🍑 Hari ini bakal double update! 🍑
⚠️ graphics, blood ⚠️
Dubai, UAE.
Shandy menelipir dan membuka sabuk pengaman, dia meminta dompet Ricky dan menyuruhnya untuk menunggu sebentar dan tetap terjaga. Dia berlari kedalam sebuah apotek, penjaga apotek melihat kearah Shandy mengangkat sebelah alisnya.
"Uh— I n-need nacl?" Shandy mengatur napasnya yang tersengal karena panik dan dia tidak tidak begitu fasih bahasa asing, "bandage-? surgical stapler—"
"I got you man, I know what you need and wipes your hands with this." Dia memberikan sebungkus tisu basah pada Shandy.
"Huh?" Shandy melihat kearah tangannya, pria itu menyuruh Shandy untuk membersihkan noda darah pada tangannya menggunakan tisu basah kemudian memperhatikan orang tersebut memasukan beberapa perlengkapan kedalam tas kain agak besar. Tidak lama dia kembali menatap Shandy dan memberikan total yang harus dibayar, Shandy mengeluarkan dompet milik Ricky dan mengeluarkan beberapa lembar uang membiarkan petugas apotek mengambilnya karena dia sama sekali tidak bisa fokus berapa banyak uang yang dibutuhkan.
Setelah menerima kembalian, Shandy berlari kembali kemobil dan melanjutkan perjalanan. Tadinya dia ingin mengurus luka Ricky namun pria itu menolak karena tujuan mereka sudah dekat, Shandy menyadari mereka melewati komplek apartment mewah dan didepan terlihat tulisan Palm Islands.
Mereka sampai dipenghujung pulau, tidak ada jalan lain selain putar balik. Shandy menurunkan jendelanya sedikit kendengarkan musik yang diputar dari area luar, Ricky meminta Shandy untuk membopohnya menuju tempat berikutnya. Mereka melewati jalan yang minim cahaya, hal ini dilakukan agar tidak menarik perhatian mengingat baju Ricky dipenuhi darah. Shandy tida mengetahui dunia malam di Dubai yang ternyata tidak seprimitif dalam pikirannya. Mereka melewati sebuah tempat umum terbuka, ada banyak orang berkumpul disana sepertinya merupakan komunitas dance yang sedang melakukan pertandingan persahabatan. Beberapa penonton duduk dipinggiran atau duduk santai diatas bean bag yang tersedia.
Mereka sampai dipesisir, tidak lama seseorang menghampiri mereka dan Shandy siap mengeluarkan pistolnya namun ditahan oleh Ricky.
"Tenang, dia temen gue." Ujar Ricky dengan suaranya yang parau, "Josh."
"Ricky, lo keliatan kacau balau." Jawabnya sambil membantu membopoh Ricky menuju boat yang mengapung dengan tenang.
Shandy sama sekali tidak tahu kemana mereka akan dibawa, laut sekitar terlihat sangat gelap dan satu-satunya cahaya hanya berasal dari boat yang mereka tumpangi. Shandy menyusul Ricky didalam dan bersimpuh didekatnya, mengeluarkan barang-barang dari tas putih.
"Shan, bantuin gue." Katanya sambil menyikap kemeja yang sudah kotor dengan darah, membuka area pinggangnya.
"Rick, gue n-nggak bisa—" nafas Shandi tercekat.
"Shan, gue akan arahin lo." Kata Ricky.
"N-nggak! Kalo gue salah gimana?!"
"Nggak akan, cuma lo satu-satunya yang bisa bantu.." Ricky meyakinkan.
Shandy merasakan tangannya bergetar, namun melihat wajah Ricky semakin pucat dia tidak punya pilihan. Ricky memberikan arahan, menyuruh Shandy untuk merendam peralatan dengan betadine. Lalu mengeluarkan kapas untuk membersihkan luka tembak itu dengan nacl, Ricky meminta Shandy membuat gulungan dengan kain yang ada dan meletakannya di mulut Ricky. Ini adalah antisipasi jika Ricky harus menggigit sesuatu untuk menahan rasa sakitnya kemudian dia tidak akan melukai mulut atau lidahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Little Things (Ricky x Shandy)
FanfictionShandy seorang ilustrator berbakat yang tiba-tiba diterima kerja disebuah perusahaan besar, dimana ternyata perusahaan tempat dia bekerja ada hubungannya dengan kematian seseorang dari masa lalu.