Hujan terus saja jatuh seolah langit tengah senang membuang tetesan air yang tak terhitung banyaknya. Masih diposisi yang sama, seorang gadis membiarkan dirinya basah dan kedinginan. Gadis itu tak merasa pegal meski sedari tadi jongkok dan memeluk lututnya.
"Ckk, lo gak berubah ya cil. bisanya cuma nangis, nangis, nangis. Dasar bocil!" Celetuk seorang cowok yang berdiri di depan gadis itu.
"Bangun lo. Mau pingsan atau mati kedinginan di sini?"
Gadis itu tetap diam tak menghiraukan apapun yang diucapkan orang yang kini ikut berjongkok di depannya.
"Lo masih aja ngeselin ya, cil. Gak dulu gak sekarang. Selalu buat gue khawatir sama lo. Dasar bocil!" Cowok itu membawa jaketnya dan memakaikan di kepala si gadis dan membuat gadis tersebut menengok ke arahnya.
"Lo.. Randy..."
"Gue Renren. Temen kecil lho, Jasmine. Atau boleh gue panggil Mimin."
Tiba-tiba gadis itu memeluk erat Randy erat sampai keduanya terjatuh, tepatnya Randy yang terjungkai ke belakang.
"Lo, jahat Ren. Kenapa lo ngilang gitu aja. Gue benci sama Lo. Lo hikss,"
Jasmine tak menyelesaikan ucapannya. Kedua tangannya menarik kencang kaos Randy dan kepalanya ia tempelkan di dada bidang cowok yang kini mendekapnya
"Gue kangen lo, Jasmine. Maafin gue selama ini gak bisa jagain lho."
***
Randy mengantar Jasmine pulang. Gadis itu mengenalkan Randy pada Bibinya. Sebelum pulang, Randy sedikit mengobrol dengan Jasmine.
"Min, gue balik ya. Jangan lupa minum susu anget, istirahat, jangan sampe lo sakit."
"Makasih Ren. Maaf gue ngrepotin lo. Gue juga udah ngira lo cowok ngeselin. Gue gak bisa ngenalin lho. Lo banyak berubah, gak kayak Renren dulu. Hahaha."
"Jelas dong, secara gue makin tinggi, ganteng, keren gini... Bahkan cewek di kelas lo aja pada terpesona sama ketampanan gue."
Randy mengibaskan rambutkan ke belakang, sedangkan Jasmine menatap datar, malas menanggapi kenarsisan sahabat masa kecilnya.
"Lo gak berubah ya Min. Masih tetep pendek dan tembem, pipi bakpao Lo bener-bener minta dicubit."
"Awww, sakit anjir. Lo yaa, sama resenya kayak Juna!"
Randy terdiam sesaat,"Juna?"
"Iya, dia sahabat gue dari SD. Semenjak gue pindah ke Jakarta, dia jadi temen baik gue sampai sekarang. Besok Lo bakalan ketemu juga sama tuh anak."
"Okelah, gue balik dulu. Udah malem. btw lo makin cantik, Min."
Randy mengusap lembut rambut kepala Jasmine. Dia memandangi wajah Jasmine lekat.
"Meski pendek, kayak anak SD, Lo tetep cantik di mata gue. Banyakin minum susu yaa biar makin tinggi. Hahaha!"
"Aaahhh, rese lo! Sana pulang, bikin gue kesel dan badmood!"
Randy hanya tertawa melihat Jasmine ngambek seperti anak kecil. Gadis itu pun terkejut melihat Randy bisa tertawa lepas seperti itu. Berbanding terbalik dengan sosok murid baru di kelasnya. Randy yang angkuh, dingin dan ketus sekali.
***
Bevan sedang berada di rumah sahabatnya, Jackson. Dia malas pulang karena masih merasa terbebani dengan saran mama dan adeknya.
"Lo yakin bakalan lanjutin hubungan lo sama si Wendy?" Jackson bertanya sambil menuangkan kopi panas dari teko ke sebuah mug berukuran sedang
"Saran gue, pikirin mateng-mateng Bev. Lo tahu sendiri si Wendy udah selingkuh dari Lo. gak cuma sekali, dua kali. Gue gak belain mama Lo. Tapi gue yakin nyokap lo ngasih pilihan yang terbaik buat anaknya.
Bevan tak menghiraukan ocehan Jackson, sahabat sejak mereka memasuki bangku SMA. Dia lebih memilih mencorat-coret di bukunya. Cowok itu sedang menulis lirik lagu. Ya, Bevan suka bermusik. Sama seperti Juna, Bevan juga pandai bernyanyi.
"Ckk, lo denger gue gak sih Bev?"
Jackson yang merasa diabaikan pun merasa kesal. Selama ini dia mengenal Bevan dengan watak keras kepala. Tapi Jackson mengagumi kegeniusan sahabatnya itu dan bagaimana bijaknya ia yang pandai menahan emosinya
"Jack, gue butuh waktu buat mikir. Gue cinta mati sama Wendy meski dia sering nyakitin hati gue..."
"No, you're wrong!" potong Jackson tegas
"Lo gak cinta dia, Lo cuma terobsesi sama Wendy. Ask your heart, Bro!"
"Jack, please.."
"Okay, gue gak akan maksa lo buat ambil keputusan secepetnya. But I hope you can think again. Wendy is'nt a good girl for you!"
Jackson meninggalkan segelas kopi hangat untuk Bevan dan beralih menuju ranjangnya. Sedangkan Bevan hanya mengela nafas dan tetap bertahan di posisinya. Duduk di lantai dan bersandar pada tembok. Menatap ke depan, dimana rak berisikan berbagai jenis buku. Aroma kertas dari tumpukan buku itu setidaknya menjadi candu dan penenang bagi dirinya.
"Jasmine... Wendy... gue harus pilih siapa diantara kalian..." Ucap Bevan pelan..
Nah, Bevan mulai dilema kan yaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Forever Rain
FanfictionPerjuangan Jasmine mendapatkan cinta Bevan yang merupakan kakak sahabatnya sendiri yaitu Juna dan selama 5 tahun lamanya dia tak kenal lelah untuk menaklukkan Bevan. Sampai suatu hari Randy, teman masa kecilnya datang dan menyatakan cinta pada Jasmi...