🍑 Double update heh? Enjoy! 🍑
Setelah pembicaraan yang canggung, Ricky memutuskan untuk menyalakan tv dan memutar acara komedi tentu hal itu membuat Shandy teralihkan.
Waktu sudah menunjukkan tengah malam, Ricky sesekali menguap membuat matanya berair. Dia melihat kearah Shandy namun pria itu masih terlihat sangat segar menatap kearah tv tanpa mengedip.
"Shan, gue ngantuk. Tidur duluan ya." Ricky beranjak dan berlalu kedalam kamar.
Shandy hendak merebahkan tubuhnya disofa setelah Ricky pergi, namun dia duduk kembali saat bosnya datang dengan bantal dan selimut ditangannya.
"Um.. Rick, lo tidur dikamar aja gue disini sendiri nggakpapa kok."
Ricky meletakan bantal dan selimut itu disebelah Shandy sambil mengangkat alisnya, "ya emang gue tidur dikamar, please deh ini kan rumah gue masa iya gue tidur dilantai sementara ada kasur nganggur?"
Shandy mengatup bibirnya dan menarik selimut sampai menutup wajahnya yang kini merah karena malu, kenapa pula dia berpikir Ricky akan sudi tidur diruang tengah bersamanya?
"Oooh! Lo mau gue temenin bobo disini hm??" Suara Ricky dibuat seperti anak-anak, "uu Shandy manja ya ternyata."
"Dih nggak! Dah sana!"
Ricky mengucapkan selamat malam, mematikan lampu bagian dapur dan meja makan. Shandy kini diruang tengah sendirian, ditemani tv yang menyala tanpa suara dan lampu baca yang ada diujung sofa. Meski dia sendirian diluar situ tapi dia merasanya nyaman, fantasinya mulai terbentuk. Melihat sekeliling seakan membayangkan Ricky yang beraktivitas dirumah ini, menghirup aroma bantal dan selimut yang dipakainya itu bergumam seperti itukah aroma Ricky?
"DIH?! APAAN SIH?!" Dia menjerit karena pikiran anehnya sendiri.
"SHAN! PLEASE JANGAN BERISIK!" Ricky teriak dari dalam kamarnya.
"SORRY!"
Shandy memejamkan matanya seketika dan berusaha tidur.
Pukul dua pagi Ricky terbangun karena merasakan tenggorokannya sangat kering, dia lupa untuk menyalakan humidifier. Dia berjalan keluar kamar dan membuka kulkas meminum air dingin dari botol, saat dia hendak kembali kekamar dia melihat Shandy yang tertidur dengan gelisah.
Ricky mendekat mendapati wajah Shandy sudah penuh keringat, dia mengambil tisu dan mengelap wajah pria didepannya itu. Ricky berasumsi bahwa Shandy bermimpi buruk karena tidak meminum obat penenangnya, dia jadi teringat kejadian malam itu.
Ricky terdiam sejenak, dia tidak tahu apakah harus membangunkannya atau dibiarkan begitu saja. Akhirnya dia beranjak hendak kembali kekamar untuk mengambil humidifier dengan aroma terapi berharap Shandy bisa tidur dengan tenang. Namun saat dia pergi, Shandy menarik pergelangan tangannya.
"Mau kemana..."
Ricky berbalik menatap Shandy, namun dia tidak bisa memastikan apakah Shandy sadar atau mengigau dalam tidurnya. Ricky berusaha melepas tangan Shandy, berhasil pada akhirnya.
Setelah meletakan humidifier didekat kepala Shandy ruangan seketika menyebar aroma lavender, aroma terapi yang cukup membuat tenang. Ricky sangat suka dengan aroma terapi ini, karena membantu tidurnya lebih nyenyak terkadang dia tidak bisa tidur terlalu lama.
Ricky melihat Shandy masih memejamkan matanya, namun wajahnya masih terlihat gelisah. Alisnya bertaut dengan kuat, dadanya naik turun berat sekali. Ricky melirik kearah tangan Shandy yang terhempas dari selimut, tanpa berpikir panjang Ricky menautkan tangannya dengan Shandy.
Tak lama wajah Shandy terlihat tenang, alisnya tidak bertaut dan napasnya sudah tidak berat. Perlahan tapi pasti Shandy mulai menikmati tidurnya dengan tenang, Ricky tidak paham situasi apa yang sedang terjadi tapi dia merasa ada kenyamanan yang dia butuhkan.
Ricky merebahkan dirinya diatas karpet bulu, bergeser lebih dekat kearah sofa sementara tangan kirinya dijadikan bantalan karena tangan kanannya sibuk menggenggam. Ricky hanya berharap waktu akan berjalan sangat lambat, dia sedang menikmati sensasi aneh pada perutnya terasa geli namun menyenangkan. Matanya tidak berhenti menatap kearah wajah Shandy yang tidur dengan tenang, alis tebalnya, bulu matanya yang panjang, hidung mancungnya, bibir tipisnya yang melengkung seperti kucing. Semua hal yang Ricky sanggup lihat setiap saat (sama Rick, gue juga sanggup).
Malam itu Ricky dan Shandy tidur sambil berpegangan tangan, untuk pertamakali dalam setahun Shandy tidur dengan tenang tanpa obat penenangnya.
Pagi tiba, Shandy mengerjapkan mata dan melihat sekeliling merasakan cahaya matahari yang masuk melewati celah gorden berwarna abu-abu yang tidak tertutup rapat. Dia merasakan tangan kirinya agak berat dan melihat Ricky yang tertidur dikarpet sambil menggenggam tangannya.
Dia bisa merasakan panas pada wajahnya, ditarik selimut sampai menutup wajah sebagian. Seketika berpikir bahwa semalam dia tidak mengigau ketika bosnya itu berada dihadapanya, juga membuatnya tersadar mimpi buruknya hilang karena Ricky ada bersamanya.
Jarum jam terdengar cukup keras dikesunyian pagi itu, Shandy tidak bisa berhenti menatap Ricky. Perasaan aneh bercampur senang menggelitik perutnya butterfly in my stomach kata millennial, seperti kembali ke masa sma sedang jatuh cinta. Tapi, Shandy tidak yakin apakah perasaan ini benar? Apakah Ricky akan merasakan hal yang sama?
Hubungan mereka tidak pernah terlihat seperti bos dan pegawainya, Ricky memang terlalu baik sama seperti Fenly yang kebaikannya kadang dimanfaatkan.
Rasa sedih muncul kembali dibenaknya, rasa cinta yang dulu pernah dia pendam dan dipaksa untuk pergi. Kini kembali untuk pria yang salah.
Shandy memejamkan matanya lagi, berharap dia bisa melepaskan rasa sedih yang timbul. Berharap bahwa genggaman ini tidak akan berakhir, berharap orang yang ada didekatnya bisa membawanya terus dialam mimpi dan bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Little Things (Ricky x Shandy)
FanfictionShandy seorang ilustrator berbakat yang tiba-tiba diterima kerja disebuah perusahaan besar, dimana ternyata perusahaan tempat dia bekerja ada hubungannya dengan kematian seseorang dari masa lalu.