Pelanggan Ojol - Maza - 1
Gue baru saja lulus dan resmi menjadi seorang pengangguran. Meski gue sudah mencari-cari pekerjaan semenjak gue dinyatakan lulus sidang skripsi. Mau tak mau, demi mengisi waktu sambil menunggu panggilan kerja gue mencoba peruntungan gue dalam dunia ojol ini.
Nama gue Maza, pria Jawa tulen yang sedang merantau ke kota Bandung untuk menempuh pendidikan strata 1 di kota ini. Meski lulus dengan nilai ipk di atas 3, rupanya cukup susah bagi gue untuk mendapatkan pekerjaan di masa-masa seperti ini. Selaku perjanjian dengan orang tua, begitu lulus, gue diberikan waktu 3 bulan untuk mencari pekerjaan dan setelah itu mereka akan memutus uang bulanan gue dan gue benar-benar harus menjadi anak mandiri di sini. Bermodalkan dengan kendaraan motor yang dibekali mereka, gue akhirnya memutuskan untuk bergabung kepada salah satu platform ojek online demi mencukupi kehidupan sehari-hari, alih-alih jika selama 3 bulan kedepan gue masih belum dapat pekerjaan tetap juga.
Menjalani hari-hari selama menjadi driver ojol ini bisa gue bilang seru tak seru. Yang namanya mendapatkan pelanggan rese, kehujanan saat mengantar jemput pelanggan, menunggu pelanggan yang lama, dan masih banyak lagi. Walau begitu, ada juga hal-hal baik yang gue dapatkan seperti menerima tips yang cukup besar, dibelikan makanan atau minuman oleh pelanggan, dan lain-lain.
Hingga akhirnya gue mendapatkan sebuah pengalaman hidup yang tak akan bisa gue lupakan, yang merubah hidup gue hingga sekarang ini.
-
Kejadian terjadi saat gue mendapatkan orderan malam-malam, sekitar jam 10 malam di sebuah cafe ternama di kota ini. Dari nama user yang tertera di aplikasi, pelanggan yang akan gue ambil adalah seorang pria. Begitu sampai di lokasi tujuan, gue melihat segerombolan cowok yang sedang berkumpul di luar, mungkin masih seusia gue, seputaran anak kuliahan.
"Mas, mas Maza?" Tanyanya sambil menunjuk gue.
"Iya mas, dengan mas Nico ya?"
"Iya mas."
Gue langsung memberikan helm dan segera berangkat setelah Nico naik ke motor gue. Selama perjalanan, kami berbincang-bincang sedikit karena memang jalanan sedang padat juga jarak kosan Nico yang cukup jauh. Lebih tepatnya, Nico yang sering bertanya pada gue tentang pengalaman gue menjadi driver ojol ini. Anehnya, pertanyaan yang Nico lemparkan ini selalu saja mengarah pada hal-hal yang berbau sex, seperti suka dapat pelanggan cewek-cewek nakal kah, pernah digodain kah, dan lain-lain yang tentu mengarah ke sana.
Gue pun menjawab pertanyaan Nico seadanya karena jujur gue belum pernah mendapatkan hal tersebut. Anehnya, makin lama makin gue rasakan posisi duduk Nico yang semakin maju kedepan, menghimpit punggung gue ini. Tangannya pula ia letakan di pahanya, atau lebih tepatnya, sengaja ia letakan disana dan sambil menggesek-gesek paha gue yang berlapis celana jeans ini. Terasa sekali gesekan atau elusannya itu.
Saat sudah mau sampai ke kosan Nico ini, kami kembali terjebak oleh macet karena memang weekend yang dipenuhi oleh mobil-mobil dari luar kota. Kali ini, Nico berulah semakin berani, tangannya yang sedari tadi hanya mengelus-elus gue, kini mulai ia letakan di atas paha gue. Sontak gue terkejut dengan perbuatan Nico ini, namun gue sendiri tak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan dia melakukan hal tersebut.
Ketika sudah sampai di jalanan dekat kosannya ini, sambil mendesah pelan, tiba-tiba saja Nico mendekatkan wajahnya ke area leher gue yang tertutup helm. Nampaknya ia sekarang sedang menghirup aroma jaket dan bau badan gue dalam-dalam.
"Maaf ya mas Maza, saya sebenarnya suka sama cowok dan mas Maza ini ganteng banget. Bau badannya juga enak." gue benar-benar terkejut dengan perkataan Nico. Pasalnya, saat menjemput Nico tadi gue masih memakai buff dan harusnya ia tak dapat melihat wajah gue dengan jelas, paling hanya dari foto profile di aplikasi saja."Ah, mas ini bercanda aja." Jawab gue mencoba menghilangkan rasa canggung.
Akhirnya begitu sampai di depan pintu kosannya, Nico yang baru turun langsung menembak gue.
