Flowering..

100 11 4
                                    

Ricky merenggangkan tubuhnya, melihat jam menunjukkan pukul empat sore. Seperti biasanya dia akan bekerja sampai larut malam dan pergi ke café, dia beranjak dan keluar ruangan menuju toilet.

Dia melewati ruangan kaca dan melihat Shandy dan Farhan masih ada disana mendiskusikan pekerjaan yang sudah mulai dikejar deadline minggu depan, Ricky berhenti sejenak dan melihat kearah Shandy.

Rambutnya yang agak panjang itu dikuncir sebisanya membuat rambutnya sedikit mencuat dibelakang, lidahnya berada diantara mulut menunjukkan wajah seriusnya. Dia memakai headphones sehingga tidak sadar dengan keadaan sekitarnya, Ricky mengetuk pintu kaca tersebut dan Farhan menyadari bosnya masuk ruangan.

"Rick, ngomong sebentar." Farhan beranjak dan menarik Ricky pergi baru saja Shandy mengangkat kepalanya.

"Y-yah Han, bentar—" gue mau nyapa Shandy dulu!

Terlambat, Ricky akhirnya hanya melambaikan tangan dan tersenyum seperti orang bodoh. Farhan dan Ricky berada diruangan lain, Farhan menyerahkan sebuah flash drive kearah Ricky.

"Semua informasi yang lo minta ada disitu."

Ricky langsung menuju laptopnya dan menyambungkan drive tersebut membuka file lalu muncul data-data pegawai lama, matanya membaca satu persatu informasi kemudian berhenti setengah jalan dan menatap Farhan yang sudah duduk didepannya.

"Gue tau apa yang lo pikirin." Katanya, "aneh 'kan? Setelah mereka resign tiba-tiba setelahnya nggak ada informasi mereka kerja dimana."

Farhan menyandarkan tubuhnya ke kursi, "gue datengin beberapa rumah keluarga orang-orang di list itu, semuanya bilang nggak ada yang tahu sekarang mereka kerja dimana."

"Mereka nggak lapor polisi atau apa?"

Farhan menggeleng, "mereka bilang setiap bulan mereka dapat transferan uang, dicatat sebagai gaji kadang ada surat yang datang melalui pos makanya mereka berpikir kalo orang-orang ini kerja entah dimana."

Ricky berhenti pada sebuah halaman, dia menyadari wajah yang tidak asing. Dia pernah melihat orang ini, ya.. foto besar yang ada dikamar Shandy. Dia membaca setiap paragraph yang ada, benar Fenly namanya. Fenly menjadi satu-satunya orang yang dinyatakan meninggal alias jelas keberadaannya, tidak misterius seperti mantan pegawainya yang lain.

"Fenly."

"Gue kemaren ketemu sama nyokapnya."

Ricky menatap Farhan lagi, orang ini benar-benar suka terbang kesana-kemari.

"Dia meninggal, dibunuh lebih tepatnya. Tapi kasusnya mendadak ditutup dan keluarganya nggak ngajuin banding."

Aneh.

"Hm.. Shandy pernah cerita, ternyata dia mantan pegawai gue." Ricky kembali menatap foto Fenly yang ada dilayar. Ricky lagi-lagi menatap kearah Farhan, rasa-rasanya rambut keriting pria ini bukan candaan belaka karena sepertinya menyimpan banyak informasi yang tidak bisa diproses oleh bosnya.

"Lo dah liat tanggal sama tahunnya?" Tanya Ricky.

Kembali menatap kearah layar, iya dia paham karena pada tanggal dan tahun segitu dia berada di China mengurus pekerjaan dan dia ingat beberapa hari setelahnya terjadi kekacauan hebat dimna tiba-tiba rekan kerjanya meminta semua pengiriman bir dari Indonesia - China dihentikan dan meminta Ricky untuk menyudahi kontrak padahal masih ada waktu satu tahun tersisa.

"Wang corp? Hartono?"

Ricky seperti mendengar bunyi klik pada otaknya, Farhan merubah posisi duduknya dan menatap bosnya itu sedikit tidak santai.

Sweet Little Things (Ricky x Shandy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang