🍑 istg maafin buat episode depresot ini 😭🍑
⚠️blood, dead character⚠️
Ricky menyeruak masuk kedalam rumah, berjalan dengan cepat menaiki anak tangga. Setiap langkahnya dipenuhi amarah, suara sepatunya terasa menegangkan.
Fajri mendengar suara langkah kaki itu dan beranjak dari sofa membuka pintu dan mendapati Ricky tiba didepannya dan menampar wajahnya dengan keras. Fajri tersungkur dan Ricky melempar tubuhnya diatas Fajri dan meremat kemejanya.
"Gue percaya sama lo!" Teriak Ricky, "bilang ke gue kalo lo nggak terlibat!"
Fajri melihat kearah mata kakaknya, memerah marah dan kecewa. Suaranya bergetar, sungguh dia ingin menjatuhkan dirinya ke dalam lubang. Dia tidak pernah melihat Ricky seperti ini, dia tidak pernah membayangkan bahwa hari seperti ini akan datang.
"Bang.."
Ricky melepas cengkramannya dari kerah Fajri, menundukkan kepala memeluk adiknya dengan erat.
"Kenapa ji? Apa yang salah? Apa yang kurang?"
Fajri mendengar Ricky menangis untuk pertama kalinya dalam hidup dia menjadi saksi tangisan pertama kakaknya, diapun tidak bisa menahan air matanya juga. Mereka memang tidak begitu dekat, Ricky sudah merintis bisnisnya sejak muda tapi dia juga bukan abang yang jahat. Setiap hari, menit dan detiknya selalu ada buat Fajri. Adik tersayang yang dijamin hidupnya akan selalu bahagia, adiknya yang polos, adiknya yang tidak pernah sedikitpun kurang kasih sayang.
Pertengkaran kecil tidak menjadi masalah, Ricky akan selalu terbuka dengan setiap pendapat Fajri. Ricky akan mempertimbangkan semua keputusan Fajri untuk hidupnya, dia akan berikan apapun dan memastikan Fajri tidak mendapati kehidupan pahit seperti dirinya dulu. Tapi, Ricky tidak bisa menerima kenyataan adiknya yang selama ini dia percaya ternyata melakukan hal paling berdosa yang bahkan manusia ragu bahwa Tuhan akan memaafkan.
"Nggak ada yang salah, nggak ada yang kurang." Fajri membalas pelukan Ricky lebih erat. "Maafin Aji, bang."
Fajri tidak bisa mengeluarkan kata-kata lagi, otaknya buntu memberikan alasan kenapa dia bisa berbuat hal keji seperti itu. Dia tidak tahu sejak kapan, apa yang membuatnya berpikir bahwa menjual dan membunuh manusia adalah hal yang biasa saja? Sepertinya memang benar apa yang orang bilang, usia remaja masih mencari jati diri dan Fajri rela mengorbankan apapun untuk itu tanpa memikirkan masa depannya.
"Bang Rick?"
Fajri memanggil nama Ricky beberapa kali namun tidak dijawab, dia merasakan sesuatu yang hangat pada perutnya dan dia merasa sedikit jijik tanpa melihat cairan itu.
"Rick-" Fajri mengangkat tangannya dan melihat noda darah, "RICKY!"
Hari semakin larut, Fajri terduduk disudut ruangan. Buku berada dipangkuannya sejak tadi tidak berganti halaman, matanya juga haya membaca di paragraf yang sama berulang-ulang. Ricky belum sadar juga, dia baru mengetahui ternyata Ricky tertembak saat kabur dari orang suruhan Farhan. Dia tidak bisa membawa Ricky kerumah sakit ataupun memanggil dokter kerumah, posisi mereka sulit. Rasa bersalahpun mulai muncul, dia tidak mengharapkan hal ini terjadi. Saat pikirannya sedang berkutat, ponsel yang ada diatas meja bergetar memperlihatkan nama Farhan disana. Dia ingin sekali tidak menjawab, namun akhirnya dia angkat setelah Farhan tidak berhenti menelpon.
"Lo ingkar janji." Fajri menggeram, "abang gue sekarat! Lo janji nggak akan ngelukain Ricky!"
[Ji, lo masih anak sd apa gimana? Gue nggak bisa jamin anak buah gue nggak ngelukain dia kalo ancamannya nyawa 'kan?]
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Little Things (Ricky x Shandy)
Fiksi PenggemarShandy seorang ilustrator berbakat yang tiba-tiba diterima kerja disebuah perusahaan besar, dimana ternyata perusahaan tempat dia bekerja ada hubungannya dengan kematian seseorang dari masa lalu.