Hari kedua masuk sekolah. Para anak-anak dengan wajah ceria berada di dalam kelas. Kelas hari ini terasa begitu sesak dengan tas-tas besar penuh isi. Bukan hanya itu, penampilan anak-anak di kelas Rain begitu terlihat mencolok.
Jumlah anak yang mewarnai rambutnya makin banyak. Penampilan para cewek-cewek yang paling banyak berubah. Kuku-kuku mereka terlihat dikutek. Pakaian tambahan yang mereka pakai begitu berlebihan di mata Rain.
Seperti Rimu yang menggunakan sebuah Cardigan soft blue padahal ia menggunakan blazer sekolah. Rambutnya masih dengan model sama ditutupi sebuah topi baret dengan warna yang senada dengan cardigannya.
Sekolah memang tidak membatasi cara berpakaian mereka. Namun, di mata Rain, mereka jadi seperti bukan anak sekolah. Cara mereka berpenampilan sedikit menganggunya.
Ia menghela napas kesal, ketika melihat jam di ponselnya menunjukkan pukul 07.18. Mereka sudah membuang 18 menit untuk menunggu seseorang yang sampai kini belum terlihat juga.
"Rain, lo nggak sabar ke lokasi?" tanya Cielan yang duduk di samping Rain.
Rain yang awalnya sibuk memperhatikan jam di ponselnya menoleh. Si snow white. "Nggak."
"Yakin? Dari tadi lo kayak keburu gitu. Ada yang ketinggalan?" tanya Cielan lagi.
Rain menggeleng pelan. "Dia buang-buang waktu gue," ucap Rain kesal.
Cielan mengeryitkan dahinya bingung. "Siapa?"
"MAAF TELAT!"
"Dia," kata Rain mengalihkan tatapannya pada gadis yang kini berdiri di depan pintu kelas. Gadis dengan rambut unicorn color bervolume itu menguncir rambutnya pada dua sisi kepalanya. Ia tersenyum lebar seperti tidak ada penyesalan sama sekali.
Rain bergerak maju. Menatap data yang tertera pada ponsel yang diberikan sekolah kemarin. "Jarak rumah lo ke sekolah 12 km dan lo pakai bus dengan kecepatan 30 km/jam," ucapnya membaca data-data mengenai gadis bernama Meira Seya. "Itu tandanya lo cuma makan waktu 24 menit untuk sampai di sekolah."
t = S / v
t = 12 km / 30 km/jam
t = 0,4 jam"Kalau mau lo hitung waktu keluar masuk bus, paling enggak lo cuma butuh waktu 30 menit. Lo berangkat jam 06.12. yang artinya lo harusnya sampai di sekolah jam 06.42."
"Lo ke mana selama 36- enggak, 38 menit?" tanya Rain meralat pertanyaannya pada saat melihat kembali jam yang kini menunjukkan pukul 07.20.
Meira mengerjapkan matanya terkejut. Dia tidak kepikiran akan diberi pertanyaan menuntut ini. "Gue cuma telat-"
"Lo nyuri waktu 18 menit tiap orang di kelas ini," kata Rain datar.
"Ehh ehhh, kita gapapa kok," kata Naya menyangkal pernyataan Rain yang memojokkan Meira.
Suasananya juga cukup hening karena tidak ada yang berani menyela. Ucapan Rain terdengar begitu tajam seakan-akan jika dibalas akan menyayat gendang telinga mereka.
"Tapi gue kan udah minta maaf," kata Meira cemberut. "Gue tadi ganti model rambut dulu, makanya telat," lanjutnya menjelaskan dengan kedua tangan yang menunjuk rambutnya yang warna-warni.
"Cuma karena itu lo buang waktu gue?" tanya Rain tidak habis pikir.
Merasa perdebatan kecil ini tidak ada penyelesaian, Cielan bergerak melangkah lebih dekat ke arah Rain. Ia memegang pundak gadis itu. Matanya membulat seperkian detik karena kaget dengan keadaan tubuh Rain.
Gadis itu pandai menyebarkan emosinya ke seluruh bagian tubuhnya. Ia bahkan bisa merasakan kemarahan gadis itu tanpa melihat wajahnya. Auranya lumayan menguasai sebagian ruang.

KAMU SEDANG MEMBACA
MATH SCHOOL
Teen Fiction"Point gue nol?" "Say goodbye to your future!!" "Lo pikir gampang ngumpulin point?" "Siapa yang jadiin point gue taruhan?!" "Gue nggak bisa hitung! Gue nggak bisa!" "Otak lo di mana sih? Kita kalah gara-gara lo salah ngitung!" Hiatus- Cover by Pinte...