"Mas mau temenin saya di kamar gak? Tenang mas, nanti ada uang lebihannya yang bisa saya tambahin." Katanya dengan tatapan aneh.Jujur saja, Nico ini bukanlah cowok jelek. Ia seorang mahasiswa Chinese yang memiliki badan ideal, kulit putih bersih dengan wangi tubuh harum. Sangat di sayangkan mengetahui dirinya adalah seorang Gay.
"Di kamar saya ada uang 300 ribu, nanti saya bisa kasih ke mas Maza kalau mas Maza mau ikut masuk ke kamar sebentar." Tanyanya kembali.Kali ini gue pun goyah, tawarin uang yang diberikan Nico cukup besar nominalnya. Belum sempat gue menjawab, tiba-tiba Nico sudah kembali menodong gue kembali dengan nominal yang lebih besar.
"600 ribu deh mas." Badan gue berkeringat seketika, padahal gue mau saja menyanggupi permintaan Nico walau tak tahu apa yang akan ia lakukan pada gue. Namun, sekarang malahan ia sudah menambah lagi nominalnya. Akhirnya gue pun hanya mengangguk, menyanggupi apa yang Nico minta dan langsung saja ia tersenyum lebar sambil menyuruh gue memarkirkan motornya di dalam.Begitu sampai di dalam kamarnya, segera saja Nico mengangkat tangan gue dan ia mulai menciumi ketiak gue di kaos gue yang mulai basah oleh keringat. Nico sendiri tampak sangat menikmati perbuatannya itu, padahal terakhir gue mandi juga tadi pagi dan sudah seharian gue terpapar matahari dan keringat yang turut mengering. Gue rasa bau badan gue sendiri sudah sangat kurang sedap, tetapi Nico malah makin gila menyodorkan kepalanya menghirup aroma tubuh gue.
Nico akhirnya menarik tubuh gue dan pindah ke kasur. Bergegas sekarang ia mulai menyibakan kaos gue ke atas.
"Uhh perut mas Maza kotak-kotak, keras banget." Ujarnya sambil mengelus perut gue.Mendengar pujian Nico, gue cukup sedikit bangga dengan badan gue sendiri. Hasil olahraga gue yang cukup rutin semasa kuliah gue ternyata masih berbekas hingga sekarang. Kali ini, Nico mulai melepaskan jaket dan kaos gue. Nampak ia tertegun dengan tubuh gue yang benar-benar masih fit dan bugar ini. Nico lalu mengangkat tangan gue dan kembali menyodorkan wajahnya ke ketiak gue sambil menggesek-gesekan wajahnya disana.
Dengan cepat Nico segera melucuti pakaiannya, tubuhnya yang putih mulus itu begitu mengejutkan gue, sungguh mirip tubuh cewek saja. Kontolnya yang tersunat dan sudah tegang itu mulai menegang keras. Gantian sekarang langkahnya ia mulai melucuti celana gue hingga akhirnya kami sama-sama telanjang.
"Oohh kontol mas Maza udah gede walau belum ngaceng." Ujarnya sambil mengelus kontol gue yang memang berukuran di atas rata-rata.
****
Terimakasih atas dukungan kalian selama ini! Melalui pesan pendek disini, Author ingin menyampaikan rasa bahagia Author atas antusiasme dari para pembaca setia semua. Oleh karena itu, Author akan terus berkarya demi memberikan kepuasan bagi kalian semua melalui cerita-cerita yang Author lahirkan.
Semoga dari cerita-cerita Author seluruhnya bisa membuat kalian terbawa oleh suasana dan tentunya kalian bisa selalu Coli dengan puas hingga tenaga terkuras!
Kisah lengkap "Perjalanan Birahi" kini dapat kalian akses melalui https://karyakarsa.com/rakarsag
Begitu pula dengan kisah lain milik Author seperti "Keluarga Berbeda" ; "Para Pejantan" ; "Ero-Mantica" ; "Para Pejantan II" ; "Terapi 'Kejantanan'" ; "Laki-Laki Perkasa" ; "Pemijat Sensasional" ; "Top Series #1 - InterSext" ; "Bot Series #1 - Petualangan Anak Kembar" ; "Vers Series #1 - Petualangan Anak Kembar" ; "Bot Series #2 - Desahan penuh Desahan" dapat kalian akses di situs karyakarsa milik Author.
Untuk cerita lengkap dan update terbaru dalam kisah ini dapat anda baca dan nikmati di sana.
Terimakasih dan selamat membaca!
Regards,
Rakarsag
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Birhi
RandomMohon pengertiannya - Cerita mengandung Konten 21++ dengan Tema LGBT Sehubungan adanya musibah yang saya alami pada akun Karyakarsa, saya pun membuat akun baru dengan ALIAS berbeda menjadi "Deansius" dimana kalian bisa menemukan cerita saya pada ht...