknya.

Menyebalkan.

Sudah lulus dalam test masuk sekolah sini saja sudah cukup menyebalkan untuknya. Ia mendengus pelan. Mau keluar tanpa syarat pun tidak bisa. Namanya sudah tertulis di dalam daftar sekolah ini.

Shiabella Raineva.

"Duduk di tempat masing-masing," seru seseorang dengan wajah tegas masuk ke dalam kelas.

Semua murid sontak mengikuti instruksi tersebut. Tanpa bertanya pun sudah dapat dipastikan jika wanita yang berdiri di sana adalah seorang guru. Pakaian yang begitu rapi dengan name tag bertuliskan namanya dan nama sebuah kelas.

"Pertama-tama, saya ucapkan selamat untuk kalian yang sudah bisa diterima di sekolah ini," kata wanita tersebut membuka pembicaraan. Nada bicaranya yang terkesan cuek tidak mengganggu sedikitpun anak di kelas itu.

"Welcome to Math High School."

Tepuk tangan serta sorak meriah begitu mengisi suasana kelas. Rain terkekeh kecil melihat betapa bahagianya mereka. "Kalian belum tahu gimana sistem sekolah ini berjalan," ujarnya amat pelan seakan berbisik pada angin yang berhembus dari luar jendela.

"Untuk tahun ini, saya ditugaskan untuk mengampu salah satu kelas berisikan anak didik baru. Kelas 10 Math 5," kata guru tersebut yang menandakan bahwa guru tersebut adalah wali kelas ini.

"Nama saya Selia Marsela. Panggil bu Seli," lanjutnya memperkenalkan diri dengan singkat.

Para murid mendengarkan dengan saksama penjelasan guru tersebut. Namun, ada beberapa anak yang tidak memperdulikan apa yang guru itu ucapkan. Termasuk Rain yang bahkan memandang ke arah guru tersebut pun enggan.

"Seperti yang kalian tau, sekolah ini akan lebih memfokuskan pembelajaran pada bidang matematika. Nilai matematika yang kalian sangat berarti untuk kelangsungan hidup kalian di sekolah ini."

"Hanya perlu nilai bagus pada mata pelajaran matematika, kalian sudah dinyatakan lulus dalam mata pelajaran lainnya."

Penjelasan bu Seli tersebut membuat kelas nampak riuh kesenangan. Banyak yang berpikiran untuk hanya memfokuskan diri pada mata pelajaran matematika.

"Kalian juga akan mendapat uang saku dari sekolah dengan uang start 2 juta rupiah," tutur bu Seli makin membuat ricuh kelas.

"Tapi!" sela bu Seli membuat kelas hening.

"Itu hanya uang start sebagai hadiah kalian bisa masuk di sekolah ini. Untuk selanjutnya, pembagian uang saku tergantung kalian," ungkap bu Seli membuat mereka bingung.

"Maksudnya bu?" tanya salah satu anak.

"Kalian cukup fokus belajar dan kebutuhan kalian akan terpenuhi," jawab bu Seli menjawab pernyataan anak itu.

MATH SCHOOL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang