Setelah pemakaman Anya pulang ke rumah suaminya, dia meminta Anisa menunggu saja di rumah kecil mereka. Anya berjalan tertatih memasuki rumah, suasana rumah itu tampak bising.
Anya mulai masuk, dan melihat ada suaminya datang dengan wanita lain berdiri di sampingnya. Lima tahun Raka tidak pernah kembali, sekarang malah datang ketika Anya mengetahui semuanya. Tidak ada gunanya lagi dia bertahan di sini, Anya memutuskan untuk pergi dari rumah ini, paling tidak penderitaan Anya akan berakhir.
"Anya, kamu darimana saja? Sejak kemarin tidak pulang," ujar Raka, dia melirik penampilan Anya yang kusut, padahal setiap bulan Raka selalu memberikan uang untuk kebutuhan Anya.
"Bukan urusanmu lagi!" sergah Anya berlari ke kamarnya. Dia mengambil koper hendak memasuki semua bajunya, lama-lama di sini tidak ada gunanya.
Raka mengejar Anya yang tampak marah sekali, dia mengeluarkan semua pakaian Anya. "Anya! Gue gak suka dengan sikap lo ini. Lo marah karena gue dengan Adelia."
Penjelasan seperti apa itu? Anya tidak suka. Banyak kemarahan mengguncang hati Anya, bukannya Raka harus membayar uang sebesar sepuluh juta dolar kepada ibu dan adiknya. Tapi apa … Raka hanya seorang pembohong besar.
Anya tersenyum miris. Dia tak peduli dengan pertanyaan bodoh Raka, Anya sudah tak sanggup menjalani pernikahan sepuluh dollarnya lagi. "Dari awal gue gak pernah setuju dengan pernikahan ini. Lo hanya bagian pembohong besar!"
"Apa maksud lo ngomong gitu? Gue bohong apa sama lo, Nya? Lo tau 'kan pernikahan ini gak pernah sungguh-sungguh."
"Haha … lo benar perjanjiannya memang seperti itu, tapi lo dengan keluarga busuk lo itu gak pernah bayar gue. Jangan mentang-mentang gue miskin lo bisa seenaknya sama gue, Ka."
"Maksud lo apa? Gue nggak ngerti, Anya." Mata Raka memancarkan kebingungan, dia bisa lihat amarah, emosi dari muka cantik tanpa polesan.
"Alah, lo jangan pura-pura gak tau. Nyokap gue meninggal, keluarga lo janji akan kasih uang sepuluh juta dollar untuk pengobatan nyokap gue. Gue setuju karena uangnya, nikah sama lo itu penderitaan paling gila, gue ini istri lo bukan pembantu di rumah ini." Anya mengeluarkan semua unek-uneknya selama ini. Siapa suruh gak balik-balik? Terus ngapain sih bego ini pake bawa perempuan lain, ya kali dia bakalan cemburu.
"What? Nyokap lo meninggal? Kok lo gak kasih tau gue. Harusnya lo cerita sama gue."
Dasar Raka semprul! Anya menjambak pria itu sebagai pelampiasannya selama ini. Semua ini berawal dari Raka yang meminta pertolongan pada Anya. Pernikahan dan pertemuan Anya dengan Monic sudah diatur Raka.
Raka tau Monic serakah dan ingin menguasai seluruh perusahaan milik ayah tirinya. Meski lahir dari rahim Monic Raka tidak pernah membenarkan yang ibunya lakukan. Raka akan menjadi Ceo Pt. Darius Abadi, tapi Darius Marcello memberikan syarat agar Raka segera menikah. Raka setuju, namun tidak untuk Monic jika Raka menikah tentu saja bagian putranya akan dibagi lagi pada istri Raka.
Ketika itu ide gila muncul, Raka meminta tolong kepada Anya berpura-pura menjadi istri Raka, tapi hubungan mereka hanya sebatas pernikahan, tidak akan pernah ada cinta atau selebihnya.
"Lo tau sendiri gue gak pernah pegang ponsel selama tinggal di sini, untuk ketemu keluarga gue aja gak bisa." Anya ingin mengakhiri semua ini. Dia sudah muak dengan pernikahan konyol dan tak ada gunanya melanjutkan hubungan dari awal gak ada ujungnya.
"Gue paham situasi lo, dan gue janji akan berikan hak lo, tapi lo harus bertahan di sini. Dan gue akan cari rumah buat kita tinggal, lo bisa ajak Anisa tinggal dengan kita." Raka berusaha membujuk Anya, tapi sayang semua itu tidak semudah yang dibayangkannya.
"Gue nggak mau lagi jadi babu nyokap lo!" Anya sudah bulat dengan keputusannya. Dia menyeret koper meninggalkan rumah besar yang selama lima tahun ia tempati.
"Anya, tunggu!" Raka mengekori Anya dari belakang, dia mengambil ahli koper Anya. "Kita harus bicara, kamu gak bisa pergi gitu aja." Raka menahan lengan Anya.
"Bicara apa lagi, Mas? Aku rasa semua sudah jelas." Raka menghela napas kecut. Anya memang pintar kalau soal akting, bisa jadi artis kelas atas nih orang.
"Tapi kamu gak bisa tinggalkan rumah ini, aku ini suami kamu. Aku baru saja pulang. Apa begini cara kamu menyambut suami pulang?" Raka meninggikan nada suaranya.
Semua mata menatap mereka, termasuk Adelia menatap tak suka pada Anya. Monic menghampiri Anya, lalu menyeretnya.
"Ma, lepaskan tangan aku!" jerit Anya. Monic tak peduli dia menyeret Anya ke dapur.
"Tempat kamu di sini, dan jangan berusaha kabur," gertak Monic. Anya tersenyum kecut, dulu dia bertahan karena adik dan ibunya, tapi sekarang tidak lagi. Anya menghempaskan tangannya dengan kasar.
"Aku nggak peduli dengan semua ini. Di rumah ini aku menantu bukan babu, dah hari ini juga aku akan meninggalkan kalian."
"Anya! Mulai berani kamu." Monic geram, dia hendak melayangkan tangannya. Namun Raka menahannya.
"Ma, cukup! Mama itu udah gak berikan hak Anya. Mama kenapa gak berikan uang sepuluh juta dollar itu?" tegur Raka. Monic terdiam sejenak, dia kaget mendengar ucapan Raka. Darimana Raka mengetahui soal ini? Dari Anya? Itu lebih gak mungkin lagi.
"Kenapa Mama diam? Jawab, Ma!" Monic merasa ditekan, dia menatap sinis Anya.
"Kau itu—"
"Sudah cukup, Ma. Anya baru saja kehilangan ibunya, dan Mama tega tidak memberikan uang yang ibunya butuhkan. Mama penyebab ibu dari Anya meninggal."
Anya peduli dengan perdebatan anak dan ibu ini. Dia kembali menyeret kopernya keluar dari rumah ini. Sudah lelah Anya menjadi bodoh depan mertuanya.
"Ada apa ini?" Raka membisu saat melihat kedatangan ayah tirinya. Darius menatap Raka mengejar sosok cantik bermata coklat ini.
Anya mematung melihat pria setengah baya itu. Darius Marcello, laki-laki yang sudah menikahi ibu dari Raka.
Ayah? Apa gue gak salah lihat?
Dalam hati Anya bertanya-tanya tentang ayahnya yang datang ke rumah ini. Marah, kecewa, kesal, bercampur aduk menjadi satu bagian mendidih."Siapa dia?" tanya Darius dengan angkuh. Darius memang hanya pernah melihat Anya sekilas, saat pernikahan mereka Darius tidak sempat hadir karena ada urusan penting.
"Istriku, Yah."
What? Yah? Ayah maksudnya. Takdir apa ini? Saat dia ingin lepas dari Raka, dia malah bertemu pria yang sangat dia benci sejak kecil, terutama Darius Marcello telah menyakiti ibunya.
"Anya, perkenalkan beliau ini ayahku." Darius tersenyum.
"Tidak ada yang boleh meninggalkan rumah ini." Kalimat tegas Darius seakan membuat Anya linglung. Bukan kerinduan yang Anya rasakan melainkan kebencian begitu dalam.
"Aku akan tetap meninggalkan rumah ini!" Pria ini tidak berhak melarangnya, ini kehidupannya. Bukan pria tua ini yang membesarkannya.
"Saya tidak suka dengan bantahan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Sepuluh Juta Dollar
RomantizmBlurb Demi membayar biaya rumah sakit ibunya yang sebesar sepuluh juta dollar, Anya rela menjadi istri Raka Alatas Marquen yang diperlakukan seperti sampah betina. Dalam waktu lima tahun pernikahan Raka dan Anya hanya menikah secara formalitas, Bahk...